Chereads / Legend of White Demon Lord and the Black Rose / Chapter 18 - Aku memilih warna Putih

Chapter 18 - Aku memilih warna Putih

Yue terkejut untuk sesaat, namun ia sadar jika itu mungkin memang hanya ketidaksengajaan Namanya yang mirip dengan nama kekasih yang Mo Yuzhi ucapkan beberapa saat lalu. Setelah itu, Yue menjadi sedikit termenung karena Yue bukanlah nama yang diberikan oleh orang tuanya, namun Ia tetap menghargai pemberian nama yang diberikan oleh nenek yang telah pernah merawatnya saat bayi hingga berumur beberapa tahun. Bagi Yue, sang nenek bagai ibunya dan Xiao Bai bagai ayahnya yang selalu mengkhawatirkan anaknya.

Yue bahkan dengan bodohnya baru menyadari sedikit keanehan pada pesan yang diberikan oleh Xiao Bai sebelum dirinya pergi. Xiao Bai mengatakan jika dirinya adalah keturunan dari klan matahari.

"Siapa klan matahari sebenarnya?, apakah orang tuaku dari klan itu?, lalu kenapa mereka membuangku di daratan musim semi?, apakah di daratan musim semi ada petunjuk tentang klan matahari itu?, tapi Xiao Bai bilang semua petunjuk akan kudapatkan jika aku mengambil artefak mawar milik raja iblis, dan aku sudah kehilangan artefak itu…"

Pertanyaan demi pertanyaan terus menggerus kepala Yue. Keputusanpun harus ia buat. Ia memilih untuk mencari tau tentang identitasnya dulu daripada mencari artefak yang entah keberadaannya dimana saja.

Setelah berjalan cukup jauh, Yue tidak lagi mendengar suara pertempuran para pembawa lentera dan ia tidak terlalu memperdulikannya lagi, dan masalahnya sekarang adalah bagaimana caranya ia pergi dari iblis yang masih berjalan memimpin didepannya itu.

"Aku tidak bisa menjalankan rencana-rencanaku jika dia terus bersamaku… apa aku harus memberikannya satu artefak agar dia pergi?" batin Yue yang tengah mencari ide.

Yue tiba-tiba teringat jika dia tidak tau juga nama iblis didepannya itu. Yue pun pergi bertanya menanyakan Namanya yang mungkin jika mengenal marganya ia dapat melakukan sesuatu. karena setiap marga mencerminkan bagaimana sikap dan sifat yang sudah turun temurun. Sama seperti manusia, para iblis juga memiliki beberapa nama marga besar dan beberapa marga yang kurang terkenal yang jarang dimiliki karena Yue yakin semua iblis kini keturunan para bangsawan dan kerajaan, serta yang rendah para pelayan yang telah mengabdi pada raja iblis.

"A-anu, aku belum tau namamu…" ucap Yue

"Oh kau benar kita belum berkenalan" ucap Mo Yuzhi dan kali ini ia pun penasaran aakah Yue akan tetap memakai nama Hua untuk nama samarannya atau tidak, "namaku Yi Xue, dan asrtinya adalah satu pertama" ucap Mo Yuzhi.

"Oh baiklah tuan Yi, aku… namaku Xiao Yang" ucap Yue yang lebih memilih nama lain karena teringat jika dirinya berasal dari klan matahari.

"Xiao Yang?, matahari?" tanya Mo Yuzhi penasaran karena kali ini Yue mengganti nama samarannya.

Yue mengangguk, "ya, itu namaku…" ucap Yue dengan percaya diri dan merasa Namanya kali ini lebih cocok untuk penyamarannya daripada nama Hua yang sebelumnya.

Setelah mengetahui Namanya dan marganya, Yue mencoba mengingat-ingat namun ia merasa jika marga itu tidaklah terkenal, "apakah iblis biasa?, tapi… tidak mungkin iblis biasa tertarik dengan artefak" fikir Yue. Selama ini semua iblis yang ia temui untuk menjual artefak adalah para iblis dari kelas bangsawan menengah.

"Maaf, apa kau benar-benar kolektor artefak?" tanya Yue

"Ya tentu saja, apa ada yang salah dengan namaku?, nampaknya kau merasa ada sesuatu setelah mengetahui namaku"

"Ah, maaf aku… hanya saja aku merasa asing dengan margamu. Kau tau kan artefak yang kujual memiliki harga yang tinggi, jadi…"

"Aku mengerti. Sepertinya kau hanya menjual artefak kepada para bangsawan ya?"

"Jadi benar kau… kau bukan…" Yue menjadi ragu meneruskan kata-katanya, selain tidak enak hati ia juga cukup takut mengatakan kesenjangan kasta di antara para iblis. Walau mereka semua terlihat hidup rukun, namun tetap saja dibelakang mereka akan selalu merendahkan yang lebih rendah, dan yang lebih rendah akan selalu mengeluh.

"Ya. Sepertinya aku bisa bercerita sedikit padamu. Sejujurnya aku tidak memiliki orang tua dan marga itu adalah marga yang ku ambil dari seseorang yang pernah memberiku sebuah benda. Percaya atau tidak aku adalah iblis yang pernah menerima kebaikan manusia…" jelas Mo Yuzhi yang mulai mengarang kisah palsunya.

Yue kembali dibuat tertegun, ia tidak percaya jika ternyata iblis di depannya itu memiliki nasib yang sepertinya mirip dengannya.

"Apa kau ingin mengatakan jika kau ditolong oleh seorang manusia dan nama margamu itu adalah marga manusia itu?" tanya Yue

"Ya, seperti itu. Lalu bagaimana denganmu?, kau sepertinya punya kisah unik dan cara hidupmu nampaknya sangat bebas…" Mo Yuzhi pun mencoba memancing Yue untuk menceritakan tentangnya.

Yue yang terlarut dengan kisah karangan Mo Yuzhi tentunya menjadi bersimpati dan karena merasa memiliki nasib yang sama ia pun menceritakan kisahnya dengan sedikit mengarang karena tidak mungkin ia memberitaukan identitasnya yang seorang manusia pada Mo Yuzhi.

"Sebenarnya aku juga tidak tau siapa orang tuaku. Jika kau ingat, aku selama ini Bersama dengan sahabatku. Yah kisahku tidak terlalu menarik tapi sepertinya kehidupanmu cukup mirip dengan sahabatku. Dia juga ditolong oleh manusia dan mengambil marganya…"

"Sahabatmu. Apa kau dan sahabatmu itu benar-benar sangat dekat?" tanya Mo Yuzhi langsung mengambil kesempatan untuk mengorek lebih dalam.

"Hm, kurasa dia bagiku seperti kakak?, atau ayah… dia selalu melindungiku yang bodoh ini, namun sejak dia meninggal aku harus berusaha menjadi pintar, dan mencuri artefak adalah caraku bertahan hidup hingga saat ini"

Mo Yuzhi pun dapat mengambil kesimpulan jika sahabat yang Yue maksud selama ini nampaknya memang iblis dan dia adalah laki-laki. Mengetahui sampai situ saja Mo Yuzhi justru bertambah menjadi semakin kesal, ia ingin mengetahui tentang Yue lebih banyak lagi. Ia ingin mengetahui jati diri Yue yang sesungguhnya. Ia ingin mendengar kebenaran siapa Yue sebenarnya yang cukup menarik dan misterius baginya.

Di hati lain, Yue pun entah kenapa menjadi tidak tega dengan Mo Yuzhi karena merasa nasib mereka sama, ia jadi ingin merangkul pria didepannya itu. Namun Yue jelas tau perbedaan di antara keduanya yang sudah berbeda alam sejak lahir. Manusia dan iblis, Yue tidak yakin dapat mengajak Mo Yuzhi atau tidak ditambah ia juga tidak tau kehidupan Mo Yuzhi seperti apa biasanya dan apakah bisa cocok dengan gaya hidupnya.

"Kau bilang kau pernah ditolong manusia?, lalu. Apa aku bisa bertanya?"

"Bertanya apa?" ucap Mo Yuzhi yang antusias

"Menurutmu, manusia itu bagaimana?. Kau pasti taukan bagaimana kehidupan ibl- kehidupan kita. Yang Mulia Mo juga selalu mengutarakan kebenciannya terhadap manusia, namun menurutku keduanya sama-sama memiliki hitam dan putih. Ada iblis jahat dan baik, begitupula dengan manusia. Apa kau membenci manusia?"

Pertanyaan itu suskse membuat Mo Yuzhi kembali mengingat apa yang dikatakan mahluk aneh yang merupakan artefak itu. Saat itu ia menjawab dengan percaya diri jika dirinya membenci manusia, namun dalam dirinya ia sendiri juga tau jika ia juga membenci dirinya yang iblis. Intinya Mo Yuzhi sebenarnya juga memiliki pandangan yang sama seperti Yue, namun karena dirinya dikecewakan oleh Yu Xia, pandangan netral seperti itu tidak ingin ia akui. Ia lebih memilih benar-benar ingin menjadi iblis yang berdiri dalam kegelapan.

"Apakah aku membenci manusia atau tidak…"

Mo Yuzhi terdiam cukup lama sampai ia menghela nafas berat, "sejujurnya aku tidak mengerti aku harus membenci mereka atau tidak. Kau tau kit aitu adalah iblis yang sudah menjadi jahat, kita selalu berada dalam warna hitam. Jadi walaupun aku tidak membenci manusia, takdir kita harus membenci mereka…"

"Jadi, intinya kau tidak membenci mereka?, hanya karena dirimu iblis kau merasa harus membenci mereka?"

"Aneh, kau mengatakan itu seperti kau seorang manusia saja…"

"Bu-bukan begitu!. Aku… aku. Aku hanya ingin mengakui jika aku tidak membenci manusia" ucap Yue dan apa yang sampai pada Mo Yuzhi tentu sebaliknya karena dia tau Yue adalah manusia dan dia pun dapat menyimpulkan jika Yue tidak membenci iblis.

"Kenapa?"

"Jika manusia saja bisa hitam dan putih, maka iblis pun dapat memilih hitam atau putih. Dan aku memilih untuk menjadi iblis putih yang baik…" ucap Yue ragu-ragu.

Kali ini angin berhembus lembut, alam seolah memberikan angin segar pada otak gila Mo Yuzhi. Ia tidak pernah memikirkan hal itu. Menjadi iblis putih yang baik, apakah hal seperti itu bisa terjadi?, apakah takdir mengizinkan dirinya untuk melangkah ke sisi disebelahnya?.

Mo Yuzhi kini merasa semua hal menjadi lucu, ia merasa terjebak masuk kedalam permainanya sendiri. Ia pun tertawa terbahak-bahak dengan pemikiran seperti itu.

Sedangkan Yue yang melihat sikap Mo Yuzhi menjadi sedikit takut, apakah dirinya sudah salah bicara atau tidak sehingga ia kembali mengulang-ulang apa yang sudah ia katakan sampai-sampai Mo Yuzhi merasa pembicaraan mereka seperti tengah mencari hiburan untuk tertawa setelah selesai berbagi kisah menyedihkan.

"Menarik!. Kau benar… putih. Mungkin aku harus mengganti margaku lagi kali ini?. Bai Xue, salju putih apakah nama itu terdengar lebih baik?" uap Mo Yuzhi

Yue bingung harus menanggapi apa, jadi ia hanya menyetujuinya jika nama itu terdengar bagus.

"A-anu tuan Yi-"

"Bai!. Sekarang namaku Bai Xue!. Dan kau… kau harus ganti margamu juga bukan?, Bai Yang. Matahari putih, itu lebih bagus dari Xiao Yang. Matahari itu besar, tidak kecil!" ucap Mo Yuzhi

Mo Yuzhi menatap Yue dengan serius, "kau benar-benar harus mengganti margamu bukan?"

"Ya-ya, aku akan menggantinya. Lagipula aku yang mengusulkannya tadi… Bai Yang"

"Bagus. Kau, Bai Yang. Dan aku, Bai Xue. Persamaan dan perbedaan yang sangat mencolok… ini benar-benar paduan yang bagus. Kurasa kita bisa menjadi saudara, bagaimana Bai shidi?" ucap Mo Yuzhi yang merasa jika nama mereka benar-benar mencerminkan masing-masing. Mereka berbeda, iblis dan manusia, salju dan matahari, panas dan dingin, namun disatukan oleh satu warna yang sama.

Mo Yuzhi dengan berani mencoba melangkah mengikuti Yue untuk pergi ke warna putih dan menjadi baik, dan Yue adalah manusia pertama dan satu-satunya yang harus menerima kebaikannya.