Chereads / Dunia Kelabu / Chapter 2 - Martabat

Chapter 2 - Martabat

Di sebuah hutan, tepatnya di belakang kediaman keluarga Lloyd, terdapat sesosok manusia yang sedang mengayunkan pedang. Jika dilihat secara cermat sosok itu adalah anak kecil yang usianya sekitar lima tahun.

Dia memiliki rambut yang berwarna abu-abu, ciri khas dari keluarga Lloyd. Selain dari warna rambutnya, dia terlihat seperti anak-anak pada umumnya, kecuali tatapan matanya yang tidak tampak seperti anak-anak. Pandangan itu tajam, teguh, dan di kedalaman matanya terlihat samar keinginan untuk balas dendam.

...

*Haah*

*Haah*

Menyeka keringat di dahi, aku melihat ke langit dan tidak menyangka hari sudah hampir petang. "Kurasa hari ini sudah cukup. Aku harus kembali, jika Ibu mengetahui aku tidak ada di kamar, aku akan selesai."

Menyarungkan pedang dan meletakkan di pinggangku, aku berlari menuju kediaman. Dan seperti iringan musik, suara sistem bergema di benakku mengikuti setiap langkahku.

*Ding* [Poin pengalaman Skill Melangkah +1]

*Ding* [Poin pengalaman Skill Melangkah +1]

*Ding* [Poin pengalaman Skill Melangkah +1]

...

*Sigh*

"Sialan, kepalaku rasanya ingin meledak. Sepertinya tidak ada cara lain selain meningkatkan levelku."

...

Dua hari ini, aku menemukan beberapa masalah pada sistem. Pertama, skill pada sistem, itu hanya muncul secara random, jadi tidak semua tindakanku bisa berubah menjadi skill, sama seperti Skill Melangkah, itu muncul karena nasib burukku sendiri.

Kedua, skill itu tidak menunjukkan kemampuan sejati penggunaannya. Aku memiliki Skill Melangkah bukan berarti aku tidak bisa melangkah jika tidak memiliki skill ini. Skill merupakan sebuah bantuan, dengan adanya skill aku bisa mempercepat kemajuan kemampuan itu.

Ketiga, meskipun munculnya skill itu random, ada kemungkinan aku masih bisa meningkatkan probabilitasnya dengan melakukan tindakan yang sama setiap harinya.

Dan terakhir, aku masih tidak bisa menghilangkan suara pemberitahuan sistem dilevelku saat ini.

...

Melihat kediaman sudah tepat di depan, aku mengendap-endap dan melihat sekeliling jika ada yang berpatroli.

Merasa aman, saya mendekat dan membuka jendela kamarku. "Sigh..., untungnya rumah kami tidak memiliki banyak penjaga. Dan kamarku di lantai bawah"

Menutup jendela, aku meletakkan pedang di tempatnya. Pedang ini adalah hadiah dari orang tuaku, sebuah pedang mainan yang tidak memiliki ketajaman. Meskipun demikian, pedang ini masih terbuat dari besi.

Membersihkan diri, aku melepaskan pakaian kotorku dan menggantinya dengan yang lebih bersih.

"Bagaimana latihanmu hari ini?"

"Cukup memuaskan." Mendengar pertanyaan yang diajukan ini, aku spontan menjawab.

"Hah!?" Tertegun, aku meneguk air liur dan mengintip ke belakangku untuk memeriksa ruangan.

Di sudut ruangan, berdiri seorang wanita dewasa yang terlihat diakhir dua puluhan, dia menyilangkan tangan di depan dada dan memiliki wajah penuh senyuman, kecuali tatapan matanya yang terlihat tajam menghilangkan kesan baiknya.

"Bu..." Mengeluarkan senjata pamungkas, aku memandang Ibu dengan tampilan paling imut yang bisa kulakukan. "apa yang kamu lakukan di sini."

Melihat Ibu tetap tidak bergerak, aku mendekat dan memegang tangannya, mencoba mengayun-ayunkan tangan seperti kebanyakan anak kecil lainnya yang bertingkah manja pada ibunya.

Tapi di dalam hati aku merasa ingin menangis. Seorang anak kecil yang memiliki jiwa pria empat puluh tahunan, bertingkah manja di depan wanita yang lebih muda darinya karena takut dimarahi. Hatiku sesak hanya dengan memikirkannya, seolah-olah aku tidak memiliki martabat lagi. Dan seperti menambah garam pada luka, aku mendengar suara yang paling tidak ingin kudengar.

*Ding* [Selamat, Host telah mempelajari Skill Rendahan]

Seketika aku merasa ada semut yang merayap di hatiku, bahkan sistem ini berani mengutukku.

Geli dengan sikap anaknya, Sarah menggendongnya dan mencubit pipinya. "Ooh, bayi kecilku mencoba merayuku."

"Bu, aku sudah dewasa." Menggembungkan pipi, aku menggeliat di pelukannya dan tidak lupa untuk tetap terlihat imut.

*Ding* [Poin pengalaman Skill Rendahan bertambah]

Sedikit air mata muncul di sudut mataku, sepertinya aku tidak bisa mengelak bahwa aku orang rendahan jika aku terus bertindak seperti ini.

"Ooh bayi kecilku, sudah dewasa ya." Menurunkan anaknya, Sarah memandangya dan berkata, "jadi si dewasa ini sudah tidak patuh pada Ibunya."

Memandang ke bawah aku memikirkan bagaimana caranya keluar dari situasi ini, tapi aku tidak menemukan apapun selain bertindak imut.

"Tidak." Memutar mataku melihat sekitar, aku memegang ujung bajuku dan memainkannya.

*Ding* [Poin pengalaman Skill Rendahan bertambah]

*Ding* [Skill Rendahan naik level]

Melihat tingkah anaknya, Sarah tersenyum. "Ibu terkadang berpikir bahwa kamu lebih licik dari kedua Kakakmu."

Dalam benakku aku menjerit. Sepertinya Ibu tahu bahwa aku sengaja bertindak agar tampak seperti sedang berbohong.

"Baiklah, ayo keluar. Ayah dan kedua Kakakmu sedang menunggu di ruang makan." Sarah tersenyum dan memandang anaknya dengan tatapan mendalam. Anak bungsunya ini tampak lebih pintar dan licik dari kedua Kakaknya, sepertinya kekhawatirannya berkurang satu.

...

Berjalan menuju ruang makan, Ibu bercerita tentang keadaan saat ini seperti banyak bintang buas tampak terlihat di sekitar pemukiman, meskipun belum membahayakan penduduk para pedagang terlihat khawatir karena mereka harus keluar kota untuk mengisi stok barang mereka ataupun melakukan perdagangan di kota lain. Ibu juga memberitahuku bahwa Ayah merasa pusing dengan masalah ini dan harus mengeluarkan misi pembasmian di Guild Petualang Kota Grey.

Kota Grey adalah kota yang terletak di wilayah Keluarga Lloyd, dulu kota itu merupakan tempat tinggal untuk pengikut Keluarga Lloyd. Kemudian banyak orang yang memutuskan untuk menetap dan orang-orang itu sepakat merubahnya menjadi sebuah kota serta memutuskan bahwa Keluarga Lloyd sebagai Penguasa Kota. Meskipun Keluarga Lloyd sudah beberapa kali menolak posisi Penguasa Kota tetapi mereka tetap memaksa dan bahkan membayar upeti sebagai pajak. Akhirnya kedua belah pihak membuat kesepakatan, Keluarga Lloyd menerima posisi Penguasa Kota, sebagai gantinya mereka tidak perlu membayar upeti tetapi memberikan keahlian dan kemampuan mereka.

Bahkan penduduk yang tidak memiliki keahlian, mereka akan diberi lahan dan bibit untuk pertanian, dan ketika panen tiba Keluarga Lloyd akan membeli hasil panen mereka atau memperkenalkan mereka pada pedagang sehingga penduduk bisa mandiri. Karena tindakan tersebut, Kota Grey sekarang sudah berkembang dan lebih makmur, apalagi Guild Petualang pun juga ikut tertarik dengan kota ini dan sekarang sudah memiliki cabang di Kota Grey.

...

Setelah berjalan dan mendengarkan cerita Ibu, akhirnya kami tiba di ruang makan. Melangkah ke dalam aku melihat Ayah dan kedua Kakakku sudah duduk di meja makan dan menunggu kami.

"Cepat Narai, duduk di tempatmu. Kita akan segera makan." Melihat istri dan anaknya sudah tiba Etan memanggil mereka.

Aku mengangguk sebagai jawaban dan mengambil tempat duduk. Melihat sekeliling sepertinya hanya ada keluargaku dan tiga pelayan di sini.

Memulai makan, Ayah bertanya di sana sini seperti beberapa lama Kakak Aaron tinggal di rumah, apa di akademi dia baik-baik saja, dan sebagainya.

Bosan aku melihat statusku. Selain skillku, semua masih sama dan sepertinya level skillku meningkat sedikit.

[Nama: Narai Lloyd

Judul: Terlahir Kembali

Level: 1

HP: 8

MP: 5

STR: 2

DEF: 2

AGI: 3

___

Skill: 2

Melangkah level 2, efek: tidak ada

Rendahan level 2, efek: semakin rendah dan hina perilaku Host semakin lengah lawanmu]

Yap, aku yakin sekali jika level skill ini semakin tinggi martabatku pasti dipertanyakan.