"Bawa semua milikmu Harini, mulai sekarang kamu tidak ada hubungannya dengan keluarga kami. dan satu lagi, jangan coba-coba kamu menyapa kami jika bertemu dengan kami di jalan!! semua milikmu yang berada kamar sudah ada di dalam koper!!" Mendengar perkataan Harumi, Harini tidak mampu lagi menolak. bahkan Harumi tidak segan-segan mendorong tubuhnya hingga terjungkal.
"Aaaarrrggggghhhhh!!" Harini, menjerit saat kakinya yang tergelincir akibat dorongan Harumi yang kuat sehingga kakinya keseleo.
"Jangan manja, baru juga keseleo bukan patah!!" Kata Harumi. air mata Harini kembali mengalir dan berusaha untuk berdiri dengan kaki tertatih Harini meninggalkan rumah mewah kediaman Herlambang.
"Non, Harini. biarkan bapak yang antar ya? dan non Harini mau pergi kemana?" Tanya Dedi sopir keluarga Herlambang sekaligus orang kepercayaan Malik.
"S .. saya," Ucapan Harini berhenti saat suara dingin Harumi kembali terdengar.
"Tidak ada, yang mengantarnya pergi!! karena dia bukanlah keturunan keluarga Herlambang!!" Kata Harumi, membuat Dedi menghentikan langkahnya.
"Non, hati-hati." Ucap Dedi pada Harini.
"Terima kasih pak," Harini kembali melangkah keluar dari rumah mewah Herlambang namun pada saat Harini telah pergi jauh tiba-tiba seseorang menghentikan langkahnya.
"Non, Harini. ini untuk anda, pakailah untuk mencari hotel ataupun kost dan jangan lupa kabarin bapak Diaman non Harini tinggal." Ucap Dedi.
"Ini untuk apa pak? Aku tidak membutuhkan ini simpan sendiri untuk keluarga bapak." Ucap Harini.
"Tidak non, ini adalah uang yang setiap hari tuan besar berikan pada saya untuk anda. tuan besar binggung harus bagaimana? uang yang selalu di tolak oleh anda kini berada di saya. untuk saya simpan dan bisa memberikan langsung pada anda, kakek tahu jika non Harini tetap menolaknya, akhirnya tuan besar meminta saya untuk menyimpannya. agar jika non Harini membutuhkan saya sudah siap dan. non gunakan uang ini untuk menutupi semua keperluan non Harini." Harini, terharu. selama ini Dedi sopir sekaligus orang kepercayaannya perhatian padanya hingga uang pun harus dititipkan kepada salah satu kepercayaannya.
"Ambil non, bapak tidak ingin jika keluarga Nyonya mengetahui apa yang saya lakukan pada non Harini. bapak tidak ingin jika mereka mengetahui kalau papa adalah orang kepercayaan tuan besar." Harini, menerima amplop coklat yang tebal yang disodorkan oleh Dedi padanya.
"Pak, ini terlalu banyak. apa sebaiknya bapak simpan saja?" Kata Harini.
"Tidak non, itu hak non Harini. tidak ada hak bapak disana. simpanlah dan pergunakan dengan baik. hati-hati semoga di tempat yang baru membuat hati non Harini lebih tenang dan pastinya tidak ada lagi yang menyakiti non Harini." Kata Dedi.
"Terima kasih pak," Mereka saling berpelukan dan dengan cepat mereka melepaskan, tidak ingin terjadi sesuatu pada harini. Dedi meninggalkan Harini.
"Hati-hati non," Ucapanya dengan bahasa isyarat.
Harini melanjutkan langkahnya dengan tertatih, berapa kali Harini berhenti untuk mencari taksi namun hingga satu jam menunggu tidak ada satupun taksi yang lewat.
Harini melanjutkan langkahnya, namun tidak berapa lama terdengar suara klakson. membuat Harini menolah kesamping.
"Harini, masuklah. cepat!!" Nella membukakan pintu mobil disamping agar Harini, masuk dan dengan kecepatan di atas rata-rata Nella melajukan kendaraannya.
"Nella, apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Harini.
"Maafkan kami Harini sayang. ini semua gara-gara aku, seandainya perutku tidak mules kamu tidak akan berjalan sejauh ini." Kata Selly yang berada di kursi belakang.
"Maksud kalian sejak tadi?" Mereka tersenyum canggung karena diam-diam mengikuti Harini.
"Jadi begini Harini, kamu sangat mencemaskan dirimu. itulah kenapa kami menunggumu di depan restoran sampai kamu pulang dan saat Samapi di depan rumah keluarga Herlambang, perut Selly ..." Ucapan Nella di hentikan oleh Harini.
"Apapun yang kalian lakukan, aku ucapkan banyak terima kasih. dan untuk hari ini kalian benar-benar luar biasa." Ucap Harini.
"Ok!! sekarang kita rayakan, kebebasan Harini dari rumah yang bagaikan neraka itu!!" Seru Selly.
"Sudah hentikan, apa kamu ingin merasakan sakit seperti tadi?" Seru Nella, membuat Harini tertawa lepas. sejenak Harini melupakan rasa sakit di kakinya.
"Harini, sekarang apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Selly.
"Aku, akan mencari kost setidaknya dekat dengan restoran tempat aku bekerja saat ini." Ucap Harini.
"Bagaimana jika kamu tinggal di rumahku. untuk sementara waktu? ya sampai kamu dapet kost yang sesuai untukmu?"
"Tidak, aku tidak ingin merepotkan Kalian. jika kalian tidak keberatan carikan aku tempat kost wanita." Kata Harini.
"Tidak Harini, tidak ada kata merepotkan. lagi pula ini sudah malam. aku tidak bisa membiarkan dirimu sendiri di kost." Kata Nella.
"Nell, dengarkan aku. aku tidak mungkin tinggal dirumah mu, aku tidak ingin merepotkan keluargamu. lagi. pula aku sudah bekerja, aku mencari kost yang dekat dengan restoran dan sekolah setidaknya tidak akan membuatku kerepotan dan tidak harus mencari angkutan umum bukan?" Kata Harini membuat Nella dan Selly saling pandang.
"Ok!! aku mengerti, sekarang kita cari kost yang terdekat." Nella melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
setelah mencari selama satu jam, akhirnya mobil berhenti di depan sebuah bangunan berlantai dua dan pagar yang setinggi dada orang dewasa.
"Permisi pak, apakah disini tempat kost wanita?" Tanya Selly.
"Ya, neng. apakah neng mau kost disini? kebetulan ada
kamar yang kosong. silahkan masuk non." Selly melambai pada Harini dan Nella. bergegas mereka menemui pemilik kost.
"Ok!! jika kamu sudah tahu peraturan di kost ini maka kamu bisa masuk dan harganya seperti yang tadi saya bilang." Kata pemilik kost.
"Saya, setuju Bu." Harini memberikan lima lembar uang pecahan seratus ribuan pada pemilik kost.
"Harini, mari ibu antar kamu ke kamar. panggil aku bu Ratih." Ucap pemilik restoran.
"Terima kasih Bu Ratih," Mereka mengikuti Bu Ratih menuju kamar yang akan di tempati oleh Harini.
"Nah, Harini masuklah. ini kamar kamu." Kata sang pemilik kost.
"Terima kasih Bu Ratih," Harini memasukkan kopernya kedalam kamar yang berukuran besar dengan kamar mandi di dalam dan dapur kecil tidak jauh dari tempat tidur dan dua sepasang sofa. Harini tersenyum melihat kamar kostnya,. fasilitas kamar yang nyaman dan tempat tidur yang empuk mengingatkan dirinya pada kamar yang Lina belas tahun ia tempati.
"Harini, bagaimana?" Tanya Nella.
"Aku menyukainya. kalian menginap malam ini disini. kalian tidak akan pulang bukan? ini sudah larut malam." Ucap Harini.
Ratih yang melihat cara berjalan Harini menghentikan langkahnya.
"Nak Harini, kenapa kakiku?" Tanya Ratih.
"Oh!! ini Bu, tadi saat jalan aku tidak sengaja menginjak lobang jadi kakiku keseleo." Ucapanya.
"Coba ibu lihat, sekarang duduklah." Harini mengikuti apa yang di katakan oleh Ratih.
"Kamu tahan, sebentar ya." Ratih menggoyahkan kaki Harini, dan tidak lama terdengar suara.
Krek !!
"Aarrgghhh!! sakit!!" Seru Harini.
"Sudah, coba kamu berjalan." Harini mengikuti apa yang di katakan oleh Ratih dan tidak lama terdengar suara teriakan membuat Ratih menutup kupingnya. namun senyumnya tidak pudar dari bibirnya.
"Terima kasih Bu Ratih, akhirnya kakiku tidak lagi sakit." Ucap Harini.
"Sudahlah, kalian tidak perlu berisik ini sudah malam sebaiknya kalian istirahat." Ratih meninggalkan kamar. kini hanya ada mereka bertiga.
"Ok!! aku dulu yang mandi."
"Aku dulu yang mandi!!"
"Aku yang duluan!!"
Suara gaduh di kamar kost baru membuat Ratih tersenyum.
"Aku tahu kalian anak-anak yang baik." Ucapnya.
"Nella, Selly. terima kasih. karena kalian aku bisa mendapatkan tempat kost yang nyaman ini dan berkat kalian juga aku bisa sampai di sini." Ucap Harini memeluk dua sahabatnya.