Chereads / Cinta Sang Ningrat / Chapter 3 - perjumpaan pertama kami

Chapter 3 - perjumpaan pertama kami

Aku mencari tempat duduk agak belakang supaya aku bisa main komputer.

Bella duduk di sebelahku sambil menaruh gelas kopi panasnya di depannya.

Dia membuka laptop di depannya.

"Bell… loe harus jujur ma gue… loe udah nikah ya? Koq loe ga cerita seh ma gue…" aku mengiterogasi sahabat karibku yang telah menyembunyikan pernikahannya selama ini.

"Belom saatnya ras… loe tau sendiri kan walaupun nikah gue tetep LDR an ma suami gue… ehhh, busyett ngapain laki gue disini," dia langsung duduk agak melorot dari kursinya.

"Ngapain loe pake sembunyi? Laki mane lagi yang loe pehapein… inget loe uda jadi bini orang," aku mensyukurin kelakuan sahabat karibku yang terkenal cantik di kampus kita.

"Laki gue itu ya suami gue… pantes dia ga ada kabar dari semaleman…" dia berusaha bersembunyi menggunakan layar laptopnya.

"Yang mana bel… yang bapak-bapak pake batik itu?" Aku berusaha menyaring sekelompok orang yang baru aja masuk ke ruangan audiotorium.

"Muke loe gila… mana mau gue dijodohin ma babe-babe gitu… langsung kabur gue balik sini kaga balik indo," dia menoyor kepalaku lalu terus berbicara,"yang pake jas biru itu berjalan di depan bossnya."

"Oh… kece juga mukanya… imut dan ganteng. Kayanya dia anak baik ya, ga kaya diri loe yang gonta ganti pacar kaya seprei," aku menyidir dia.

yang menarik perhatianku, justru sesosok pemuda tampan yang berjalan di belakang suami Bella.

lelaki itu dengan rambut a la aktor korea yang cepak dan rapi, menghiasi wajah tampannya.

Dia memakai kemeja putih tanpa kerah dengan celana biru dengan potongan pensil.

"Ras… ga usah ngiler nonton boss laki gue… gw kasih celemek bayi lho," sahabatku berusaha mengelap bibirku yang tidak kusadari mengangga lebar memperhatikan ketampanannya.

"Dia boss laki loe? Gue pikir dia cuma temen atau staff laki loe… Ya Tuhan, julid banget loe," aku yang masih menatap ketampanan hakiki seorang pria yang duduk bersama jajaran orang penting di deretan depan audiotorium.

"Inget mas kris lho yang setia nungguin loe di jakarta," dia menggingatkan tentang pacar yang selalu kubangga-banggakan di depannya.

Baru kali ini, aku mengikuti jalannya perkuliahan tanpa sedikitpun melirik ke berita tentang k-drama.

Diriku serasa terbius oleh ketampanannya yang bisa aku bilang setara dengan salah satu aktor tampan korea kesayanganku.

Kelas entrepreneurs telah berakhir dan kali ini kita sebagai mahasiswa Indonesia di sydney diharuskan mengikuti acara ramah tamah.

Aku dan Bella tetap duduk di bangku audiotorium menunggu jalan keluar audiotorium menjadi lenggang.

Tiba-tiba, ada seorang pria datang mendekati tempat duduk kita.

"Kenapa kamu duduk di belakang? Hayoo ngapain?" Ario berusaha membuka pembicaraan dengan mukanya yang ramah.

"Biarin, siapa suruh mas engga ngabarin mau ke sydney… emang enak dikacangin," sahabatku terlihat merajuk manja di depan suaminya.

Aku yg menjadi lampu taman merasa agak risih melihat kemesraan mereka berdua.

"Oh ya, mas… kenalin ini sahabatku sedari SMU yang aku ceritain itu… larasati kenalin ini suamiku Ario Wahyu Wicaksana," sahabatku memperkenalkanku dengan suaminya.

Kata mama benar-benar tepat, orangnya terlihat sopan, baik dan cukup tampan.

Aku menjulurkan tanganku untuk menyambut tangannya, yang tiba-tiba di pegang oleh lelaki tampan yang sedari tadi berbicara di atas panggung.

"Kenalkan namaku Raden Mas Narendra Abimayu Djoyodinigrat… saya melihat dari tadi kamu tampak serius mengikuti mata kuliah saya," Abi menjabat tanganku dengan erat menggantikan tangan ario.

"mmm… nama saya Larasati dwipuspitasari pak. Salah satu murid kelas dari Mr Ben Hinns," aku menjawab pertanyaan dengan sopan. Biar bagaimanapun, dia termasuk dosen tamu dan bakal mempengaruhi nilai dosen asli aku.

Belom selesai aku akan memperkenalkan diri temen sekelasku yang sedang berasyik ria dengan suaminya.

Sedangkan Pak Abi sudah berjalan meninggalkan ruangan dan membuatku melonggo dengan kesombongannya.

Pengen rasanya melempar sepatu ke kepalanya yang menunjukkan ketidak sopanannya.

"Aku cari kamu nanti setelah si boss masuk hotel ya… sekarang aq masih harus tugas dulu… pak abi… tunggu…" ario berusaha mengejar atasannya yang berjalan meninggalkan kami.

"Tuh orang… songgong banget sih… mentang-mentang orang sukses tapi kelakuaannya amit-amit…" aku mulai memprotes semua kelakuaan orang yang kelihatan tampan sebelomnya dan sekarang aku menjadi ilfil dengan tindakannya.

"Katanya tadi ganteng dan mempesona… koq sekarang ganti…" bella menyindirku dan berdiri berjalan meninggalkanku yang sedang kesal dengan kelakuan narendra abimayu Djoyodiningrat itu.

Aku tidak sudi harus tetap berada di area lobby auditorium untuk acara ramah tamah.

Tetapi, makanan yang disediakan terasa memanggil namaku.

Mereka membuat berbagai snack khas tanah air terpampang di atas meja putih, dan semua itu adalah makanan kesukaanku.

Ada lemper ayam, kue pukis, kue pisang nagasari, kue lapis coklat, pastel dan kroket.

Kakiku mengkianati maksud hatiku yang ingin segera pergi dari tempat ini.

Tubuhku malah berjalan menuju meja tempat makanan tersebut dan mengambil kue-kue tersebut sebelum berdiri di pojok ruangan.

Sahabatku menyusulku untuk berdiri di meja tinggi yang berada di pojok ruangan untuk menikmati kudapan khas indonesia.

Aku sesegera mungkin ingin kabur dari tempat ini.

Aku beralasan bahwa pekerjaan sampinganku sudah menungguku sebelum aku pergi dari tempat itu.