"Halo, napa El?"
"Hah? Jemput siapa?"
"Watcher? Watcher Siapa anjir?! Kaga kenal gue!"
"Matanya biru neon? Pupilnya putih? Rambut hitam keriting pake topi? Iya.. iya.. ntar gue cari."
Pip!
"Bentar.." Gumam Arka mengecek hpnya. Watcher? Delegasi Canada yang datang kesini ya?
"Oh.. ini orangnya..."
Arka melihat sebuah foto yang dikirimkan oleh Elyon melalui pesannya. Ada dua orang sedang duduk santai di cafè, orang itu adalah Watcher dan Alexo.
"Gimana Elyon dapat foto begini? Kayak stalker anjir.."
.
.
.
.
.
.
.
.
Watcher tengah berbaring santai di kamar hotel, tak lepas dari pantauan Lizzy yang dari tadi siap siaga dengan tongkat sihirnya.
"Liz, bapak lo memang cacat dari lahir ya? Makanya dia nggak bisa kerja? Dan lo yang jadi tulang punggung keluarga dengan jadi bodyguard gue.." Kata Watcher tiba-tiba mengusik Lizzy.
"Jangan baca masa lalu saya Tuan Watcher..., itu ranah privasi."
"Gue nggak sengaja beneran!"
"Kalau nggak sengaja lebih baik anda diam saja."
"Iya maaf.."
Sebuah ketukan pintu terdengar di kamar hotelnya.
"Biar saya yang membukanya Tuan Watcher.." Ujar Lizzy meninggalkannya. Lizzy menyembunyikan tongkat sihirnya. Saat ia membuka pintu, tampak seorang pria dengan surai brunette dengan kemeja putih berdasi abu-abu dengan warna celana yang senada. Kancing dan dasinya agak longgar serta kemejanya acak-acakan.
"Di sini beneran kamar Watcher?" tanyanya.
"Siapa anda? Ada perlu apa kesini?" tanya Lizzy ketus.
"Gue Arka, Kembaran Elyon ben Asher." Kata Arka menampilkan fotonya beserta Elyon sebagai bukti.
"Gue disuruh Elyon bawa pulang si bocah mata biru. Katanya dia berbahaya kalau ditinggal lama-lama di sini."
"Saya konfirmasi dulu dengan Deputi Direktur."
"Halah. Nggak usah konfirmasi sama wanita ubanan itu. Dia udah tahu gue kesini. Menteri sihir juga sudah."
Lalu Elyon menelpon seseorang dengan loud speaker yang diaktifkan.
"Ya halo Arka? Ada apa?" Tanya Gwyneth di seberang telepon.
"Lo lupa ngasi tahu bodyguardnya si Watcher ini kalau gue dateng? Gue dikira penyusup sama dia."
"Oh.. maaf, Lizzy? Kamu ada disana?"
"Iya Deputi Direktur."
"Biarkan dia masuk, dia orang terpercaya saya."
"Baik."
Lizzy meminggirkan badannya agar Arka bisa masuk. Gila, pria ini tinggi sekali?! Sampai kepalanya nyaris menyentuh bagian atas pintu hotel.
Watcher yang tengah berbaring melihat orang asing datang dengan Lizzy bersamanya.
"Kamu siapa?" Tanya Watcher
"Tuan Watcher, dia adalah utusan dari Menteri Sihir, Sir Marseille dan dia akan membawamu pulang ke Montreal."
Watcher otomatis bangkit dari tempat duduknya. Membawanya pulang?
"Bagaimana dengan Alexo?!"
"Alexo yang si crewmate lo itu bagal dijaga oleh sorcerer tingkat S yang langsung dikirim sama Marseille."
"Dan.. kita pulang nggak pakai pesawat."
"Hah?"
Saat Watcher menatap Arka, ia tidak bisa melihat apapun dalam diri pria ini. Ia tidak bisa melihat masa lalunya atau apa yang ia pikirkan.
Sangat aneh.
Mata Arka Menyala.
Tubuh mereka berdua dikilati cahaya kemudian menghilang dari kamar hotel dan meninggalkan Lizzy sendirian begitu saja.
Lizzy yang kaget mereka pergi secepat itu kini menghela nafas, "Mungkin.. kerjaku sudah cukup sampai disini..."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Marseille dan Elyon sedang duduk di perpustakaan. Mereka berbincang-bincang mengenai keadaan Montreal dan berita yang baru saja terjadi.
"Kok bisa Montreal yang tadinya hancur jadi kembali seperti semula?"
Tanya Marseille, Elyon hanya tersenyum sembari menyeruput red bullnya.
"Luke bisa mengendalikan realita, dia salah satu omni controller yang langka. Dia bisa mengembalikan, menghapus, atau mengontrol apa saja asalkan itu ada di dalam realitas."
"Kemampuan yang luar biasa.. seperti tuhan.."
"Ada tapinya."
"Apa itu?"
"Dia hanya bisa mengontrol realita, namun ia tidak bisa mengontrol sesuatu yang di luar realita jadi dia bukan tuhan."
"Maksudnya?"
Tiba-tiba sebuah cahaya timbul di hadapan mereka.
Cahaya itu menghilang, digantikan oleh tubuh dua orang.
"Watcher! Kenapa kamu- bagaimana keadaan matamu?" Tanya Marseille panik. Watcher muncul dihadapannya secara mendadak membuatnya kaget.
"Saya baik-baik saja Sir Marseille. Setidaknya mereka tidak mengambil mata kanan saya."
"Kamu cukup beruntung Gwyneth menghentikan mereka di waktu yang tepat." Tambah Elyon.
"iya yang mulia.." dengus Arka, yang hanya diberikan senyuman oleh Elyon. Oke, senyuman itu terasa seperti ancaman, jadi Arka memilih untuk diam.
"Mana bayaran gue? Gue udah bawa orangnya kesini"
"Nanti di rumah."
Sembari kedua kembar itu berbincang-bincang, Watcher mengamati mereka.
Aneh
Mereka tidak bisa dibaca. Ia yakin matanya bisa melihat seluruh alam semesta.
Tetapi mengapa ia tidak bisa membaca mereka?
Sungguh dua orang kembar yang misterius.
"Yasudah, karena Watcher sudah pulang, saya pamit dulu." Ujar Elyon dan Arka. Mereka saling bersalaman dan hilang bak cahaya dalam sekejap.
"itu tadi apa?"
"Ilmu teleportasi tingkat tinggi."
"Eh Watcher udah pulang? Muka lo sendu amat." Kata DeLeon yang datang mengambil gelas kotor.
"Pasti gara-gara Alexo yaaa~ gue tahu kok lo sebenernya nganggep Alexo udah kaya bapak lo sendiri..ADUH!" Tendangan maut menimpa DeLeon.
"DeLeon, mumpung kamu disini.. saya mau tanya beberapa hal sama kamu." Ucap Marseille serius.
Suasana menjadi tegang. Watcher bahkan tak berkata-kata.
"Kamu tahu Luke? Luke Quentin?"
"Iya saya tahu."
"Kamu tahu sesuatu mengenai omni power?"
"Wah.. itu hal yang sangat dalam dijelaskan Sir, sebaiknya kita duduk dulu.. karena ini ceritanya bakalan panjang."