"Gue Christian, salah satu researcher dari FSIS. Gue butuh bantuan lo."
"Ohhh~ sekarang Christian udah jadi bagian dari FSIS. Gimana sama temen-temen lo? Hm~ gimana yaaa gue ngerasa lo nggak pantes ketemu Elyon."
"Maksud lo nggak pantes tuh apa? Gue Researcher FSIS, gue ada lah orang yang-"
"Bikin dunia ini jadi kacau dengan menduplikasi sel X yang lo punya. Ya kan?"
"..."
"Gue.., gue.. Cuma pingin bicara."
"Lie."
"Lo mau memanfaatkan Elyon untuk uji coba lo yang selanjutnya."
"Maksud lo ap-"
Seorang pria dengan kacamata emas dengan iris sehijau zamrud berjalan melewati Arka.
"Denzel... mau apa lo ketemu gue?" Tanya Elyon yang tersenyum ramah.
"Gue mau minta bantuan lo untuk bekerja sama dengan pihak FSIS."
"Yakin?"
Christian terdiam. Ia tak paham apa maksud kata dari Elyon.
"lo yakin ingin orang seperti gue kerja sama dengan FSIS?"
"lo punya kekuatan yang unik Elyon, itu bakal jadi luar biasa kalau lo menjadi volunter kami dalam melakukan penelitian."
"Memang apa yang membuat FSIS tertarik dengan kekuatan gue?" tanya Elyon berpura-pura.
"lo punya kekuatan unidentified omni power, dimana lo bisa membaca fikiran orang seperti pengguna eyes of god, padahal lo nggak punya mata itu."
"Cuma karena itu lo tertarik sama gue?"
"Nggak, lo adalah orang paling misterius dalam sejarah FSIS. Kita nggak pernah nemu akte kelahiran dan kerabat dekat lo kecuali Arka. Kami Cuma tahu lo itu mahasiswa dirgantara dan itupun nggak ada data lain. Jadi kami mau menelusuri lebih lanjut tentang lo."
"kalau gue menolak?"
"Terpaksa gue harus paksa bawa lo ke FSIS."
Tiba-tiba. Muncul 4 makhluk yaitu serigala raksasa yang bernama Fenrir, Hela sang dewi kematian, Surthur, dan Jotnar, raksasa biru bertanduk.
Elyon tak bergerak, ia masih tersenyum seperti biasa. Namun, matanya melirik Arka menandakan ia harus melakukan sesuatu.
Arka maju selangkah.
Hela memunculkan ribuan pedang yang melayang mengitari mereka. Lalu dengan bersamaan. Pedang itu meluncur menghunus Arka dan Elyon secepat kilat.
Mata Arka menyala terang. Tiba-tiba seluruh pedang musnah terkorosi. Surthur yang tak tinggal diam berubah menjadi raksasa besar dan seluruh halaman tiba-tiba berubah menjadi dasar gunung berapi.
Elyon dan Arka melayang di udara begitu pula Christian. Lahar panas berada di bawah mereka meletup siap melahap apa yang jatuh.
Surthur menghunuskan pedang bersamaan dengan Jotnar yang meninju Arka.
Dengan hanya satu tangan, Arka memegang pedang raksasa Surthur. Pedang tersebut langsung musnah seketika. Arka yang melihat arahan tinju dari Jotnar melompat seraya berputar terbalik lalu menendang Jotnar dari belakang hingga tercebur ke lahar panas.
Surthur yang kehilangan pedangnya kini berusaha meremat Arka dengan tangan raksasanya. Sangat disayangkan, lagi-lagi tangan tersebut hancur dan menghilangkan separuh dari tubuh Surthur.
Hela tak tinggal diam. Dia langsung mengekuarkan pedang terbesarnya dan mengarahkan benda tersebut kepada Arka. Dengan satu tangan, tiba tiba pedang tersebut berhenti meluncur kearahnya.
"Tidak mungkin..."
"Tidak ada yang tidak mungkin."
Lalu Arka dengan satu jari melayangkan tangannya ke atas. Pedang itu langsung musnah disertai dengan Hela yang tiba-tiba ambruk dan terjatuh ke lahar panas.
"Sekarang lo mau apa?"
"Keputusan gue adalah keputusan Elyon.." Kata Arka sembari melirik kembarannya.
Tangan Elyon terlentang dan Christian tiba-tiba tertarik menuju Elyon. Jempol Elyon menyentuh keningnya.
Christian melihat Iris yang tadinya sewarna zamrud berubah menjadi merah dengan ombre biru di bagian dalam.
"dethroned."
WHOOSSSHHH!!!
Badan Christian tiba-tiba terlempar menuju ke dimensi lain. Hingga ia terjatuh tepat di depan gedung FSIS dimana semua orang melihat kearahnya.
Saat ia ambruk, ia tidak ingat apapun kecuali ia terjatuh dari ketinggian. "woy lo kenapa?" tanya seorang pria bersurai brunette gondrong dengan lolipop yang ada di mulutnya.
"Gue juga ngga tahu, tiba-tiba gue jatuh aja kesini."
"Blake, badan gue sakit semua... lo bisa antar gue ke inframary?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"lama banget lo berdua ngapain aja hah?" Tanya Luke yang hampir selesai mendesign basecamp.
"Oh tadi ada beruang.. ya nggak Ka?" Kata Elyon yang mengedipkan satu matanya ke arah Arka.
"ya... beruang yang nyebelin.."
Luke tak berkata-kata tanda tahu maksud mereka.
"eh, gue beberes dulu ya? Bentar lagi Keiser sama Enricko mau datang."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"lo mau borong daging kayak borong duit."
"Gue laper Kei, mas Tenderloin ya! 12 biji!"
"Hadeehhh..."
"Sudah apa belum? Kita mau ke tempat Elyon nih. Buruan naik, kalo nggak lo ngesot aja sana."
"Eh jangan gitu Kei!!"
Mereka tengah berada di toko daging dekat pindahan rumah sakit. Seminggu Enricko di dirawat kini ia bisa kembali. Nafsu makannya malah lebih menggila dibanding sebelumnya.
"Btw kemaren gila banget sih, gue pingsan gitu aja dan nggak tahu kalau Zinedine bakal dateng jengukin gue. Nyawa gue udah mau lepas dari jasadnya."
"lo tahu nggak? Canada kemarin sempat nyaris tsunami gara-gara temen lo. Untungnya banyak sorcerer tingkat S yang dikirim Marseille buat menahan bendungan airnya."
"HAH? BENERAN?!"
"Iya."
"Kok lo bisa tahu?"
"Well..." Keiser menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia agak sungkan karena ia bagian dari penyebab tsunami tersebut.
Dalam perjalanan, mereka berbicara banyak hal. Enricko merasa bebas bila berbicara dengan Keiser. Seperti ia menjadi dirinya sendiri. Ia sempat berfikir apakah Keiser akan mau menjadi temannya kalau kasus ini sudah selesai.
"Kei..."
"Hm?"
"Gue, mikir... kalau kasus ini selesai.. lo bakal tetep jadi temen gue?"
Keiser lama tak menjawab, Enricko jadi khawatir ia telah berkata berlebihan padanya.
"Gue nggak bakal jadi temen lo."
"Tapi gue bakal jadi sahabat lo."
Air mata tetiba menetes dari iris hazel Enricko.
Keiser yang sibuk menyetir panik.
"Eh kok lo nagis?! Woy! Lo kenapa?!"
Dan perjalanan mereka pun diisi dengan tangisan Enricko yang tak kunjung mereda.