"Kamu, jangan khawatir jika kamu bekerja dengan baik maka aku akan membayar sesuai dengan pekerjaanmu. sekarang pergilah Aku tidak ingin ada seseorang yang mengetahui keberadaan mu disini." setelah kepergian orang suruhannya, seseorang yang tengah menengguk satu just mangga di tangannya.
'Harini, bersiaplah karena sebentar lagi aku akan mempermalukan dirimu.' Seringai tajam seseorang yang berada di sebuah restoran.
''Harini, aku pastikan dirimu menjadi milikku selamanya. dan semua ini aku aku lakukan untuk menjeratmu dan aku yakin kamu tidak bisa menolak keinginganku.'' Kata seseorang yang kini tersenyum penuh kemenangan.
Di kost, Harini yang baru tiba ingin ke kamar mandi tubuhnya yang terasa lengket membuatnya tidak betah. namun saat akan masuk kedalam kamar mandi tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu membuat Harini mengurungkan niatnya untuk ke kamar mandi.
Harini membuka pintunya dan terkejut saat sahabatnya yang berdiri di depan pintu kost dengan seringainya, membuat Harini tersenyum menatap sahabatnya.
"Apakah, aku menganggu mu?" Kata Lita.
"Tidak, masuklah." Harini melebarkan pintunya. agar Lita masuk ke dalam kamarnya, dan mereka duduk di lantai yang beralaskan permadani.
"Harini apakah kamu baru saja sampai? jika kamu ingin mandi, mandilah kita bicara nanti aku akan merebahkan tubuhku disini." Kata Lita dan tanpa menunggu jawaban dari Harini, Lita merebahkan tubuhnya.
"Ok!! tunggu sebentar." Harini kembali ke kamar mandi, mengguyur tubuhnya dengan air dingin. tidak membutuhkan waktu lama Harini keluar dengan rambut panjangnya yang basah.
"Kamu cepat amat mandinya Harini?" Kata Lita saat Harini duduk di sampingnya.
"Untuk apa lama-lama di dalam kamar, bukankah tidak boleh terlalu lama di dalam kamar mandi?" Sahut Harini menarik dua toples cemilan yang di belinya.
"Apakah kamu mau kopi?" Tanpa menunggu jawaban dari Lita, Harini beranjak dari duduknya dan membuatkan kopi untuk sahabatnya.
"Aku belum menjawab, kenapa kamu membuatkan kopi, Harini?" Lita mendengus kesal, karena malam ini dirinya akan begadang.
"Bagaimana kamu mau menjawab, jika kamu saja terus melamun." Kata Harini.
"Hahaha!! kamu benar." Lita yang melamun memikirkan cara yang tepat untuk memberikan amplop yang di titipkan untuk Harini.
"Harini, ada yang ingin aku berikan padamu." Ucap Lita hati-hati.
"Apa itu? apakah kamu membeli nasi goreng untuk makan malam?" Kata Harini, yang sibuk mengeringkan rambutnya yang basah.
"Ini, untukmu." Harini mengerutkan keningnya, menatap amplop coklat yang tebal didepannya.
"Dari siapa?" Tanpa Lita menjawabnya Harini tahu jika amplop tebal di hadapannya adalah pemberian dari Daffa.
"Bisakah, kamu kembalikan padanya? aku tidak membutuhkannya. aku sudah bekerja dan penghasilan ku cukup untukku selama satu bulan kedelapan. aku tidak membutuhkannya. katakan padanya untuk tidak mengirim ku uang." Kata Harini.
"Tapi, Harini. dia meminta padamu untuk tidak menolaknya, dia tidak ingin kamu kekurangan apapun di luar," Lita berusaha untuk membujuk Harini agar menerima amplop yang di titipkan seseorang untuk Harini.
"Maafkan, aku Lita. aku tidak bisa menerimanya apapun alasannya aku tidak bisa, lagi pula aku ...." Ucapan Harini terhenti dan mengusap wajahnya.
"Kapan dia datang ke restoran?"
"Tadi siang, dia salah satu tamu VVIP." Sahut Lita menundukkan wajahnya.
"Apakah, dia ada disana? saat kamu menghentikan aku saat akan masuk kedalam ruangan VVIP itu?" Harini teringat saat dirinya akan masuk ke dalam ruangan VVIP namun di hentikan oleh Lita.
"Harini, maafkan." Lita menyesal apa yang di lakukan olehnya pada Harini saat di restoran siang tadi.
"Untuk, apa kamu minta maaf? sudahlah biarkan aku yang mengembalikannya." Kata Harini.
mereka kembali berbincang-bincang, tidak lama Lita memilih kembali ke kamarnya saat melihat tumpukan tugas sekolah yang harus di selesaikan oleh Harini.
"Harini, aku harus kembali dan beristirahat. kamu juga jangan terlalu banyak bekerja. ingat tubuhmu butuh istirahat." Kata Lita saat akan pergi dari kamar Harini.
"Tentu, sebentar lagi selesai dan aku akan tidur."
"Ya, sudah. selamat malam Harini,"
"Malam Lita."
Setelah kepergian Lita, Harini menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. tanpa terasa air matanya mengalir, mengingat keluarga Herlambang yang telah merawatnya sejak kecil hingga saat ini. walau hanya Malik dan Daffa yang benar-benar menyayanginya namun dirinya selalu menganggap jika mereka adalah keluarga sesungguhnya Harini. tanpa terasa mata Harini terpejam dan terlelap tanpa menyelesaikan tugas sekolah yang akan di kumpulkan ke esok harinya.
"Mama, kenapa. masih disini? apakah ada yang mengganggu pikiran mu?" Elang memeluk tubuh istri tercintanya dengan lembut.
"A ... aku hanya memikirkan Freya, sedang apa dia disana? apakah dia sudah makan? apakah dia hidup dengan baik? apakah seseorang menolongnya akan mengurusnya dengan baik?" Kata Jovanka di sela isak tangisnya.
"Sayang, berapa kali aku kata ..." Ucapan Elang terhenti sesaat suara Jovanka yang tinggi membuat Elang terkejut.
"Cukup Elang!! jika kamu mengira putriku meninggal, sebaiknya kamu keluar dari sini. kamu tidak tahu bagaimana perasaanku Elang, dan semua ini karena ulah wanita di masa lalu mu!! seandainya aku tahu jika hal ini akan terjadi sudah sejak lama aku membunuhnya. dan kamu lihat sekarang bahkan dia tidak tahu rimbanya, apakah dia benar-benar mati atau dia mengulang untuk menghilangkan jejaknya. katakan padaku Elang. bisakah kamu mengembalikan masa itu? bisakah kamu mengembalikan kebahagiaan ku? bisakah kamu mengembalikan putriku Elang, katakan kenapa kamu diam hah kenapa?!" Tangis Jovanka pecah, mengingat apa yang terjadi pada putri kecilnya dan semua itu akibat wanita yang sejak lama mencintai Elang. Jovanka memukul dada bidang Elang, dengan kekuatan yang di miliki Jovanka, baginya
tidak ada yang mengerti hatinya. dirinya sangat yakin jika Freya, masih hidup tapi tidak ada satu orangpun yang mengerti dirinya, termasuk Elang suaminya.
"Sayang, sudah. jangan berfikir seperti itu. aku sangat menyayangi putri-putri ku. mereka adalah nyawaku. kita tahu apa yang terjadi di masa lalu. dan aku sama seperti dirimu, berfikir jika Freya masih hidup tapi aku tidak bisa egois ada putri kita yang lain yang membutuhkan kita sayang. ingatlah Arista yang membutuhkan kita berdua, aku mohon jangan bersikap seperti ini sayang. aku tidak ingin putri kita melihat bagaimana kamu yang seperti ini. aku sama sangat sakit dan sangat merindukan putriku, bahkan jika Dewi masih hidup Aku bersumpah tangan inilah yang akan membunuhnya," Kata Elang, dadanya terasa sesak mengingat apa yang dilakukan Dewi pada putrinya.
"Sekarang, kita masuk. ini sudah malam tidak baik untuk kesehatan, apakah kamu lupa jika udara malam akan memudahkan dirimu untuk sakit?" Elang, memeluk pinggang Jovanka dan membawanya kembali ke dalam kamar. tanpa mereka sadari seseorang telah mendengarnya dan menangis setelah mengetahui jika kebahagiaan keluarganya tidaklah nyata.
keesokan harinya setelah pulang sekolah, Harini mengunjungi apartemen milik Daffa. tanpa mengetuk pintu Harini masuk kedalam apartemen. kata sandi apartemen milik Daffa adalah tanggal saat Harini datang ke rumah bersama dengan Malik.
"Harini! kamu datang kesini?" Daffa yang terkejut dengan kehadiran Harini di apartemen miliknya. dengan tergesa-gesa memakai baju dan mempersilahkan harini untuk duduk.
"Kak, Daffa. aku kesini hanya untuk mengantar amplop ini." Kata Harini.
"Harini, itu adalah hak mu. dan Aku tidak akan menerima pengembalian uang itu, sebaiknya kamu simpan dan gunakan untuk biaya sehari-hari mu agar kamu tidak perlu bekerja lagi." Ucap Daffa.
"Tidak, aku tidak ingin jika keluarga Herlambang merendahkan diriku. lagi pula aku sudah bekerja dan penghasilanku bisa mencukupi kebutuhan sampai bulan kedepan, jadi kak Daffa tidak perlu untuk memberi uang lagi. aku tidak ingin jika ibu melihatnya dan aku akan menjadi pelampiasan kemarahan beliau." Harini meletakan amplop di atas meja makan dan berlalu dari apartemen milik Daffa.
"Harini tunggu!!" Daffa mengejar Harini dan menarik pergelangan tangannya kedalam pelukannya.
"Jangan seperti ini Harini, aku sayang kamu. terimalah uang ini dan gunakan untuk kebutuhan sekolah mu." Daffa mengecup puncak kepala Harini.
"Tidak kak Daffa, aku tidak ingin memakainya." Ucap Harini, mendorong tubuh Daffa. dan berlari ke dalam lift yang kebetulan terbuka. Daffa menatap pintu lift yang tertutup tanpa bisa mengejarnya, ia tahu bagaimana sifat Harini yang keras. dengan langkah lesu Daffa masuk kedalam apartemen pribadinya.
seseorang yang sejak tadi mengambil video, dimana Harini di peluk oleh Daffa. tersenyum penuh misteri.
'Satu lagi, video syur kalian akan menjadi topik. di sekolah dan pada saat itu kamu akan terjerat denganku untuk selamanya Harini. tunggu tanggal mainnya.' Kata seseorang yang berdiri tidak jauh dari apartemen milik Daffa.