Yue berjalan kesana kemari seperti para iblis lainnya yang berkeliaran di jalan-jalan dengan keadaan yang sama, yaitu mabuk setelah berpesta ditambah dalam keadaan mabuk itu mereka dalam keadaan senang karena hendak memburu para bunga bangkai sehingga saling bertabrakan pun mereka tidak akan marah dan justru saling merangkul dan tertawa Bersama sambil berteriak-teriak.
"Berburu!"
"Bunga bangkai!"
"Berburu"
"Bunga bangkai!"
"HAHAHA!"
Yue yang hendak menabrak seorang iblis segera ditarik oleh Yuzhi yang ternyata cukup perhatian pada Yue walau ia tidak mengetahui siapa Yue, namun ia melakukan itu karen melihat tubuh Yue yang kecil sehingga terlihat lebih rapuh dari pria iblis kebanyakan. Dan karena Yue tengah menjadi teman untuk berburunya, jadi ia akan memperhatikan Yue agar terus mengikutinya.
"Kita mau berburu kelinci dimana?!" tanya Yue yang kini tangannya ditarik oleh Yuzhi agar dirinya mengikutinya berjalan sehingga tidak akan menabrak siapapun karena Yuzhi tidak mabuk sedikitpun.
"Menurutmu dimana?, kelinci bersembunyi dalam tanah yang gelap"
"Gua?!" jawab Yue
"Gua?, apa kelinci tinggal di gua?, kukira lubang tanah"
"Ayo ikut aku!" Karena fikiran Yue yang sudah bercampur aduk jadi Yue tidak peduli dirinya akan membawa kemana Mo Yuzhi dan sampailah mereka di depan sebuah batu besar di bawah kaki gunung tempat Yue tinggal.
"Bukankah kau bilang gua?, kenapa kau membawaku pada batu besar ini?" tanya Mo Yuzhi yang sebenarnya sudah dapat menebak mungkin gua itu berada di balik batu besar itu.
Dan benar saja, setelah Yue melakukan sesuatu pada batu itu ia mendapati batu yang menghilang lalu Mo Yuzhi pun terkejut. Keterkejutan Mo Yuzhi beralih menjadi senyuman yang membuat dirinya bahagia karena ia dapat mencium sesuatu dari dalam gua itu, terlebih batu yang merupakan ilusi sebuah artefak juga membuat Mo Yuzhi bertanya-tanya siapa Yue sebenarnya, karena bagaimanapun iblis sangatlah harus berhati-hati untuk bersentuhan dengan artefak milik manusia terutama peninggalan para cultivator kecuali jika artefak itu telah berubah menjadi artefak iblis.
"Ayo kita masuk" ajak Mo Yuzhi.
Mo Yuzhi berjalan di dalam kegelapan itu tanpa masalah sedikitpun karena matanya dapat melihat di dalam kegelapan. Ia juga dapat dengan jelas melihat beberapa jejak yang ditinggalkan manusia di tanah dan rerumputan yang diinjak hingga mati di dalam gua gelap tersebut.
"Apa ini tempat yang digunakan para pembawa lentera yang dilaporkan kemarin?" gumam Yuzhi.
"Bag-"
Bruk!
"Air!" teriak Yue setelah ia menabrak Mo Yuzhi.
Mo Yuzhi sendiri tak jadi meneruskan kata-katanya untuk bertanya pada Yue dan membawa Yue keluar dari gua, "apa kau haus?" tanya Mo Yuzhi pada Yue yang wajahnya semakin memerah sedangkan tenggorokannya terasa seperti gurun panas yang kering dan terbakar.
"Air!. Air!. Aku ingin minum!. Panas!" ucap Yue pada Mo Yuzhi. Fikiran Yue semakin menguap Bersama dengan asap yang membumbung tinggi dari perapian sehingga ia tak dapat lagi berfikir.
Ctak!
Mo Yuzhi menjentikan jarinya dan keluarlah sebuah kantong kulit berisi air yang kemudian ia berikan pada Yue. Setelah Yue sibuk dengan menenggak airnya, Yuzhi kembali menjentikan jarinya dan dua iblis dengan pakaian militer mereka sampai menghampiri Mo Yuzhi dan segera memberi hormat.
"Yang Mulia, apakah ada sesuatu?"
"Periksa gua ini dan jadikan artefak disana menjadi artefak iblis. Jika sudah selesai periksa gua ini dan laporkan padaku" perintah Mo Yuzhi yang mendadak berwajah serius.
"Dan kau, bawa orang itu ke istana dan berikan dia ruangan dengan penjagaan khusus. Aku tidak ingin dia kabur" perintah Mo Yuzhi lagi karena ia mempunyai banyak pertanyaan jika Yue sudah tidak lagi mabuk.
"Baik Yang Mulia!!" ucap dua prajurit itu bersamaan.
Sementara Yue dibawa ke istana dan dikurung di sebuah kamar, Mo Yuzhi masih diam di depan mulut gua untuk menerima laporan langsung dari prajuritnya yang masuk lebih dalam dari dirinya sebelumnya karena Mo Yuzhi sibuk memperhatikan artefak yang telah diubah menjadi artefak iblis itu yang sebelumnya digunakan untuk membuat segel ilusi yang menutupi mulut gua.
"Jika tidak salah, ini adalah bulu phoenik es … kenapa bisa menjadi artefak?, siapa yang mampu menaklukan phoenik es itu?, bahkan aku tidak dapat masuk lebih jauh lagi kedalam sarangnya" batin Mo Yuzhi yang terus memutar fikirannya sambil memandang bulu indah berwarna biru seperti es.
Mo Yuzhi menyimpan artefak itu untuk ia tanyakan pada Yue yang mungkin mengetahui sesuatu.
"Yang Mulia"
"Bagaimana?"
"Ini jalur yang biasa digunakan para pembawa lentera, namun ada yang aneh di dalam sana"
"Aneh?, apanya?"
"Ada sebuah kabut yang dapat meracuni manusia maupun iblis"
Mo Yuzhi mengerutkan alis tebalnya karena tidak mungkin para pembawa lentera melewati kabut yang dapat membunuh mereka juga.
"Saya mengambil sampelnya. Silahkan Yang Mulia" prajurit itu nampak menyerahkan sebuah botol kecil berwarna hitam.
"Baiklah tutup gua ini dengan segel iblis milikmu lalu kita kembali"
"Baik!"
Setelah kembali, Mo Yuzhi menyimpan artefak dan sampel kabut itu terlebih dahulu dan pergi ke ruang kamar untuk menahan Yue. Saat Mo Yuzhi masuk kedalam ruangan itu, ia mendapati Yue tertidur di lantai dengan kepalanya ia sandarkan di atas bangku yang ada di dekat Kasur.
"Oh, ayolah setidaknya jangan tidur di lantai saat aku memberikan Kasur untukmu kawan" gumam Mo Yuzhi yang lantas merangkul Yue untuk ia pindahkan ke Kasur agar dapat tidur dengn cukup nyaman karena Yue tengah menjadi tamu bagi Mo Yuzhi yang cukup misterius.
"Hmh"
"Kufikir kau cukup mirip dengan adikku saat tidur, sayangnya dia sudah tidur dalam keheningan" gumam Mo Yuzhi saat melihat sikap Yue yang tertidur seperti anak kecil dengan meringkuk seolah membutuhkan pelukan ditambah tubuh Yue yang lebih kecil, dan hal itu selalu dilakukan adik laki-laki Mo Yuzhi yang sudah meninggal karena dibunuh oleh seorang cultivator yang juga sudah menjadi abu.
Mo Yuzhi pun seketika bersikap hangat saat mengingat adiknya dan menjadi perhatian pada Yue, bahkan ia memutuskan untuk mencabut tusuk rambut di rambut sehingga ia dapat tidur dengan nyaman tanpa gangguan takut terluka tertusuk tusuk rambut itu.
Saat tusuk rambut itu terlepas dan rambut Panjang Yue tergerai, Mo Yuzhi terhentak dan sangat terkejut dengan pemandangan yang ia lihat di hadapannya, dimana sosok pria dalam penglihatannya kini telah berubah menjadi sosok Wanita cantik yang tengah tertidur dengan keadaan mabuk.
"K-kau… kau!"
Mo Yuzhi seolah mendapatkan tikaman di hatinya. Ia terkejut bukan karena Yue yang seorang Wanita namun karena hal lain yang telah membangkitkan sesuatu dalam diri Mo Yuzhi yang membuat dirinya berjalan mundur sampai menabrak meja dan terjatuh. Ia bahkan tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.
Perasaan gusar dalam diri Mo Yuzhi bangkit meluap nyaris membuatnya seperti akan gila saat itu juga, namun dengan impulsif sisi waras dan hatinya segera menekan emosi marah itu sehingga hanya kebingungan yang tercipta dalam dirinya.
Dan dalam keadaan bingung serta penasaran, Mo Yuzhi kembali bangkit dan berjalan perlahan mendekati Yue untuk melihat ulang wajahnya karena ia mungkin telah teracuni oleh fikiran masa lalunya saat di kedai tadi.
Kali ini kedua mata Mo Yuzhi berkilat-kilat menunjukan perasaan marah dan sedihnya yang telah bercampur menjadi satu.
"Yu Xia?" ucap Mo Yuzhi yang entah mau terkejut atau meluapkan perasaannya setelah ia yakin jika wajah Yue yang ia lihat saat ini begitu mirip dengan wajah Wanita di masa lalunya yang telah menoreh luka dalam hatinya selama tiga ratus tahun.
Mo Yuzhi dapat merasakan perasaannya yang begitu berantakan, ingatan-ingatan masa lalunya kembali menghantuinya. Saat-saat dimana ia melihat Yu Xia Bersama dengan pria lain membuat Mo Yuzhi merasakan denyutan dalam dadanya, bahkan telinganya pun seolah dapat mendengar suara hatinya yang retak kemudian patah dan akhirnya hancur berkeping-keping saat berada di tahap dirinya melihat kekasihnya bercumbu dengan pria lain yang bahkan dirinya sama sekali belum pernah menyentuhnya.
Dalam genangan memori lampau, Mo Yuzhi kembali mendekati Yue untuk menatapnya untuk waktu yang cukup lama. Wajah tertidur Yue yang merona karena mabuk membuat Mo Yuzhi tidak tahan untuk menyentuhnya.
Di dalam kepalanya bergema kata-kata untuk dirinya segera membelai wajah halus itu dengan kuku-kukunya yang tajam dan panjang lalu mencabik-cabiknya, namun Mo Yuzhi lebih ingin mendengarkan suara hatinya untuk menyentuh wajah itu dan membelainya dengan lembut. Kedua matanya menyorot wajah Yue dengan penuh kerinduan walau yang ia tatap saat ini bukanlah Yu Xia yang sudah menjadi abu.
Masa lalu yang sulit dilupakan namun juga cukup menyakitkan untuk diingat, membuat Mo Yuzhi hanya ingin melakukan hal yang membuat hatinya sedikit merasa terobati. Ia memilih memutuskan koneksi fikiran dengan perasaannya yang terus berperang dan mulai membelai bibir Yue yang lembab juga lembut seperti ceri yang telah matang.
"Yu Xia…" panggil Mo Yuzhi pada Yue yang tetap tertidur Ketika bibirnya mendapat kecupan ringan dari bibir Mo Yuzhi yang tak pernah mencium sosok Yu Xia yang nyatanya masih ia cintai hingga saat ini.
Perasaan rindu telah mengalir. Kecupan itu berubah menjadi lumatan yang sedikit kasar karena Mo Yuzhi melakukannya dalam keadaan mabuk akan perasaan masa lalunya, ia ingin membalaskan perasaan sakit hatinya dengan meniduri Yu Xia dan menyiksanya di ranjang, namun sayang Yu Xia justru mati di tangan ayahnya sebelum ia sempat membalaskan dendamnya dan berakhir ia melampiaskannya ke seluruh Wanita dari ras manusia maupun iblis namun gejolak dalam dirinya tetaplah tak dapat padam seolah api abadi telah membakarnya selama tiga ratus tahun hingga akhirnya ia bertemu dengan Yue.
Aroma vanilla yang bercampur dengan wewangian bunga menciptakan harum yang kuat, namun juga lembut dan manis, sehingga Mo Yuzhi yang tengah dalam gejolak yang panas sedikit dipadamkan oleh aroma tubuh Yue dan kehangatan menyelimuti Mo Yuzhi.
Mo Yuzhi membiarkan kamar yang ditempati Yue tanpa penjagaan kecuali dirinya didalamnya yang tengah mabuk. Dengan cukup kasar Mo Yuzhi kembali menikmati leher jenjang Yue dan menelusuri kulit seputih susu yang membalut tubuh Yue dengan lembut sekaligus kasar setelah ia menyikap pakaian Yue dan menyadari jika Yue memang seorang manusia.
Di malam hari kelahirannya, tanpa sadar bunga baru tumbuh dalam hati Mo Yuzhi dan menutupi setiap retakan yang tertinggal disana. Yue telah membuat seorang Mo Yuzhi benar-benar mabuk malam itu.