Chereads / BEYOND MARVEL / Chapter 21 - Sea of Fire

Chapter 21 - Sea of Fire

Enricko yang begitu melihat Zinedine di depan pintu segera menutup pintunya lekas-lekas, namun tertahan kala tangan Zinedine menahan pintu itu.

"Enricko, ayo pulang."

"Gila lo!!"

BUK!!

Enricko meninju perut Zinedine dengan keras. Reflek Zinedine memegangi perutnya yang sakit. Ia menatap Enricko dengan tajam.

"Gue sudah minta lo pulang dengan baik-baik Enricko.. jangan sampai gue nyeret lo dari sini pakai cara kekerasan."

"Setelah eksperimen yang lo lakukan ke gue selama ini.. KENAPA GUE HARUS IKUT LO LAGI HAH!"

"Lo sudah terikat janji dengan gue Enricko.."

"PERSETAN SAMA JANJI LO!!"

Enricko terhempas ke belakang. Selang infusnya copot dari tangan kirinya.

Zinedine mengulurkan tangannya dan mengeluarkan suatu energi yang dashyat sehingga membuat Enricko terlempar begitu saja.

"Fine, lo yang minta Ricko.."

Zinedine membuat segel dengan tangannya yang membentuk segitiga. Seketika Jantung Enricko menjadi sakit dan ia terduduk lemas di lantai rumah sakit. Sesuatu di dalam dirinya berbisik untuk kabur dari sini dan sebagian dari dia ingin langsung menghabisi orang biadab di depannya ini.

Tapi apalah daya dia tengah disegel oleh Zinedine. Keadaannya saat ini untuk berubah menjadi Black bukanlah sesuatu yang bagus. Ia sangat lemah.

"Eh ada tamu.."

Zinedine menatap sinis kearah Keiser yang baru saja datang dengan membawa plastik berisi daging.

"..tamu yang nggak diundang.."

"KEISER! TOLONG GUE- UHUK!!"

Enricko tiba-tiba batuk berdarah. Apa sihir yang digunakan Zinedine kepadanya?! Semakin ia memberontak maka akan semakin parah pula gejala yang ia alami.

"Gue nggak ada perlu sama lo, jadi minggir."

"Temen lo aja nggak mau ngikutin lo.. ya nggak usah maksa kali."

"Keiser-Uhuk! D-dia.. yang-uhuk! " Kata Enricko yang mencoba untuk sadar dan menahan rasa sakit di dadanya.

"Iya Enricko.. gue tahu.."

Zinedine mengeluarkan aura dingin. Seluruh barang yang ada disana bergetar.

"Enricko, apakah lo masih menganggap gue sebagai sahabat? Yang udah ngasih lo kekuatan dan ini balasan terimakasih lo sama gue?"

Enericko terdiam. Ia tidak berkata apa-apa karena ia memang tidak menyangkal bahwa ia menginginkan kekuatan dari Zinedine. Namun matanya telah terbuka sekarang. Ia hanya menjadi kelinci percobaan Zinedine. Ia tidak akan masuk ke lubang yang sama, ia akan melawan.

"Typhon"

Sebuah Makhluk raksasa menjulang setinggi langit turun dari atas. Kakinya menjalar berbentuk seperti sekumpulan ular. Ia mempunyai sayap kelelawar dengan rambut panjang. Api berkobar dari seluruh tubuhnya.

Bangunan rumah sakit hancur seluruhnya. Para perawat, pasien dan dokter semuanya tewas di tempat.. termasuk para warga yang berlalu lalang disana. Mereka menjerit histeris melihat makhluk raksasa menjulang tersebut sampai ke awan. Semuanya berlari dan menghindar.

Enricko yang terjatuh dari reruntuhan kini tergeletak tak berdaya tertindih serpihan bangunan. Sial sekali, batinnya. Kenapa ia yang selalu kecelakaan di dalam pertarungan?

"Typhon? Monster yang pernah menaklukan Zeus? Hm.. menarik!" Kata Keiser girang. Sebelum itu, Keiser menyuruh anjingnya Eddy untuk memulihkan Enricko yang kini sudah kedua kalinya ia diambang kematian.

Keiser mengangkat satu tangannya ke atas. Sebuah tongkat berbentuk ular dari angkasa meluncur menuju kearahnya. Dengan senyum yang masih terpatri, Keiser mengarakan tangan yang bergenggam tongkat ke arah Typhon itu.

Sang Typhon dengan semburan api dari mulutnya, mengeluarkan lahar panas yang membakar seluruh kota.

.

.

.

.

.

.

.

"Marseille! Ada yang mensummon monster terlarang dan memgancurkan kota!"

Marseille yang baru saja berbincang dengan menteri sihir US menengok kearah DeLeon.

DeLeon menyeretnya ke balkon gedung Menteri.

Sungguh pemandangan yang sangat mengerikan.

Montreal penuh dengan kobaran api.

Dari kejauhan, mereka melihat sebuah monster menjulang setinggi langit tengah menyemburkan lahar api.

"Bagaimana para sorcerer? Apakah ada yang sudah kesana?!"

"Ada beberapa Sorcerer tingkat S yang sedang ingin menghalau Typhon. Mereka sedang membuat barier raksasa."

"Baiklah aku akan kesana."

"Evakuasi warga sekarang. Bawa mereka ke daerah barat."

"Baik Tuan."

Semburan lahar panas mengarah pada Keiser. Ia mengarahkan tongkatnya. Seketika lautan lahar yang menyembur kearahnya meleset kearah lain.

Keiser lari menjauh dari Typhon itu. Menggiringnya ke sebuah pantai luas yang berada sangat jauh di Portland menggunakan teleportasi. Sementara itu, Enricko masih terjebak dalam reruntuhan. Zinedine tak sebodoh itu. Ia memang mensummon Typhon agar bisa mengambil alih perhatian si pemegang tongkat itu. Sekarang ia bisa membawa kabur Enricko dari sini.

Keiser mengarahkan tongkatnya sementara Typhon menyemburkan api dan listrik dari mulutnya. Terjadi dentuman dashyat. Gelombang laut mulai meninggi hingga setinggi pencakar langit. Beberapa penyihir tingkat S yang ada di sana mulai berbaris di bibir pantai.

"SEMUA AMBIL POSISI!!" Ucap salah seorang penyihit tingkat S.

Ombak raksasa mulai mendekati bibir pantai. Mereka semua menghentakkan tonkat sihirnya ke pasir dan membuat sebuah dinding 12000 meter. Air laut yang tadinya akan melahap seluruh kota portland dan sekitarnya terhenti.

Keiser yang kesal akhirnya mulai mengeluarkan kekuatannya.

"Hidup lo, cukup sampai disini."

Keiser yang berada di tengah lautan mulai mengeluarkan energi yang sangat kuat, bahkan bisa terdeteksi oleh para penyihir tingkat S dalam jarak puluhan kilometer.

Keiser menghentakkan tongaynya ke air.

Seketika lautan yang luas nan dalam terbelah menjadi 2. Kegelapan samudera terpampang jelas di hadapan Typhon.

Syuuut!

Keiser melambaikan tangan ke bawah. Membuat sang Typhon tertarik oleh gravitasi yang amat kuat dan terjatuh kedalam gelapnya samudera.

Sekali lagi Keiser menjunjung tongkatnya ke atas. Laut itu langsung tertutup dan menelan Typhon yang ada di titik terdalam lautan. Tak sampai disitu, Keiser mengarahkan ujung tongkatnya yang berkepala ular ke permukaan laut. Kemudian sebuah cahaya terpancar dari kedalaman samudera.

Keberadaan Typhon kini musnah tanpa jejak.

"Typhon ternyata lemah juga ya."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Zinedine dapat merasakan kekuatan Typhon, salah satu monster alchemistnya lenyap.

'Berarti dia bukan orang sembarangan', Pikir Zinedine.

"GRRHHH"

Atensinya teralihkan kepada geraman seekor anjing yang terdengar di telinga Zinedine.

Seekor anjing siberian husky berhadapan dengan Zinedine demi melindungi Enricko yang tak sadarkan diri.

Whooosh!

Anjing itu terpental ke samping saat Zinedine menggeser tangannya.

Zinedine kini mendekati Enricko yang tak sadarkan diri.

Dengan satu jari, ia menggambar tanda cross di udara. Batu itupun terbelah.

"Explosio Maximus"

BTOOMM!!!

Sebuah ledakan besar membuat Zinedine diterpa benturan api yang kencang hingga terhempas ke arah bebatuan.

Dari kejauhan, muncul pria bersurai blonde dengan mata gold mengenakan coat abu-abu.

"Zinedine, kamu akan saya tangkap."