Chereads / Apakah Kamu Punya Adik Perempuan? / Chapter 8 - Bagian 8 : Oki

Chapter 8 - Bagian 8 : Oki

*Peringatan sebelum membaca, bagian ini mengandung adegan kekerasan berlebihan!

Hap ….

Aya melahap es krim.

"Enak!" seru Aya.

Mata Aya berbinar-binar, seperti bajak laut yang baru saja menemukan harta karun.

Melihat reaksi Aya, Mikio dan Mika senang.

Beberapa saat berlalu, kini suasana di antara mereka mulai mencair.

Walapun Aya tidak mengerti situasi sebenarnya, sekarang Aya mulai terlibat di dalam sandiwara percintaan kakaknya.

Rasa canggung Aya terhadap Mika hilang.

"Kakak Mika," ucap Aya.

Mika bertanya, "Kenapa Aya?"

"Apakah kakak Mika … menyukai kakak?"

Mika menatap Aya sambil tersenyum.

Beberapa detik Mika terdiam.

"Suka," kata Mika.

Tidak, batin Mika.

Usai makan malam bersama, Mikio dan Aya berpisah dengan Mika di depan restoran cepat saji.

Setelah berpisah dengan Mika, Mikio berjalan menuju stasiun kereta terdekat.

Sembari berjalan, Mikio menggendong Aya yang sudah terlelap.

Zzzz ….

Terdengar  oleh Mikio, suara Aya.

Kamar apartemen Mikio, Shinjuku, Tokyo.

Pukul sebelas malam.

Melalui jendela, sinar bulan menerangi ruangan.

Pada futonnya, Aya masih belum tertidur.

Aya menatap langit-langit kamar apartemen.

Aya menoleh menghadap ranjang Mikio.

Zzzz ….

Terdengar oleh Aya, suara Mikio.

Aya bangkit dari futon, lalu ia duduk pada tepian ranjang kakaknya.

Terpandang oleh Aya, sosok Mikio yang tertidur puas.

"Hari ini kakak terlihat senang sekali," kata Aya

Secara perlahan, Aya mengelus rambut kakaknya.

"Tunggu sebentar ya kakak … Aya akan membuat kakak lebih senang lagi," tutur Aya.

Tertidur pulas, Mikio tidak menjawab.

Zzzz ….

Terdengar oleh Aya, suara Mikio.

Melihat kakaknya, Aya tersenyum.

Kemudian Aya bangkit berdiri.

Kamar Oki, rumah Oki, Shinjuku, Tokyo.

Pukul sebelas malam.

Belum tidur, pada kasurnya Oki sedang berbaring sembari memainkan ponsel.

Kreeek ….

Tiba-tiba pintu kamar Oki.

Terpandang oleh Oki, adiknya sedang berdiri pada sisi luar pintu sembari menundukkan kepala.

"Haduh … kakak sudah sering bilang untuk mengetuk pintu sebelum masuk," kata Oki.

Oki lanjut memainkan ponselnya.

"Ah … Ayah dan ibu akan pulang larut malam," kata Oki.

Tidak berkata, adik Oki hanya berdiri terdiam.

Oki menatap adiknya.

"Akeno?" tanya Oki.

Akeno hanya terdiam.

"Kenapa?" tanya Oki.

Oki memandang ke lengan kanan adiknya.

Tidak kosong, Akeno sedang memegang tongkat bola kasti.

"Kenapa kamu memegang tongkat bola kasti?" tanya Oki.

Lagi-lagi Akeno hanya diam.

"Kenapa tidak menjawab?" tanya Oki.

Tap, tap, tap ….

Akeno menghampiri Oki.

"Menakutkan tahu!" bentak Oki.

Akeno menegakkan kepalanya.

Terpandang oleh Oki mata adiknya yang hitam pekat sempurna.

Menatap kakaknya Akeno tersenyum.

Pada selah-selah gigi Akeno, terlihat oleh Oki cairan berwarna hitam pekat.

Ahahaha ….

Akeno tertawa.

Bulu kuduk Oki berdiri.

Dalam sekejap Oki bangkit, lalu ia berdiri pada permukaan kasur.

Huf, huf, huf ….

Napas Oki menjadi berat.

Tidak ada rute melarikan diri, Oki menyandarkan dirinya pada dinding.

Secara perlahan, Akeno naik ke atas ranjang.

Ahaha ….

Akeno tersenyum menatap Oki.

Swushhh ….

Akeno mengayunkan pemukul bola kasti

kepada kakaknya.

Dengan cepat Oki menunduk, guna menghindari pemukul bola kasti.

"Akeno!" seru Oki.

Ahahaha ….

Akeno tertawa.

Kini Oki dalam posisi jongkok.

Terpandang oleh Oki, adiknya yang sudah siap mengayunkan kembali pemukul bola kasti.

Tidak ingin terluka, dengan kedua tangannya Oki melindungi kepala.

Gedebug ….

Pukulan Aya mengenai tangan kakanya.

"Sakit!" seru Oki.

Ahahaha ....

Akeno tertawa.

"Hentikan Akeno!" pinta Oki.

Gedebug ….

Gedebug ….

Gedebug ….

Dengan senyuman di wajahnya, Akeno menghantam kakaknya tiga kali beruntun.

"Hentikan!" seru Oki.

Menerima pukulan terus menerus, kini tangan Oki berwarna kemerahan akibat luka memar.

Ahaha ….

Akeno tertawa.

"Kakak sangat menyukai Mika," tutur Akeno.

Gedebug ….

Akeno memukul kakaknya dengan tongkat

bola kasti.

Tidak seperti biasanya, suara Akeno terdengar berbeda.

Suara ini … bukan suara adikku, batin Oki.

Gedebug ….

Akeno memukul kakaknya dengan tongkat

bola kasti.

"Kamu siapa!" bentak Oki.

"Buktinya … ketika kakak Mika mengajak kakak makan malam, kakak begitu senang," tutur Akeno.

Gedebug ….

Akeno memukul kakaknya dengan tongkat bola kasti.

"Aku tidak mengerti apa yang kamu ucapkan!" bentak Oki.

Gedebug ….

Akeno memukul kakaknya dengan tongkat bola kasti.

Akeno berkata, "kakak Mika juga begitu … aku bertanya kepada kakak Mira, katanya ia menyukai kakak," ucap Akeno.

Gedebug ….

Akeno memukul kakaknya dengan tongkat bola kasti.

Darah mengalir pada kedua tangan Oki.

Arrghhh ….

Jerit Oki kesakitan.

Guna melindungi kepala, Oki mengorbankan tangannya.

"Kamu sebenarnya siapa!" seru Oki.

Gedebug ….

Akeno memukul kakaknya dengan tongkat

bola kasti.

"Aku ... aku adalah adik kesayangan kakak," jawab Akeno.

"Pergilah dari tubuh adikku!" seru Oki.

Gedebug ….

Akeno memukul kakaknya dengan tongkat bola kasti.

"Ketika kakakku melihat kakak Oki dan kakak Mika bersama … kakaku merasa sedih," kata Akeno.

Gedebug ….

Akeno memukul kakaknya dengan tongkat

bola kasti.

"Kakak Oki jahat ya … kakak tidak membutuhkanmu!" seru Akeno.

Gedebug ….

Akeno memukul kakaknya dengan tongkat bola kasti.

Kehilangan darah dari kedua tangannya, kesadaran Oki mulai menurun.

Oki bangkit dari jongkoknya.

"Aaaaaaaaa!" teriak Oki.

kemudian Oki mendorong tubuh adiknya

sekuat tenaga.

Keletuk ….

Akibat dorongan Oki, kini Akeno jatuh

dari kasur.

Akeno tergeletak pada lantai.

Merasa bersalah, Oki turun dari kasur.

Dengan keadaan sempoyongan, Oki menghampiri adiknya.

"Akeno!" seru Oki.

Terpandang oleh Oki, adiknya tidak sadarkan diri.

Dengan tangan yang gemetar, secara perlahan Oki berusaha menyentuh adiknya.

Secara tiba-tiba, Akeno membuka mata.

Akeno tersenyum lebar sembari menatap kakaknya.

Gedebug ….

Pukulan keras tongkat boa kasti mengenai kepala Oki.

Seketika Oki terkapar.

Kesadaran Oki mulai hilang, pandangan Oki semakin buram.

Oki melihat adiknya bangkit berdiri.

Mata Oki perlahan tertutup, kesadaran Oki hilang sepenuhnya.

Waktu berlalu.

Oki mulai sadar.

Pada sekitarnya Oki merasakan hawa panas.

Oki membuka mata.

Aku berada di mana? batin Oki.

Oki ingin menggerakan tubuh namun tidak berhasil.

Oki menatap sekujur tubuhnya.

Terpandang oleh Oki tubuhnya yang terikat tali.

Mnmnmnm ….

Oki berusaha berbicara, namu mulutnya terikat kain.

Oki menatap sekitar, terlihat olehnya api membara pada sekelilinya.

Di antara api, tiba-tiba Akeno muncul menghampiri Oki sembari membawa botol.

Lalu Akeno menyiramkan isi botol itu ke sekujur tubuh kakaknya.

Nampak bening, Oki tidak tahu itu cairan apa.

Melalui indera penciuman, Oki mencium

aroma sesuatu.

Minyak tanah! batin Oki.

Sontak Oki panik.

Oki menggeliat di permukaan lantai berusaha membebaskan diri.

Dengan mata berkaca-kaca, Oki memandang Akeno.

Sementara itu, dengan mata hitam sempurnanya, Akeno memandang balik Oki.

Akeno tersenyum lebar.

Pada selah-selah gigi Akeno, cairan hitam pekat mengalir hingga membasahi permukaan lantai.

Usai cairan pada botol habis, Akeno pergi entah ke mana.

Sementara itu Oki terus menggeliat di permukaan lantai.

Mnmnmnmn ….

Oki berusaha untuk berbicara.

Terpandang oleh Oki, sosok adiknya yang perlahan menjauh.