Chereads / BEYOND MARVEL / Chapter 17 - Deception

Chapter 17 - Deception

Para bodyguard yang mengiringi mobil Gwyneth langsung berhenti memblokade jalan. Hiruk piru jalanan membuat semua mobil warga kota tak bisa berjalan.

Alexo terhempas saat mobil itu meledak, namun ia sempat membuat tameng metal di tubuhnya agar tak terkena hembusan api, begitupun dengan Watcher, ia terkena luka bakar di daerah bahu. Ia langsung melepas jaketnya yang kini terkena api dan melihat kobaran api tersebut.

Ia mengaktifkan eyes of god sembari mengamati keadaan sekitar. Ia tidak mendeteksi apapun di dalam mobil tersebut kecuali jasad Gwyneth yang terbakar di kursi pengemudi. Namun, ia dapat mendeteksi sebuah peluru berlian berlapiskan sebuah spell sihir luar dan dalam yang menembus kepala sang Deputi Direktur.

Netra biru cerah itu teralih pada sekitarannya, mencari sang pelaku melalui petunjuk tersebut.

"ALEXO DISANA!!"

Watcher menunjuk kearah sebuah gedung pencakar langit yang diatasnya terdapat bayangan seseorang.

Sebelum seseorang itu keburu pergi, Alexo memblokadenya dengan dinding metal.

"DESTRUCTIO!!"

Sebuah ledakan besar meruntuhkan gedung pencakar langit itu. Saat gedung tersebut runtuh, muncullah dua orang lelaki dari asap reruntuhan, yang satu berambut biru dan yang memegan sniper berabut hitam.

Sang lelaki bersurai biru mengarahkan tongkatnya pada Alexo, yang dibalas Alexo dengan kumpulan riffle yang melayang mendekati Alexo dan mengarah ke pria bersurai biru.

Sementara itu, para bodyguard dan Watcher mengerubungi si pria riffle.

"Acker, Hitman lahir 13 September 1997 di Belgium utusan Ferdinad Hernandez, ketua FSIS dan yang berambut biru namanya Gibran, sorcerer tingkat S.. lahir 2 Januari 1993 di Pakistan. Mereka ditugaskan untuk mengambil eyes of god dengan imbalan seluruh hutang mereka pada Ferdinand akan lunas karena mereka berdua adalah anak pungut Ferdinand." Jelas Watcher.

Acker tertawa,"Wah.. wah.. wah.. nggak heran Om Ferdinad nyuruh kita untuk ngambil mata lo.." sambil membidik rifflenya kearah Watcher.

"..Ternyata berbahaya juga.."

Ia menembakkan satu peluru, namun dengan eyes of god peluru tersebut remuk dan meledak sebelum mengenai Watcher. Selagi ada kesempatan, Para bodyguard dengan tongkat sihir mereka menyerukan spell secara bersamaan.

"Stuntera!!"

Acker menutup matanya sembari menggumam..

"Reverso"

Justru spell yang seharusnya membuat Acker tak mampu bergerak malah berbalik arah pada para bodyguard tersebut.

Kini hanya tinggal Watcher dan Acker.

"Eyes of God..Mata yang menjadi salah satu dari 7 keajaiban alam semesta, kami jamin bakal merebut itu dari lo.."

Sementara itu Alexo dan Gibran tengah bertarung sengit. Dengan metal bender, Alexo menembakkan seluruh riffle yang ada di sekitarnya ke arah Gibran. Namun Gibran dengan tenangnya membuat barier biru yang tak bisa ditembus oleh peluru tersebut.

Namun sebuah pedang besi muncul dari bawah tanah dan hampir mengenai Gibran. Dengan kesempatan itu.. Alexo menyilangkan tangannya.

"almity swords.."

Seketika sekumpulan pedang muncul dengan secepat kilat dari bawah tanah dan menusuk seluruh tubuh Gibran yang masih di dalam barier. Gibran yang tak siap hanya bisa meringis kala tubuhnya terkoyak oleh pedang-pedang itu. Darah mulai mengalir dari tubuhnya. Tongkat yang ia pegang terjatuh ke tanah. Barier yang ia bentuk perlahan menghilang.

Alexo sudah siap dengan beberapa rifflenya yang melayang menembakkan ke arah Gibran. Saat peluru tersebut hampir mengenainya Gibran menyeringai.

"Reverso."

Seketika keadaan berbalik, justru yang ada di tusukan pedang itu malah menjadi Alexo dan Gibran kini berada diseberangnya. Peluru-peluru yang Alexo tembakkan malah mengenai dirinya sendiri. Rasanya sangat sakit dan ia tak bisa bergerak.

"Mata itu milik kami sekarang." Ucap Gibran, tubuhnya perlahan mulai pulih seperti sedia kala. Alexo terdiam disana, sorcerer tingkat tinggi sangat berbahaya. Ia tidak bisa melawannya, ia berharap suatu keajaiban akan terjadi. Perlahan kesadaran Alexo kian meredup sampai ia tak sadarkan diri sepenuhnya.

"TIDAK!!"

Watcher sudah terkapar dan babak belur. Ia dihajar dan ditembak habis-habisan oleh Acker. Dengan stuntera tubuhnya tak bisa digerakkan. Ia mencoba untuk bergerak sedikit namun tak bisa, bahkan se-incipun.

"Mari kita lihat seperti apakah Eyes of God itu.." Ujar Acker yang membuka kacamata Watcher dan melemparnya entah ke sembarang arah. Gibran yang kini berjalan mendekati Acker berbicara padanya.

"Satu sudah beres, kini tinggal ambil matanya.."

Dengan perlahan, tangan Gibran menggapai mata Watcher dan berusaha melepaskanya dari kelopak matanya.

Jeritan keras menggema di jalan tersebut.

"Nah.. satu telah terambil~" ucap Gibran yang sudah mencopot mata Watcher kini meletakkan mata itu ke dalam toples yang berisi sebuah cairan yang dipegang oleh Acker.

Tangannya kini mengarah ke mata kanannya.

"Sekarang yang tera-"

SLASH!!

Perhelangan tangan Gibran tiba-tiba terputus. Acker yang terkejut langsung menghilang menggunakan spell teleportasi.

"A.. a.. a~ tidak semudah itu Gibran Mc Harvey~" bisik suara perempuan di telinga kirinya. Tangan kanan Gibran yang masih memegang tongkat sihir kini mengeluarkan spellnya.

.

"VORTEX!!"

"Kneel."

DEG!

.

Dengan tangan yang masih bercucuran darah, ia berlutut di depan Watcher yang masih terkunci oleh stuntio.

"Kamu bisa saja mengambil satu Eyes of God.."

.

.

.

.

"Tapi tidak untuk kali ini."

.

Huh?

.

"Die."

DEG!!

Tubuh Gibran tiba-tiba jatuh begitu saja hilang tanpa nyawa. Sekujur raganya membiru dan tak bergerak lagi. Watcher yang melihat dengan satu mata langsung terbelalak. Rasa sakit akibat mata kirinya yang copot kini tergantikan oleh rasa takut campur terkejut melihat seseorang yang kini sudah ada berdiri di hadapannya.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Deputi.. Direktur?.."