`Belum sempat Yue memberikan alasannya, angin tiba-tiba berhembus semakin tipis namun begitu kencang di sekitar pagoda sehingga membuat pepohonan yang ada disekitar pagoda bergemerisik dengan kencang dan berisik.
Tak hanya Yue, perhatian Mo Yuzhi juga teralihkan ke arah puncak pagoda yang terlihat aneh. Sebuah petir menyambar puncak pagoda sebelum akhirnya kabut perlahan menghilang dan dapat terlihat jelas pagoda yang sengaja dibiarkan terlihat usang dengan warna merah cat nya yang sudah memudar. Bahkan beberapa kayu yang juga rusak di beberapa tempat seperti retak, dimakan rayap, ataupun gosong terbakar terlihat jelas seolah menunggu waktu untuk runtuh.
Sebuah papan nama besar terlihat di pintu masuk pagoda yang dapat dilihat dari jarak seratus Langkah sekalipun. Tulisan besar Tian Gao disana dapat dibaca dengan arti Langit tinggi.
"Tian Gao…" ucap Mo Yuzhi yang tentu dapat membaca dengan jelas jika hanya berjarak seratus Langkah darinya karena penglihatan iblis yang memang istimewa selain dapat bisa melihat dalam gelap, ia juga dapat melihat objek jarak jauh tanpa menggunakan kekuatannya. Tidak seperti manusia yang harus memiliki ilmu tertentu ataupun memang kemampuan khusus sejak lahir yang hanya dimiliki satu sampai dua persen saja manusia.
"Tian Gao?" Yue pun ikut mengulangi perkataan Mo Yuzhi. Matanya sesekali ia kecilkan dan besarkan untuk membaca ulang huruf yang ada di papan besar disana dengan sedikit kekuatan dan kemampuan yang sudah ia asah Bersama dengan Xiao Bai tentunya.
"Oh benar, kukira Da Fu" gumam Yue pelan setelah ia berjalan maju beberapa Langkah untuk melihat dengan lebih jelas lagi karena tentu saja penglihatannya tidaklah sebagus iblis yang asli meskipun ia memiliki kemampuan yang sudah di asah.
Tanpa mereka sadari, Yue dan Mo Yuzhi berjalan mendekati pagoda Bersama. Mereka berdua tenggelam dalam fikiran masing-masing.
Yue berfikir jika pagoda yang ia lihat pertama kali saat memeriksanya seperti berbeda, sedangkan Mo Yuzhi tengah berfikir setelah ada perasaan tak asing menyelimutinya, dan dugaannya menjadi benar saat merek telah sampai di depan dua pagoda kembar yang menjulang tinggi.
"I-ini. Bukankah ini pagoda-" Mo Yuzhi sedikit bergetar saat ingatan tiga ratus tahun lalu muncul dibenaknya. Hari dimana ia telah melihat ayahnya telah membunuh Yu Xia. Meskipun ia membenci Yu Xia, namun hatinya tetaplah tidak dapat berbohong jika ia masih mencintai Wanita manusia itu. Dan kematian Yu Xia telah menjadi pemukul untuk menghancurkan dirinya yang telah retak.
Hatinya retak saat melihat Yu Xia mengkhianatinya, dan kematian Yu Xia telah membuat hatinya yang retak hancur.
Kehancuran dari rasa sedih dan bencinya kembali muncul saat ia melihat pagoda yang menjadi tempat darah Yu Xia mengalir menggenangi lantainya tiga ratus tahun lalu, dan sejak saat itu pula ayahnya pergi menghilang entah kemana dari hadapan Mo Yuzhi dan menyerahkan tahta padanya.
"Kenapa pagoda ini masih ada?" gumam Mo Yuzhi, padahal dirinya telah yakin membakar pagoda itu. Bahkan ia tak habis fikir tentang letak pagoda yang tersembunyi di balik gua. Padahal dulu pagoda itu dapat terlihat dengan jelas.
"Apakah yang ku bakar saat itu bukan pagoda yang sebenarnya?" batinnya. Kaki Mo Yuzhi terus melangkah masuk melupakan Yue yang masih terdiam karena ada pagoda lain di belakang pagoda Tian Gao.
Sementara Mo Yuzhi melangkah masuk ke dalam pagoda Tian Gao, Yue memilih pergi menuju pagoda yang ada di belakang pagoda Tian Gao. Jarak antara kedua pagoda itu hanya lima Langkah dekatnya sehingga siapapun yang melihat pagoda dari jauh hanya seperti melihat satu pagoda dan tak menyangka ada pagoda lain di belakangnya.
Kayu-kayu yang terlihat dipoles begitu bagus, juga bebatuan yang menopang lantai juga tembok yang terlihat masih sangat baru membuat pagoda tanpa nama itu memiliki kesan baru saja dibangun entah dengan tujuan apa. yang pasti, pagoda tanpa nama itu memiliki struktur bangunan yang sama dengan pagoda Tian Gao di depannya.
Perlahan-lahan Yue menginjakan kakinya di lantai tangga pagoda sebelum akhirnya langkahnya terhenti setelah ia melihat banyak tetesan basah berwarna gelap dan pintu pagoda yang sedikit terbuka dengan sebuah ukiran yang sangat jelas bergambar matahari pada sebuah papan terjatuh di depan pintu.
Yue berjongkok setelah sampai di latar pintu pagoda untuk menyentuh cairan seperti tetesan tinta yang masih basah, namun dari baunya yang telah tersebar oleh angin sampai pada penciuman Yue, ia tau jika itu bukanlah tetesan tinta yang terjatuh.
"Apa ini?, baunya aneh…" gumam Yue.
Gelegar suara gemuruh kembali bergema di langit, kabut kembali muncul menghilangkan keberadaan pagoda juga Yue yang terjebak di dalamnya.
Menyadari dirinya telah berpisah dari Yue. Mo Yuzhi keluar dari pagoda dan terkejut setelah begitu banyak kabut telah kembali menyelimuti. Untuk berjaga-jaga karena ia belum mengetahui tentang kabut itu, Mo Yuzhi membangun penghalang untuk dirinya sendiri dan pergi meninggalkan pagoda Tian Gao untuk mencari Yue yang tidak dapat ia temukan dimanapun.
Entah sial atau beruntung, Mo Yuzhi justru bertemu kembali dengan mahluk berjubah cerah yang menyerang dan mengacau di penginapan siang tadi.
Ayunan pedang yang sama telah membuat Mo Yuzhi waspada dan hati-hati karena yang digenggam mahluk berjubah itu bukanlah sekedar pedang biasa, namun sebuah artefak yang dapat membunuh iblis. Dan Mo Yuzhi terkejut karena ternyata masih ada yang bisa menggunakan artefak untuk membunuh iblis disaat semua manusia yang memiliki kemampuan itu telah Mo Yuzhi musnahkan. Bahkan suku matahari pun telah ia hilangkan keberadaannya dari atas tanah.
Pertarungan keduanya cukup cepat dan hening. Suara dua pedang yang berlawanan senyap oleh gelegar petir yang terus menyambar. Bahkan posisi kilat telah di ambil alih oleh kedua mahluk itu. Iblis dan satu mahluk yang masih menjadi misteri bagi Mo Yuzhi.
"Baiklah. Kurasa aku bisa bertanya padamu, siapa kau sebenarnya. Dan apa tujuanmu di penginapan tadi?" tanya Mo Yuzhi setelah ia berhasil memisahkan artefak pedang dengan pemiliknya.
Mahluk itu tak bergeming. Ia hanya tetap menunduk membiarkan tudungnya terus menutupi wajahnya yang kemungkinan juga menggunakan topeng setelah Mo Yuzhi melihat kilatan pantulan cahaya kilat di permukaan wajahnya.
Tidak menerima jawaban apapun, kesabaran Mo Yuzhi terhadap selain iblis sangatlah terbatas sehingga dirinya melayangkan serangan yang terus mendesak mahluk itu.
Tidak ada darah merah yang keluar dari tubuhnya, hanya sebuah noda hitam yang merembes keluar membasahi jubah cerahnya. Kedua mata tajam Mo Yuzhi kini mendapat jawaban, seperti dugaannya jika mahluk itu bukanlah manusia, tapi bukan juga iblis.
Crak!
"Aku sedang bertanya padamu mahluk sial" guman Mo Yuzhi yang telah meletakan cengkraman di leher mahluk itu.
Jleb!
Lompatan besar Mo Yuzhi ambil setelah ia sadar jika dirinya telah masuk dalam perangkap mahluk berjubah itu. Artefak pedang itu sepenuhnya berada dalam kendali mahluk itu meskipun terpisah jauh dari pemiliknya, pedang itu akan tetap kembali jika pemiliknya telah memanggilnya.
Déjà vu Mo Yuzhi saat ia melawan beberapa cultivator kembali datang. Rasa sakit dan terbakar di perutnya yang berhasil disobek oleh pedang berbahaya mahluk itu telah membuat Mo Yuzhi melemah. Kesadarannya pun baru sadar jika pedang itu juga dapat menembus dan menghancurkan pembatas yang telah ia buat untuk dirinya dari kabut sebelumnya.
Tak hanya rasa sakit dari tusukan pedang, kini Mo Yuzhi pun seolah berada di ruang hampa tanpa udara.
Mahluk itu kembali berjalan menghampiri Mo Yuzhi yang masih bersandar di dahan pohon. Regenerasi lukanya pun berjalan sangat lambat karena sobekan dalam di tubuhnya hampir mengenai titik fatal bagi iblis.
Memutar otaknya karena bukan jantungnya yang disobek. Mo Yuzhi tidak tau apa yang diinginkan mahluk itu yang bahkan seperti tak memiliki mulut untuk bicara.
Bukan manusia ataupun kultivator dan bukan iblis, namun kemampuan mahluk yang Mo Yuzhi hadapi bagai gabungan dari keduanya.
Tidak panik, Mo Yuzhi justru hanya diam memperhatikan mahluk itu. Rasa sakit seolah tidak ada bagi mahluk itu setelah ia menerima luka yang lebih banyak dari Mo Yuzhi sebelumnya. Aura kehidupannya pun tidak dapat dirasakan oleh Mo Yuzhi.
Masih dalam keadaan tenang Ketika mahluk itu telah menghunuskan pedang ke wajahnya dan perlahan turun ke leher Mo Yuzhi, namun tidak ada Gerakan appaun lagi. Perasaan kesal memenuhi diri sang raja iblis yang bagai tengah direndahkan oleh mahluk tak jelas itu.
"Kenapa?, kurasa kau tidak ingin membunuhku ya…" ucap Mo Yuzhi yang juga tak merasakan hawa membunuh dari mahluk itu meski ia tak menyangkal jika mungkin mahluk itu ingin membunuhnya namun ia tidak menampakan aura membunuhnya sama seperti aura kehidupannya yang tidak terasa.
Mahluk itu menarik pedangnya lalu mengeluarkan sesuatu. sebuah belati kini menggantikan pedang yang ia genggam untuk ia gunakan mengukir di tanah yang lembab.
Mo Yuzhi menyerengitkan dahinya setelah melihat apa yang ditulis oleh mahluk itu.
"Apa kau raja iblis?" tanya mahluk itu yang nampaknya tidak dapat dobohongi oleh penyamaran Mo Yuzhi.
Mo Yuzhi sedikit menyipitkan matanya dan menjawab mahluk itu. Walau seperti bisu tapi penglihatan dan pendengaran mahluk itu sangatlah tajam.
"Kurasa kau memiliki mata yang tajam, kau pasti sudah tau jawabannya tanpa harus bertanya ulang" ucap Mo Yuzhi.
Mahluk itu kemudian kembali menulis pertanyaan yang membuat Mo Yuzhi bimbang dengan perasaannya.
"Apa kau membenci manusia?"
Pertanyaan semacam itu jika yang bertanya adalah iblis Mo Yuzhi pasti akan dapat menjawab dengan lantang jika ia sangat membenci manusia, namun jika hatinya yang ditanya Mo Yuzhi hanya akan menjawab jika dirinya sebenarnya tidak membenci manusia.
Namun kali ini yang bertanya padanya adalah mahluk yang bahkan tidak ia ketahui jenisnya membuat Mo Yuzhi hanya menjawab dengan seperti biasa.
"Aku membenci manusia… " ucap Mo Yuzhi
Merasa jawaban itu masih memiliki kelanjutan, mahluk itu kembali bertanya dengan melanjutkan ucapan Mo Yuzhi.
"Kau membenci manusia juga iblis?"