Chereads / Legend of White Demon Lord and the Black Rose / Chapter 6 - Jalan Hitam & Putih

Chapter 6 - Jalan Hitam & Putih

"Hatimu tau jalannya, maka jalanlah dengan mengikuti kata hatimu…"

Ucapan Mo Yuzhi padanya masih terus berdengung berulang kali di kepala Yue sebelum ia memasuki labirin yang terbuat dari tanaman rambat yang tingginya dua kali lipat tinggi tubuh Mo Yuzhi.

"Apa maksudnya?, jika aku mengikuti kata hatiku…" Yue berhenti berfikir dan mulai mengingat kata-kata Xiao Bai yang juga berpesan padanya untuk mengikuti kata hatinya sehingga déjà vu tercipta antara Yue dengan Mo Yuzhi yang mirip dengan Xiao Bai.

Langkah demi Langkah telah Yue lewati dengan mengikuti kata hatinya untuk menelusuri labirin tanaman itu hingga Yue akhirnya berhenti berjalan karena ternyata jalan yang ia ambil sebelumnya justru mengantarnya pada kebuntuan.

"Eh?. Bu-buntu?, kukira aku mengambil jalan yang benar…" gumam Yue sehingga ia kembali ke persimpangan dan terdiam berfikir kembali untuk memutuskan jalan mana yang harus ia ambil di antara dua jalan yang belum ia lalui karena alasan Yue tidak mengambil salah satu dari dua jalan yang belum ia lalui itu adalah aneh.

Satu jalan terlihat terisi oleh banyak bunga berwarna putih dan satu jalan lagi terisi oleh bunga berwarna hitam, dan hal itu yang membuat Yue merasa curiga dan akhirnya mengambil jalan dengan tanpa bunga seperti sebelum-sebelumnya. Tapi jalan yang Yue ambil ternyata buntu sehingga mau-tidak mau Yue harus memilih apakah dirinya harus mengambil jalan dengan bunga putih atau hitam.

Disisi lain Mo Yuzhi hanya terdiam berdiri di pinggir sebuah kolam yang menampilkan Yue yang tengah bimbang mengambil jalan. Senyuman tipis kembali terhias di wajah Mo Yuzhi karena sebentar lagi ia akan mengetahui apakah Yue memiliki kemiripan dengan Yu Xia atau tidak.

"Mawar hitam atau mawar putih… dan kau mengatakan jika mawar putih lebih indah" gumam Mo Yuzhi saat ingat Yu Xia yang mengambil jalan mawar putih.

Mo Yuzhi sendiri tau jika jalan mawar putih ataupun hitam akan berakhir di ujung yang sama jadi tidak ada bedanya memilih atau tidak, namun ia membuat dua pilihan itu karena dari pilihan itu Mo Yuzhi dapat mengetahui seseorang bahkan dirinya sendiri. Tentu saja mawar-mawar yang berada disana bukanlah mawar biasa namun merupakan tumbuhan mawar yang tumbuh karena tetesan darah seorang abadi.

Bunga mawar itu dikatakan ditanam untuk dipersembahkan kepada kekasihnya yang sangat ia cintai, namun suatu hari duri yang ada pada mawar itu telah melukai sang kekasih sehingga abadi itu menjadi marah dan sedih. Ia marah pada dirinya sendiri karena apa yang ia tanam ternyata telah melukai orang yang ia cintai, dan ia sedih karena kekasihnya melupakan dirinya setelah tertusuk duri mawar yang beracun.

Beratus-ratus ribu tahun tenggelam dalam kesepian dan kesedihan karena kekasihnya telah melupakannya. Abadi itu pun memutuskan mengakhiri hidupnya dengan ikut meneteskan darahnya sehingga ia dapat melupakan kekasihnya yang juga melupakannya dan menjadi asing Bersama.

Setelah itu mawar putih telah menjadi lambang cinta dan penyesalannya, dan mawar hitam telah menjadi lambang kebencian dan kesedihan abadinya. Dan siapapun yang menanam kedua mawar itu secara bersamaan itu berarti ia sudah memutuskan untuk melupakan kekasihnya yang mungkin juga bernasib sama dengan kisah sang abadi.

Namun, saat itu Mo Yuzhi yang baru menanamnya tidak mengetahui kisah itu dan ia telah menyesal telah membuat Yu Xia memilih di antara kedua mawar itu yang ternyata sekaligus menjawab perasaannya jika Yu Xia mungkin telah jatuh cinta dan menyesal akhirnya Bersama dengan Mo Yuzhi sehingga ia harus memberikan Mo Yuzhi mawar hitam.

Selama tiga ratus tahun Mo Yuzhi terus menggenggam mawar hitam itu, kebencian dan kesedihan telah melilit hatinya dengan akar berduri sehingga ia sendiri tidak tau pada perasaannya pada Yu Xia apakah ia telah membencinya atau ia telah sedih kehilangan.

Setelah melihat wajah Yue yang begitu mirip dengan Yu Xia membuat Mo Yuzhi harus kembali meneteskan darahnya di kedua mawar itu untuk memastikan perasaannya apakah ia masih mencintainya atau tidak.

Jika Yue mengambil jalan mawar hitam, dan plat yang ia berikan pada Yue bersinar maka Mo Yuzhi akan membunuh Yue namun jika tidak ia tidak akan membunuhnya, dan jika Yue mengambil jalan mawar putih, dan platnya bersinar itu berarti Yue masih memiliki hubungan dengan Yu Xia dan Mo Yuzhi harus membunuh Yue tanpa alasan apapun lagi, tapi jika platnya tidak bersinar itu berarti Mo Yuzhi mungkin akan mencoba mencintai sosok Yue.

Terdengar bodoh memang, tapi untuk Mo Yuzhi yang sedang di terombang-ambing dalam rasa bimbangnya hanya bisa melakukan hal bodoh itu karena ia tidak bisa terus menerus memikirkan Yu Xia yang telah mengkhianatinya.

Angin berhembus membawa kelopak mawar putih ke tangan Mo Yuzhi. Dan Yue pun telah mengambil jalan yang ia pilih yang berarti Mo Yuzhi harus mengalihkan perasaannya pada Yue dan tanpa sadar membuat Yue menjadi bahan pelarian dirinya yang tidak dapat melupakan Yu Xia.

Helaan nafas berhembus, namun tak ada yang tau apakah Mo Yuzhi menghela nafas lega atau cemas karena ia harus belajar mencintai Yue. Dan dapat dikatakan Mo Yuzhi adalah iblis bodoh yang tidak dapat belajar dari masa lalu karena ia benar-benar memilih untuk menabur benih cintanya pada seorang manusia. Entah apa yang akan terjadi jika Yue akan kembali mencabut benih yang telah ia tanam dengan susah payah, mungkin selanjutnya Mo Yuzhi akan mencoba menghancurkan dunia Bersama dengan dirinya agar semuanya lenyap tak bersisa.

Mengingat Mo Yuzhi adalah iblis jadi mungkin akan banyak manusia yang memakluminya karena ibis hanya akan selalu mengutamakan hasratnya daripada fikirannya.

Jalan-jalan yang terbuat dari batuan giok berwarna putih telah Yue injak hingga akhirnya ia melewati jalan dalam labirin yang memiliki warna hitam yang sebentar lagi akan membawanya sampai pada pusat labirin.

"Apa hanya perasaanku saja ya, plat ini tadi terlihat sedikit bersinar?" batin Yue setelah ia melihat sedikit kilauan pada plat yang tergantung di ikat pinggangnya, namun karena sinar matahari yang terang telah bersinar secara bersamaan jadi Yue maupun Mo Yuzhi tidak dapat melihat kilauan plat itu dan takdir pun telah terjalin di antara mereka dengan restu sang matahari.

Yue terus melangkahkan kakinya perlahan-lahan sambil tenggelam dalam banyak fikirannya yang mengingat pesan Xiao Bai jika dirinya harus mengambil sebuah artefak yang berbentuk bunga mawar berwarna hitam yang disimpan oleh Mo Yuzhi dan kini sebuah mawar hitam terlihat menonjol ditengah lingkaran mawar putih dibawahnya.

Bahkan Yue kini juga telah berfikir dirinya bodoh karena ia tidak bertanya bunga apa yang harus ia ambil darisana.

Daripada memikirkan itu, Yue lebih memilih mendekati mawar hitam untuk melihat apakah itu adalah artefak yang mungkin saja memang disimpan disana dan akan mengambil mawar lain untuk ia berikan pada Mo Yuzhi. Saat Yue hendak menyentuh mawar hitam disana tiba-tiba sesuatu telah mendarat di kepala Yue bersamaan dengan sebuah suara yang telah sampai.

"Sebaiknya kau tidak menyentuh mawar itu atau kau akan terluka…" ucap Mo Yuzhi yang sudah berada di belakang Yue dengan berbisik sambil memberikan Yue sebuah mahkota bunga yang terangkai dari berbagai bunga yang ada di taman pribadinya itu.

"Ya-Yang Mulia!"

"Selamat!. Kau ternyata bisa sampai disini, ku kira kau hanya akan menggunakan plat itu karena menyerah" ucap Mo Yuzhi sambil mengambil kembali plat di pinggang Yue.

Yue sendiri langsung bergerak mundur saat tangan Mo Yuzhi juga menyentuh pinggang rampingnya.

"Te-terimakasih Yang Mulia. Jadi, apakah saya tidak perlu mengambil bunganya untuk anda?"

"Hm. Tidak perlu"

"Lalu?" Yue berbicara dengan ragu-ragu karena ia benar-benar tidak mengerti jalan fikir iblis didepannya itu.

"Lalu?. Tidak ada…" Mo Yuzhi terdiam nampak berfikir kemudian ia kembali tersenyum pada Yue "karena kau sudah menemaniku sejak kemarin dan telah menyelesaikan permainan hari ini jadi aku hanya ingin menawarkan hadiah untukmu setelah itu kau bisa kembali menjalankan kegiatanmu seperti biasa" jelas Mo Yuzhi.

"Jadi, hadiah apa yang kau inginkan?"

"Ti-tidak perlu Yang Mulia, dapat menginjakkan kakiku di istana anda bahkan anda membiarkan saya bermalam disini sudah merupakan sebuah hal yang lebih dari cukup dari sebuah hadiah"

"Oh, benarkah?. Kau benar-benar tidak ingin apapun?"

"Ya, tidak perlu Yang Mulia"

"Kalau begitu. Sebelum kau pergi aku ingin bertanya sesuatu padamu"

Jantung Yue mendadak berdetak cepat seolah menyurunya untuk segera lari agar dapat menyamai ritme Gerakan dengan detak jantungnya, namun tentu saja ia tidak bisa melakukannya jadi ia hanya bisa mendengarkan pertanyaan Mo Yuzhi dan menjawabnya.

"Silahkan Yang Mulia" ucap Yue sedikit takut dengan pertanyaan Mo Yuzhi.

"Hal apa yang kau sukai?" tanya Mo Yuzhi dengan lembut namun yang Yue dengar justru hal aneh karena bagaimana bisa Mo Yuzhi bertanya seperti itu padanya bahkan ia seperti bersikap terlalu baik padanya. Walau begitu Yue tetap harus menjawabnya dengan cukup asal karena selama ia hidup tanpa banyak memiliki apapun ia tidak memiliki hal khusus untuk ia sukai kecuali warna hitam langit malam yang menenangkan untuk dirinya dapat tidur nyenyak.

"Maaf, apakah ada spesifikasi khusus untuk hal yang disukai ini Yang Mulia?"

"Tidak ada, jawab apapun yang kau suka"

"Kalau begitu saya akan jawab, saya menyukai warna langit malam"

"Hanya itu?"

Yue kembali berfikir, ia tidak tau maksud dari Mo Yuzhi bertanya seperti itu padanya sehingga membuat Yue cukup hati-hati dan ia kembali menjawab dengan asal jika dirinya menyukai bunga mawar yang ada di tengah taman labirin itu.

"Saya rasa saya juga akan mulai menyukai tanaman bunga anda Yang Mulia. Benar-benar indah" ucap Yue sekaligus memuji.

"Maksudmu mawar hitam itu?" tanya Mo Yuzhi karena ia telah melihat bagaimana kedua mata Yue melihat mawar hitam yang ada disana dan hendak menyentuhnya, jadi dia berfikir demikian.

"Ya itu juga, mawar yang indah…" ucap Yue yang membuat Mo Yuzhi terdiam karena bagamanapun ia kembali merasakan déjà vu saat Yue mengatakan dirinya menyukai mawar hitam itu karena indah, jawaban yang sama seperti Yu Xia walau warna yang mereka pilih berbeda.