Mikio berkata, "Nama saya Mikio."
"Lalu … nama gadis kecil ini?" tanya detektif Nishi.
Terlihat oleh detektif Nishi, seorang gadis kecil sedang memandangnya takut.
"A … Aya," jawab Aya.
"Salam kenal Aya," ucap detektif Nishi ramah.
Detektif Nishi menatap Aya sembari tersenyum.
Tidak menjawab, Aya hanya menganggukan kepala.
Biasa … anak kecil tidak menyukai wajahku, batin detektif Nishi.
Susana hening untuk beberapa saat.
Detektif Nishi memandang Mikio dengan serius.
Gluk ….
Mikio menelan liur.
"Kasus pembunuhan Tatsu … kalian tahu?" tanya detektif Nishi.
"Aku melihatnya pada berita televisi," jawab Mikio.
Detektif Nishi bertanya, "Apakah kamu tahu sesuatu?"
"Tentang kematiannya … aku tidak tahu," ucap Mikio.
"Dalam beberapa hari ke belakang … apakah kamu melihat perilaku aneh darinya?" tanya detektif Nishi.
"Sebenarnya … sudah tiga hari ini aku tidak melihatnya," kata Mikio.
Detektif Nishi bertanya, "jadi begitu, Tatsu orangnya seperti apa?"
"Aku tidak begitu mengenal paman Tatsu … yang aku tahu ia adalah pemabuk berat." Jawab Mikio.
"Begitulah, pada kamarnya aku menemukan banyak botol bir," ucap detektif Nishi.
Suasana kembali hening, sembari duduk detektif Nishi memandang sekitarnya.
Detektif Nishi melihat sebuah pastik putih berukuran sedang di dekat jendela.
"Plastik putih itu apa?" tanya Detektif Nishi.
Mikio menoleh ke arah yang sama dengan detektif Nishi.
"Ah … itu futon untuk adikku Aya, tapi ia masih belum mengenakannya," jawab Mikio.
"Habisnya, aku lebih senang tidur dengan kakak," tutur Aya sembari menggosok gosokan pipinya pada lengan Mikio.
Ahahaha ….
Melihat tingkah laku Aya, detektif Nishi tertawa.
"Kalian akrab ya," ucap Detektif Nishi.
Teras apartemen Mikio, Shinjuku, Tokyo.
Pukul satu siang.
Usai puas menggali infromasi pada Mikio, kini detektif Nishi, Mikio, serta Aya sedang berdiri di teras.
"Kalau begitu saya pamit … maaf mengganggu waktu jam makan siang kalian," ucap detektif Nishi.
"Tidak apa pak," jawab Mikio.
Tap, tap, tap ….
Detektif Nishi meninggalkan kamar apartemen Mikio.
Kala itu matahari siang menerangi teras apartemen, sembari berjalan detektif Nishi menatap langit-langit teras apartemen.
Langkah kaki detektif Nishi terhenti.
Ia melihat sebuah CCTV terpasang pada langit-langit teras apartemen.
Sementara itu di belakang detektif Nishi, sembari memeluk lengan Mikio, Aya menatap detektif Nishi dengan tajam.
Usai melihat keberadaan cctv, detektif Nishi menuruni tangga, lalu ia menuju salah satu kamar apartemen pada lantai satu.
Tok, tok, tok ….
Detektif Nishi mengetuk pintu kamar apartemen itu.
Kreeek ….
Pintu terbuka secara perlahan.
Terpandang oleh detektif Nishi, seorang kakek-kakek beruban.
Kakek-kakek itu bernama Den, pemilik apartemen.
Dengan pandangannya yang rabun, kakek Den berusaha menatap orang yang sedang berdiri di hadapannya.
"Ah detektif … pengecekan kamarnya sudah selesai?" tanya kakek Den.
"Begitulah kek … apakah boleh aku meminta rekaman cctv pada lantai dua?" tanya balik detektif Nishi.
Kakek Den berkata, "tidak masalah."
Plakkk ….
Tiba-tiba detektif Nishi menepok jidatnya sendiri.
"Kenapa detektif?" tanya kakek Den.
"Aku … lupa membawa flashdisk," ucap detektif Nishi.
Akibat keteledorannya, detektif Nishi terpaksa meminjam memori CCTV lantai dua apartemen itu.
Ruang kerja polisi, kantor kepolisian Shinjuku, Shinjuku, Tokyo.
Pukul tujuh malam.
Kala itu, polisi Jun sedang seorang diri pada ruang kerja polisi.
Detektif Nishi menghampiri polisi Jun.
"Polisi Jun, ini memori CCTV dari apartemen tempat tinggal korban," ucap detektif Nishi.
"Kenapa kau membawa memorinya detektif, apa kau tidak membawa flashdisk?" jawab Polisi Jun.
"Aku lupa membawanya … jadi tolong periksa memori ini saja," kata detektif Nishi.
Detektif Nishi menyerahkan memori CCTV itu kepada polisi Jun.
Terlihat oleh polisi Jun, mata panda detektif Nishi.
"Istirahatlah detektif, kau nampak sangat lelah" ucap polisi Jun.
Polisi Jun menerima memori CCTV.
"Aah … terima kasih polisi Jun, tapi masih ada sesuatu yang harus aku periksa sebelum aku bisa beristirahat," jawab detektif Nishi.
Tap, tap, tap ….
Detektif Nishi meninggalkan ruangan kerja polisi.
Usai detektif Nishi meninggalkannya, polisi Jun duduk pada meja kerjanya sembari menatap layar komputer.
Polisi Jun mengamati rekaman pada memori CCTV.
Pada rekaman CCTV, polisi Jun melihat seorang gadis kecil mengenakan pakaian kimono, gadis kecil itu nampak sedang berdiri di hadapan pintu sebuah kamar apartemen.
Tidak lama kemudian, pintu kamar pada hadapan gadis kecil itu terbuka.
Polisi Jun melihat seorang pria dewasa pada balik pintu.
"Kalau tidak salah … pria ini Tatsu," ucap polisi Jun.
Dari gestur mulut, polisi Jun melihat Tatsu sedang berbincang dengan gadis itu.
Klik, klik ….
Polisi Jun meningkatkan suara rekaman cctv.
Hufff ….
Polisi Jun menghembuskan napas berat.
Pada rekaman CCTV, polisi Jun tidak dapat mendengar apa-apa.
Akibat keberadaan CCTV agak sedikit jauh, suara tidak terekam dengan baik.
Usai berbincang, Gadis kecil itu nampak mengeluarkan sesuatu dari lengan kimononya.
Tidak terlihat begitu jelas, polisi Jun mendekatkan matanya pada monitor.
Terlihat jelas oleh polisi Jun, gadis kecil itu memegang sebuah pisau dapur.
Sontak polisi Jun kaget.
"Pisau … jangan-jangan?" kata detektif Jun kaget.
Entah kenapa, tiba-tiba lampu pada ruangan tempat polisi Jun berada menjadi kelap-kelip.
Sadar akan itu, polisi Jun memandang pada langit-langit.
Mungkin lampunya rusak, batin polisi Jun.
Kemudian polisi Jun kembali menyaksikan rekaman CCTV.
Pada saat itu, ruangan tempat polisi Jun tiba-tiba hawa terasa dingin.
"Kenapa tiba-tiba sedingin ini," batin polisi Jun sembari memeluk dirinya sendiri.
Gedebug ….
Polisi Jun merasakan pukulan keras pada bagian belakang lehernya.
Tidak sempat menoleh, polisi Jun tak sadarkan diri pada meja kerjanya.
Ruang kerja detektif Nishi, kantor kepolisian Shinjuku, Shinjuku, Tokyo.
Pukul tujuh malam.
Setelah menyerahkan memori CCTV kepada polisi Jun, detektif Nishi duduk pada kursi meja kerjanya.
kini detektif Nishi sedang memindahkan data rekaman dari kacamatanya menuju komputer.
'Pemindahan data selesai' tertera pada layar monitor detektif Nishi.
Kemudian detektif Nishi membuka satu persatu rekaman yang ia dapat, mulai dari lokasi penemuan bagian tubuh mayat, hingga kamar
Mikio.
Klik ….
Pada rekaman kamar Mikio, detektif Nishi menghentikan rekaman.
Dengan fitur pencarian wajah, detektif Nishi mencocokan wajah dan Mikio dan Aya dengan data kependudukan.
Pada layar monitor detektif Nishi, kini tersaji berbagai informasi tentang Mikio.
Riwayat kejahatan … tidak ada, batin detektif Nishi.
Namun tidak dengan Aya, wajah Aya tidak memiliki kecocokan satupun dengan data kependudukan.
Wajar saja … gadis seumuran Aya masih belum terdaftar pada data kependudukan, batin detektif Nishi.
Usai cukup puas, mencari informasi tentang Mikio, detektif Nishi bangkit dari duduknya lalu ia menghampiri tempat polisi Jun berada.
Kreeek ….
Detektif Jun membuka pintu ruangan secara perlahan.
Lampu pada ruangan itu nampak mati, sinar redup bulan menyinari melalui jendela.
"Ada apa dengan lamp—" kalimat detektif Nishi terputus.
Terpandang oleh detektif Nishi, polisi Jun terkapar pada meja kerja.
"Polisi Jun!" seru detektif Nishi.
Tap, tap, tap ….
Detektif Jun berlari menghampiri polisi Jun.
"Polisi Jun!"
Detektif Nishi menggoyang-goyangkan tubuh polisi Jun, namun tidak ada respon.
Pada bagian leher polisi Jun, detektif Nishi melihat luka memar.
"Memarnya nampak seperti bekas pukulan, tapi bagaimana bisa", batin detektfi Nishi.
Tiba-tiba detektif Nishi teringat akan sesuatu yang penting.
"Datanya", batin Detektif Nishi.
Lalu detektif Nishi membuka data memori CCTV pada komputer detektif Jun yang masih menyala.
Klik, klik ….
"Tidak ada, bagaimana bisa?" ucap detektif Nishi.
Klik, klik ….
"Rekaman CCTV … tidak ada," kata detektif Nishi.