Chereads / QIELLA / Chapter 18 - Bohong

Chapter 18 - Bohong

Saat jam isirahat Qia dan sahabat, tak lupa Ellard dan sahabatnya tapi tidak untuk sekarang Ellard pergi duluan. Hanya mereka saja yang pergi ke kantin untuk mengisi perut kosong mereka.

Saat makanan sudah dipesan mereka mengobrol dan tertawa-tawa, tapi tidak dengan Qia. Ia hanya tersenyum saja karna pikiran tertuju pada kekasihnya yang tiba-tiba pergi sendirian lebih dulu tanpa berbicara, biasa Ellard akan berbicara dengan Qia dahulu baru menuju kemana ia akan pergi.

Pikiran yang jauh entah kemana dengan pandangan kosong ke depan tetapi terhenti saat semua sahabatnya heboh dan itu membuat Qia melihat apa yang membuat mereka heboh.

Seperti dunia berhenti sejenak hati ini bagai dihujam ribuan anak panah dan mata ini sangat panas membuatnya ingin mengeluarkan air mata yang banyak.

"Gila itu beneran Ellard? Qia lo udah putus? Kapan? Kok gak bilang-bilang ke kita," ucap kaget Bella tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Buaya banget Ellard. Walau udah putus gak seharusnya langsung jadian sama cewek lain mana si Ines pula." Ucap Clara dan membuat mereka mengangguk setuju.

"Itu bukan sahabat gue! Gak mungkin dia brengsek gitu!!"

Tak kalah ucap Farrel pun kaget dibuatnya, dia yang notabate nya playboy tidak pernah langsung punya dua pacar hanya dekat saja, tapi membuat mereka kaget Ellard itu sangat takut kehilangan tiba - tiba bisa ke kantin bareng cewek lain malah yang selalu Ellard hindari.

"Sudah kalian jangan asal nuduh dulu. Gak mungkin Ellard bisa mau deket-deket sama cewek kayak gitu! Pasti ada alasan. Lihat Ines kaki nya aja susah jalan siapa tau Ellard cuma nolongi aja."

Jelas Gallen yang kesal melihat mereka asal nuduh tanpa tau kebenaran padahal mereka juga berteman bahkan bersahabat baik dengan Ellard.

Saat mereka sibuk memandang dan meluncurkan kata-kata yang tidak baik ke Ellard, tapi terhenti mendengar rintihan tangis kecil seseorang dan mereka pun langsung menoleh ke sumber suara.

"Hhiks hiks Qia salah apa hiks? Apa karena masalah kemarin sampai Ellard gak mau bicara sama Qia lagi hikss.."

Tangis kecil Qia sambil menunduk memelin ujung roknya tapi dapat didengar oleh mereka.

"Qia?" Ucap Darla yang tidak tega karna ikut sedih pun ingin memeluk Qia, tapi Qia langsung berdiri dari duduknya dan berlari.

Sontak saat Qia berlari meninggalkan mereka dikantin, para sahabat Qia kaget dan ingin menyusul tapi ditahan para sahabat Ellard.

"Jangan disusul dulu, biarin Qia perlu waktu sendiri untuk meluapkan perasaannya," jelas Harry dan semuanya setuju.

Tapi saat semua ikut sedih karena Qia. Terdapat seseorang yang tersenyun puas melihatnya.

Ini baru awal-awal Qiana. Dasar anak kecil bisa-bisanya mau saingan sama Ines, Batin gadis tersebut sambil bersmirk.

Semua kejadian tadi tak luput dari pandangan Ellard. Bahkan Qia yang berlari pergi dari kantin membuat Ellard sedih dan ingin rasanya menyusul dan menenangkannya tapi apalah daya Ellard yang lagi menemani Ines, dia juga harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukan nya semalam.

Ingin rasanya menjerit dan menangis keras dengan keadaan sekarang. Andai saja semalam ia memperhatikan jalan dan berhati-hati, andai saja semalam ia tidak pergi, dan andai saja waktu bisa diputar. Ellard rasanya tidak sanggup dengan ini semua apalagi melihat gadisnya menangis, sungguh rasanya sangat sakit tapi semuanya ditahan karna Ellard ia tak ingin dilihat oleh orang-orang.

Menangis sejadi-jadinya Qia tidak tau kenapa dengan diri nya rasa nya sangat sakit melihat Ellard bersama wanita lain apalagi disambil memegangi tangan wanita itu.

"Hhiks hiks bunda hiks dada Qia sakit banget bun hiks sakit bun hiks hiks Ellard jahad banget hiks Qia mau peluk bunda hiks"

Piluh gadis tersebut yang sedang sesugukkan menangis di kamar mandi sekolah.

Dilain tempat seorang wanita yang elegan sedang berkutik dengan desain bajunya terhenti seakan dadanya terasa aneh dan tiba-tiba sangat sedih rasanya.

"Ini kenapa? Dada ini rasanya tidak nyaman sedikit nyeri. Qia? Kenapa rasanya aku tiba-tiba ingin memeluknya dan kenapa aku merasa sangat sedih sekarang" ucapnya lirih.

Lirihan Diana yang menatap fotonya dengan Qia sambil memegangi dadanya yang sedikit nyeri dan tak terasa air matanya turun mengenai pipinya.

Seperti itu lah ikatan batin seorang ibu ia akan merasakan apa yang anaknya rasakan. Walaupun ia tak tau kebenaran karna seorang ibu itu sangat peka tentang hal apa saja yang terjadi pada anaknya.

Beberapa saat Qia selesai dengan tangisannya ia pun ingin keluar kamar mandi tapi ia membasuh dahulu wajahnya di wastafel sambil bercermin agar lebih segar karna menangis cukup lama.

Saat Qia berbalik dan melangkah beberapa langkah dari wastafel ia dihentikan oleh dua orang siswi yang seperti menatap nya aneh sambil bersmirk. Qia tidak tau siapa tapi seperti pernah melihat mereka.

"Uwah si kecil habis menangis ya? sedih banget ya?" Ucap salah satu dari mereka.

"Aduh kasian sekali ya lun padahal niatnya mau makan bareng sama pacar tapi malah melihat pacar jalan bareng cewek lain di kantin," ucap satunya tak ingin kalah bicara dari teman wanitanya dam ia pun makin memanasi Qia.

Wanita yang berbicara pertama itu pun mendekati Qia dan sambil menarik dagu Qia keatas. Ia menatapnya karna Qia yang mungil hanya mendongak melihat wanita itu dari bawah.

"Lo sadar dong bisa-bisanya lo mau saingan sama Ines sahabat kita! Lo harusnya belajar yang bener masih kecil jangan pacaran dulu. Genit banget  jadi cewek bisa-bisa ya Ellard mau macari lo! Dari segi tubuh aja kalah jauh." Kesal wanita itu yang awal nya memegangi dagu Qia langsung mendorong Qia sampai terjatuh ke lantai.

Wanita itu pun langsung pergi begitu saja dan disusul oleh wanita satunya lagi.

Selepas 2 wanita tersebut pergi Qia langsung menumpah kan kembali tangisannya.

"Arghhh! Qia salah apa sama kalian hiks? Kenapa kalian sakitin Qia hiks bunda hiks Qia mau peluk bunda..."

Saat Qia yang masih dengan posisinya terduduk dilantai karna terjatuh dan menjerit menangis, tak disangka ada Bella yang ingin ke kamar mandi malah kaget melihat sahabatnya dengan keadaan yang sangat memprihatikan membuatnya sangat sedih lalu langsung memeluk erat Qia.

"Qia! Kamu kenapa bisa gini? aku gak tega lihat kamu gini Qia hiks. Kamu jangan nangis cuma gara-gara si brengsek itu kamu berhak bahagia.

Aku sayang banget sama kamu Qia hiks kamu udah ku anggap seperti adik sendiri." Ucap Bella yang menenangkan Qia.

Pelukan Bella yang membuat Qia makin mengeratkan pelukan itu menumpah kan tangisannya karna sedari tadi Qia membutuhkan bundanya. Bella yang memaklumi itu mengusap lembut rambut Qia dan menenangkannya tapi tak terasa ucapan Bella diiringi air mata yang begitu saja keluar setelah sekian lama karna ia sangat jarang menanngis.

"Qia kamu pulang aja ya, badan kamu lemes banget nanti aku izinin sama guru kita. Ya udah aku antar ke UKS dulu ya, selagi ngambilin alat sekolah kamu dikelas." Ucapan Bella membuat Qia mengangguk setuju saja.

Qia memang sangat mudah sekali drop, apalagi kalau makannya tidak teratur dan banyak memikirkan sesuatu. Kadang itu alasan Diana tidak menyuruh Qia untuk banyak berpikir. Cukup jalani yang ada dahulu dan berusaha tidak emosi yang bisa membuat tubuh kita makin tidak terkendali.