Chereads / Difraksi Fragmen / Chapter 22 - Kakak Perempuan yang Dapat Diandalkan

Chapter 22 - Kakak Perempuan yang Dapat Diandalkan

Beberapa menit kemudian terdengar suara ketukan pelan.

"Permisi, Tuan. Saya membawa makan untuk Anda."

"Kau boleh masuk, Rin."

Edwin dan Cheryl mendengar suara Rin yang ragu-ragu dari luar ruangan.

Rin sangat pengertian dan pandai membaca suasana. Rin tidak langsung masuk setelah mengetuk pintu, khawatir akan mengganggu percakapan orang di dalam kamar.

Edwin mempersilakan Rin masuk, sekaligus menjadi tanda kalau pembicaraan penting mereka telah berakhir, jadi tidak akan mengganggu mereka jika Rin masuk ke ruangan.

Rin masuk ke ruangan sambil membawa nampan, di atasnya ada semangkuk bubur, satu cangkir teh dan segelas air.

Dia bergerak ke pojok ruangan, meletakkan nampan di atas meja yang terbuat dari kayu dengan permukaan bundar. Rin membawa meja mendekat ke kursi tempat Cheryl duduk.

Edwin berusaha keras untuk bangun dengan dibantu oleh Cheryl. Dia menerima mangkuk besar dengan bubur panas yang mengepulkan asap putih dari Rin.

"Terima kasih."

"Ya. Apa Anda bisa makan sendiri?"

"Dia bisa melakukannya sendiri. Jika dia perlu bantuan, aku yang akan menyuapinya."

Cheryl memotong pertanyaan itu. Tidak perlu banyak usaha baginya untuk mengerti tujuan perempuan itu.

"Kau tidak perlu khawatir, Rin. Aku bisa melakukannya sendiri."

"Tentu, saya mengerti."

Rin tidak mengubah ekspresinya, tapi Cheryl tahu dia pasti kecewa.

Cheryl dengan aktif mengawasi pergerakan Rin, dia merasa penjagaannya tidak boleh lengah. Cheryl cukup mengenal gadis itu, begitu juga kepribadian tidak menyenangkan yang tersembunyi di dalam dirinya.

Bisa dikatakan bahwa hubungan mereka bertiga adalah teman masa kecil.

Sejak dulu Cheryl tidak menyukai Rin, disebabkan pergerakan dan kata-kata gadis itu selalu memiliki maksud tersembunyi, karena itulah dia kadang-kadang memanggilnya wanita ular.

"Silakan dinikmati tehnya selagi hangat, Nona Cheryl." Rin memberi isyarat dengan tangannya mempersilakan Cheryl dengan sopan.

Cheryl mengabaikannya.

Dia mengalihkan pandangan pada kakaknya yang sedang makan dengan gerakan halus dan elegan yang tidak cocok dengan kesan suramnya. Cheryl berpikir untuk tidak membiarkan kakaknya jatuh dalam rencana perempuan licik itu.

"Kak Ed, setelah makan kau harus langsung istirahat. Aku dan perempuan ini akan pindah ke ruang tamu agar tidak mengganggumu."

"Nona Cheryl benar, Anda membutuhkan banyak istirahat. Jika Tuan memerlukan sesuatu, Anda bisa langsung memanggil dan saya akan segera datang."

"Ya. Kalian tenang saja. Setelah ini aku akan istirahat, dan ketika bangun nanti aku pasti sudah sembuh. Jadi tidak masalah jika kalian ingin pulang sekarang juga."

"Saya tidak bisa meninggalkan Anda di saat seperti ini. Saya akan tinggal di ruang tamu untuk menemani Nona Cheryl kemudian saya akan menyiapkan makan malam untuk Anda berdua. Tuan tidak perlu memikirkan apapun, cukup fokus untuk istirahat saja. Kalau begitu saya permisi." Rin menundukkan kepalanya sedikit. "Silakan lewat sini Nona Cheryl. Saya akan mengantar Anda ke ruang tamu." Dia merentangkan tangannya ke arah pintu kamar.

Ketika Cheryl bangun, Rin melangkah lebih dulu untuk memimpin jalan dan Cheryl mengikuti di belakang. Mereka keluar dari ruangan dengan urutan seperti itu.

Suasana canggung menyelimuti mereka ketika sampai di ruang tamu. Rin duduk di sofa single yang cukup jauh jaraknya secara diagonal dari Cheryl yang memilih duduk di sisi terjauh dari sofa tiga seat yang menghadap ke arah visual screen.

Selagi Rin berusaha mencari topik yang akan mereka bicarakan, Cheryl yang tampak tidak tertarik berbincang dengannya meraih remote yang ada di samping cangkir teh lain yang baru saja disediakan Rin, lalu dia menyalakan VS.

Tayangan pertama yang ditampilkan adalah sebuah iklan pasta gigi dari merek terkenal, dan kebetulan sekali Kiara Audrey Wimsey adalah model yang berperan dalam iklan tersebut. Senyum menyilaukan dari gadis kecil seperti Kiara memang sesuai dengan pesan persuasif dalam iklan pasta gigi.

"Wah, imutnya!" Seru Rin melihat senyuman Kiara dari layar VS. Cheryl tidak bisa menolak pernyataan itu, bahkan dia merasa iri dengan paras yang dimiliki Kiara.

"Ah, kamu juga sama imutnya, Cheryl."

"Aku tidak butuh pujianmu."

Rin memulai percakapan dengan melontarkan pujian pada Cheryl, tapi Cheryl sama sekali tidak senang menerima pujian darinya.

"Ehh~. Aku tidak berbohong, kamu memang imut." Pujian tampaknya tidak bisa menembus pertahanan Cheryl, jadi Rin bertanya tentang masalah lain. "Bagaimana sekolahmu?"

"Seperti biasa."

"Aku dengar kamu berselisih dengan faksi lain di sekolah, apakah itu benar?"

Cheryl baru memalingkan wajahnya ketika Rin mengangkat topik itu. Wajahnya seperti mengatakan kalau dia penasaran dari mana Rin mendapatkan informasi itu.

"Heh, kau tahu tentang itu. Berkat seorang gadis dari akademimu dan faksi fanatiknya, kehidupan sekolahku jadi menyebalkan."

"Itu buruk, bukan? Apa kamu perlu bantuan kakakmu ini untuk membantu menyingkirkan mereka?"

"Aku tidak butuh bantuanmu jadi jangan ikut campur masalahku. Juga, aku tidak ingat sejak kapan kau jadi kakakku!"

"Begitukah. Tapi kalau kamu dalam masalah, aku tidak keberatan jika kamu meminta bantuanku."

"Kenapa kau merasa seolah aku akan melakukannya. Perasaanku pada perempuan itu sama seperti perasaanku padamu."

"Kalau begitu terima kasih," jawabnya dengan ringan sambil tersenyum seolah berpura-pura kalau dia tidak mengerti maksudnya.

"Aku sungguh tidak menyukaimu dan perempuan yang berlagak seperti ratu itu. Kalian berdua sama-sama menyebalkan."

"Aku sepertinya tahu perempuan yang kamu maksud. Aku dengar dia sekarang berteman baik dengan Putri Ketiga dari Keluarga Witchell. Tapi aku juga bisa merasa terluka kalau disamakan dengannya, karena aku juga tidak menyukainya."

Rin cemberut, kali ini dia sungguh tidak senang. Dia ingat perempuan yang sedang mereka bicarakan − Bella, gadis anggun dengan rambut biru muda yang cerah. Meski sulit mengakuinya, tapi kepribadiannya memang mencerminkan bagaimana seorang ratu bertindak.

Di Kawasan Pelajar, tempat seluruh sekolah dan akademi berada, para pelajar juga membentuk faksi mereka masing-masing mengikuti sistem faksi bangsawan Wilayah Torch.

Bella memiliki faksi yang kebanyakan anggotanya berasal dari siswa sekolah menengah pertama, dan pusat komandonya ditempatkan di dekat sekolah Cheryl, karena di sana ada asrama tempat Bella tinggal.

Bagi Cheryl, berurusan dengan faksi Bella sangat merepotkan karena hampir seluruh siswa di sekolahnya masuk ke dalam faksinya. Meski begitu−

"Kau tidak menyukainya hanya karena dia terlihat seperti rivalmu. Tapi menurutku dia lebih baik dalam segala hal daripada kau."

Untuk beberapa alasan Cheryl tidak menyukai keduanya, baik Rin maupun Bella. Tapi menurutnya Bella masih lebih baik daripada Rin.

"Jahatnya. Padahal aku berusaha membantumu mengalahkannya tapi kenapa kamu malah berpihak pada perempuan itu."

"Aku tidak butuh bantuanmu. Aku tidak pernah mempercayaimu. Bahkan sekarang aku tidak mengerti apa yang coba kau lakukan dengan memakai seragam pelayan."

"Ah, ini? Aku disuruh memakainya oleh Nabil. Bagaimana, imut kan?!"

Rin memegang bagian renda seragam pelayannya, dengan bangga menunjukkannya pada Cheryl. Tapi Cheryl tidak bereaksi karena pandangannya tetap fokus pada visual screen.

"Tidak sama sekali. Tapi, aku akan menegur kak Nabil ketika dia pulang nanti."

Rin memandangi seragamnya dengan heran, menyibak seragam tersebut di beberapa bagian sambil bertanya-tanya apa memang tidak imut sama sekali. "Padahal Tuan tampaknya suka dengan pakaian ini," bisiknya.

Cheryl mengerutkan kening mendengar Rin bergumam.

"Wajar jika laki-laki kesepian seperti dia menyukainya. Meski begitu aku tidak mengizinkanmu memakai pakaian seperti ini di depannya lain kali."

"Ehh~ apa kamu menyuruhku untuk tidak mengenakan apapun?"

"Tidak. Apa kau bodoh? Aku memintamu untuk tidak mendekati Kakakku."

"Ugh, terkadang caramu bercanda menyakitkan."

"Aku serius! Asal kau tahu, aku belum memaafkan apa yang pernah kau lakukan padanya," tegasnya.

Mata Rin sedikit melebar sebelum dia menurunkan pandangannya. Kesedihan tiba-tiba berputar di hatinya.

Dia seharusnya sudah tahu Cheryl akan bereaksi seperti itu, tapi menghadapi kenyataan secara langsung ternyata tidak selembut yang dia kira.

"... Tentu saja. Tapi aku tetap akan berusaha meski kamu tidak menyukainya. Aku juga ingin kita bisa akrab, setidaknya mulai dengan berteman terlebih dulu."

"Aku tidak ingin berteman denganmu."

"Ya, aku tahu. Mungkin tidak sekarang, tapi aku yakin kita bisa berteman nanti." Rin memaksa dirinya tersenyum dan menyembunyikan dengan rapat ekspresi lain yang mungkin bisa muncul di wajahnya. "Kalau begitu aku akan ke dapur dulu untuk menyiapkan makan malam. Tapi sebelum itu tolong diminum tehnya."

Cheryl mengabaikan tawarannya dan bersikeras untuk tidak meminum teh yang disuguhkan Rin.

Rin tidak ingin memaksanya, jadi dia langsung menuju ke dapur.

***