"A ... aku takut," Arion, memeluk tubuh Harini yang ketakutan. terlihat jelas di matanya, rasa ketakutan yang teramat sangat. tubuhnya bergetar hebat, wajahnya yang pucat pasi membuat Arion merasa iba dan semakin mendekapnya.
"Aku, disini. kamu akan aman bersamaku." Kata Arion, tanpa sadar mengecup kening Harini.
"M ... ma ... ma ..." Suara lirih, Harini namun masih terdengar jelas di telinga Arion.
"Bibi, panggilkan dokter. tubuh Harini panas." Arion yang panik, saat suhu tubuh Harini yang meningkat.
"Tuan, muda. dokter Gaffi berada di pesta. apakah bibi kesana untuk memanggilnya?" Kata Pelayan senior, yang tidak lain adalah Lasmi.
"Oh shit!! tidak, perlu di panggil. akan sangat berbahaya. jika mereka tahu apa yang aku lakukan sekarang. Bibi, apakah bibi tahu caranya untuk menurunkan suhu panasnya?" Kata Arion.
"Kita coba, kompres tuan. tunggu sebentar." Lasmi tergesa-gesa meninggalkan kamar Arion, tidak lama Lasmi kembali ke dalam kamar Arion dengan membawa tempat berisikan air hangat dan handuk kecil.
"Tuan muda, ini untuk mengompres nona.'' arion menerima dan memeras handuk kecil dan meletakan di atas kening harini.
"M ... ma, ... ma ... a ...ku .. ta .. kut ..'' Arion yang mendengar Harini yang mengigau hanya bisa memberinya ketenangan. satu jam sudah Arion mengompres Harini, selama itu juga panas di tubuh Harini, tidak kunjung turun.
"Tuan, muda. apakah panasnya sudah turun?'' Lasmi yang setia berada di dalam kamar Arion mendekati tempat tidur tuan mudanya.
"Belum ada perubahan, bibi apa yang harus aku lakukan?'' Arion terlihat gelisah melihat kondisi Harini yang tidak kunjung sadar.
"Tuan, muda. ada cara lain agar panasnya cepat turun.'' kata lasmi.
"Apa itu bi?'' jawab Arion antusias.
"Anu, tuan muda ..'' lasmi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Tuan muda, anu ... itu ..''
"Bibi, bisakah bicara yang jelas? saat ini aku ingin temanku segera sadar dan panasnya segera turun agar aku bisa mengantarnya kerumah.'' Arion yang kesal dengan Lasmi yang bertele-tele untuk mengatakan yang sebenarnya.
"Tuan muda, bibi tidak tahu apa ini akan berkhasiat atau tidak. tapi yanng past, bibi pernah mencobanya dengan anak bibi di kampung. tuan muda buka bajunya dan baju nona dan peluk dia, dengan begitu suhu panas dari nona akan turun, seiring pelukan dari tuan muda.'' Arion membulatkan matanya mendengar perkataan dari Lasmi.
"Apa tidak ada cara lain bi? lagi pula yang bibi katakan itu, bibi dengan anak bibi. mana bisa berpengaruh padanya?'' Arion mengusap wajahnya dengan kasar, dirinya tidak akan membiarkan preman yang menyakiti harini bebas begitu saja.
"Menurut yang bibi tahu, itu bisa jika memiliki ikatan batin tuan muda. tapi bibi juga tidak yakin juga, tapi apa salahnya jika tuan muda mencobanya.'' kata Lasmi menyakinkan Arion. setelah berfikir sejenak Arion akhirnya melepas tuxedo nya. memperlihatkan tubuhnya yang kekar.
"Bibi, tutup mataku'' Kata Arion, dirinya tidak ingin melihat tubuh Harini.
"Baimana tuan melepas pakaian nona?''
"Mudah saja, bibi yang membukanya jika sudah biar aku yang memeluknya, aku tidak ingin melihatnya bi. aku takut.'' Lasmi mengikuti apa yang di katakan oleh Arion, setelah melepas pakaian Harini, Arion memeluknya. suara panggilan dari luar membuat Lasmi dan Arion terkejut.
"Bibi, keluar saja biarkan aku disini. jangan lupa tutup pintunya.'' Lasmi keluar dari kamar Arion dan menutup pintunya seperti yang di katakan oleh Arion. setelah kepergian Lasmi, Arion yang masih memeluk tubuh harini, menahan sesuatu yang entah Arion tidak bisa untuk mengatakannya.
'Perasaan apa ini? kenapa terasa tidak asing? siapa kamu sebenarnya Harini? kenapa tubuhku seperti ini? aku tidak pernah, menyentuh gadis manapun, aku hanya akan menyentuhmu dan aku akan menunggu sampai kamu ada dan kembali. aku tidak akan pernah menghianati perasaanku yang sejak kecil sampai saat ini. dan aku akan terus mencari mu, sampai nanti.' kata Arion dalam hati, tidak lama terdengar dengkuran halus dari hari. sudah berapa jam Arion memeluk tubuh harini. hingga tubuhnya kini kembali normal. dengan berlahan Arion melepaskan pelukannya, tangannya yang kram. arion kembali memanggil lasmi untuk membantunya memakaikan pakaian Harini kembali.
"Bibi, aku kebawah dulu, tolong jaga dia.'' Tanpa menunggu jawaban dari Lasmi. Arion meninggalkan kamarnya, dan kembali pesta acara pesta yang semakin meriah dan berapa kuis yang di adakan oleh sekolah yang seharusnya Harini dan Arion yang di pasangkan namun malam ini Arion harus mencari penggantinya.
"Arion, dimana Harini? bukankah malam ini kalian di pasangkan? apakah dia lari dari tanggung jawabnya? ok, Arion jika dalam tiga puluh menit Harini tidak datang maka, aku yang akan menggantikan posisinya.'' kata Clara sahabatnya, Arion berbalik menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.
"Ada apa denganmu Clara? sepertinya kamu tahu jika Harini tidak akan datang?'' Clara, menyembunyikan wajahnya menatap kearah lain. dirinya tidak ingin jika Arion melihat dirinya yang gugup.
"Tidak, Arion. aku hanya menebak saja, sejak tadi aku tidak melihatnya?'' Clara, berusaha bersikap tenang di depan Arion.
"Aku yakin harini akan datang.'' kata arion, membuat clara terkejut.
"Bagaimana Harini bisa kesini bukankah dia sedang ...'' clara menutup mulutnya yang hampir kelepasan mengatakan jika harini di sekap olehnya di belakang sekolah.
"Sedang apa Clara? apakah kamu tahu sesuatu?'' Arion menatap dingin Clara yang kini berusaha untuk menghindar dari tatapan Arion.
Tidak ingin terlalu lama bersama dengan Clara, Arion meminta pada panitia untuk mengganti acara kuis dengan acara, yang lain. dirinya yang tidak ingin melakukan apapun di pesta. Arion yang memilih kembali di dalam kamarnya setelah, seluruh keluarganya meninggalkan pesta.
Keesokan paginya, Harini yang terbangun terkejut saat di sampingnya ada seorang laki-laki yang sangat dia kenali.
"Kau!! apa yang kamu lakukan disini?!" Harini menatap dingin laki-laki yang ada di sampingnya.
"Hei!! apa yang kamu lakukan?" Kata Arion yang merasakan tubuhnya sakit saat terjatuh dari tempat tidur.
"Aku yang seharusnya, bertanya sama kamu. apa yang kamu lakukan di kamarku?" Kata Harini, namun tubuhnya yang terasa sakit membuatnya kembali merebahkan tubuhnya.
"Apa, kamu sudah mengingatnya?" Arion, memijat tubuhnya yang terasa sakit.
"A ... aku," Harini memejamkan matanya, mengingat apa yang terjadi semalam.
"Terima kasih, sudah menolongku." Kata Harini, dan bergegas duduk dan mencari tas kecil yang di bawanya.
"Kamu mau kemana?" Arion, menahan pinggang Harini yang hampir terjatuh.
"Aku, harus pulang bukan? tolong antarkan aku senior Aksa." Ucap Harini, Arion yang melihat jika wajah Harini yang masih pucat. namun tidak bisa menahannya lebih lama lagi di kamarnya.
"Baiklah aku akan mengantarmu. kamu tunggu sebentar." Arion masuk ke dalam kamar mandi, untuk mencuci wajahnya.
"Ayo," Arion, membukakan pintu untuk Harini.
"Tunggu!! lewat sini." Arion, mengarahkan jalan yang tidak pernah di lewati oleh siapapun. Harini mengikuti langkah Arion hingga sampai disebuah pintu rahasia.
"Ayo," Arion membukakan pintu mobil untuk Harini. selama di dalam mobil tidak ada yang memulai percakapan hingga sampai di kost. mobil mewah Arion berhenti. tanpa menunggu di bukakan pintu oleh Arion Harini keluar dari mobil Arion.
"Harini," Arion menahan pergelangan tangan Harini.
"Ada apa senior Aksa?" Harini menoleh kearah Arion.
"Mulai, hari ini jangan panggil aku senior Aksa. panggil aku Rion."