Chereads / BEYOND MARVEL / Chapter 7 - The Plan

Chapter 7 - The Plan

"Malam semua... hari ini capek juga ya.. DeLeon, pijetin saya dong. Ini badan udah serasa dihantam king kong." Kata Alexo meletakkan kopinya dan dan melemaskan otot yang terasa kaku. Sedangkan Watcher langsung nyeleweng saja tanpa mengindahkan perkataan Alexo.

"Cuma dipijet om? Nggak sekalian mau saya remukin juga badannya?" Jawab Pria botak beriris hijau, DeLeon. "Weh.. anak muda sekarang mainnya kekerasan yah, ini sebagai bentuk bakti kamu sama orang tua."

"Ngga ada yang mau punya orang tua kayak anda om.."

"Ah, kamu ini nggak seru.. mana Marseille? Saya sama Watcher mau bicara sama dia."

"Sadar umur pak, sudah bau tanah nggak usah bercanda. Buat Marseille, dia lagi ada di lantai atas."

"Ok.. ini kopi siapa yang mau minum? Tak kasih ke kamu aja ya?" Alexo menjulurkan kopi Enricko yang tak diminum itu pada DeLeon.

"Kamu ikut saya diskusi sama Watcher sekaligus minta pendapat kamu DeLeon." Tambah Alexo sebelum pergi menuju anak tangga.

Sesampainya Alexo di atas, ia menuju ke sebuah ruangan dimana biasanya Marseille berada. Saat ia buka pintunya, Watcher dan Marseille sudah menunggunya. Mereka semua duduk di sebuah sofa, lalu disusul oleh DeLeon. "Hehe.. sorry bawa kopi.. dari om Alexo." Ujarnya nyengir.

"Nggapapa.. DeL, santai aja." Kata Marseille.

"Jadi.. apa yang mau kalian bicarakan?" Tanya Marseille, sembari menyeruput frapuchino. Dia tidak doyan kopi sama seperti Watcher, tapi dia masih bisa meminumnya.

"Lo inget kan waktu Debyl datang ke kita dengan badan berdarah-darah dulu?"

"Hooh" sahut mereka bersamaan

"Dia sempat cerita kalau dia diserang sejenis alien di gereja itu.", tambah DeLeon.

"Nah itu.. kita udah nemu biang keroknya."

DeLeon tersedak minuman kopinya.

"Awas mati keselek." Kata Alexo.

"Diem."

"Coba ceritain." Marseille duduk menyilangkan kaki dan tanganya tanda dia sedang serius.

"Waktu itu gue lagi lari karena gue dikejar sorcerer yang mau nyabut mata gue, kalau nggak salah ada tiga orang, namanya Hugo Blake, Ruben van Houtman, sama Joseph Volta. Gue kepisah sama Alexo, dianya malah ngacir beli kopi..."

Semua menatap tajam Alexo.

"Ngopi terus, cepet mati nanti om." Komentar DeLeon. Alexo memasang wajah bersalah,"habis kamu lari langsung ngilang gitu.. yaudah saya ngopi dulu."

"Alasan yang nggak masuk akal, kalau anda ngopi lagi saya bakal kasih anda teguran untuk kedua kalinya Pak Alexo." Aura menyeramkan keluar dari Marseille.

"Setelah itu entah keasikan lari, gue nubruk orang di depan gue sampai kacamata gue patah." Watcher memperlihatkan gagang kacamata hitamnya yang patah. "Nah karena gue jatoh, dia nyoba bantuin gue buat berdiri.. tapi pas gue lihat dia, secara nggak langsung mata gue aktif.. dan ngelihat dia berubah wujud di hadapan gue. Dan bentuknya sama persis sama yang ada di ingatan Debyl."

"Setelah itu gue ketemu Alexo dan ngajak dia bicara di cafè. Waktu Alexo nanya sesuatu tentang dia. Disaat itu gue menggali semua ingatannya secara menyeluruh..."

"Apa aja yang lo dapet?" Tanya Masreille.

"Dia adalah hasil eksperimen dari kedua sahabatnya, Aidan Zinedine dan Denzel Christan-"

"Tunggu.. tunggu.. gue merasa nggak asing sama nama Aidan Zinedine.." DeLeon mencoba menggali ingatannya. "Oh iya! Dia temen sekelas gua pas masih SMA kelas 2. Kita sekelas bareng. Tuh anak emang pinter sih, nilai science dia bahkan setara sama nilai gue." Ujar DeLeon. Jikalau kalian tahu, DeLeon merupakan superhuman yang punya kekuatan super mind yang artinya dia adalah orang super jenius.

"Okay, makasih intermezzonya. Watcher lanjutkan." Titah Marseille.

"Nah Aidan Zinedine dan Denzel Christian ini bukan bagian dari asosiasi researcher pemerintah. Tapi mereka bikin eksperimen ini secara sembunyi-sembunyi. Mereka melibatkan Enricko Fila sebagai tikus percobaan mereka. Mereka menyuntikkan cairan hitam ke dalam tubuh Enricko namun sudah dengan persetujuan si empunya badan. Yang bikin gue terkejut adalah makhluk ini belum sepenuhnya jinak gaes.. diingatan dia, ada kala gue bisa melihat dia sebagai makhluk itu.. yang diberi nama 'Black' tapi ada beberapa ingatan yang hilang saat Black mengambil alih badan dia."

"Jadi maksud lo si black itu kadang bisa dikendalikan dan kadang enggak sama yang punya badan? Makanya ingatannya jadi putus-putus?" Jelas DeLeon, yang membuat Alexo dan Marseille mengangguk paham.

"Yup betul.." Watcher menjentikkan jarinya.

"Sampai  sini dulu mungkin ada yang mau berpendapat?" Tanya Marseille.

"Apa lo lihat ingatan saat dia di gereja itu Watch? Karena ini bisa jadi dua versi skenario yang berbeda.. menurut gue dua-duanya bakalan berbahaya."

"Nah itu, saat gue menggali ingatan dia, gue nggak menemukan secuil ingatan pun saat dia ngebantai orang-orang di gereja..."

"..Tapi gue menemukan sebuah penemuan yang menarik.."

"Dia pernah diculik sama badan federal penyihir. Sample darahnya diambil dan dia disuntikan cairan kuning.. setelah itu dia langsung berubah menjadi Black dan mengamuk di ruang isolasi..

Dan gua melihat saat temannya si Zinedine Aidan itu cerita ke Enricko kalau si teman satunya lagi yang namanya Christian nggak kembali lagi dari gedung tersebut dan ninggalin mereka berdua. Nah menurut kalian apa penyebabnya?"

"Menurut gue itu suatu bentuk sandera dari pihak FSIS, dengan mereka mengambil bukti darah dari Enricko, dia bakal bisa menuntut mereka bertiga dengan eksperimen illegal.. tapi nggak.. bukan cuma itu.. sebenarnya mereka punya tujuan terselubung... dan mereka berdua alchemist kan? Atau.. mereka sebenarnya membuat barang bukti tersebut supaya para alchemist itu mau bergabung dengan mereka? Secara, alchemist itu orang-orang inovatif, orang semacam itu sangat dibutuhkan di FSIS.. kemungkinan besar adalah mereka menjadikan Enricko umpan cuma untuk menjaring salah satu dari kedua alchemist itu." Jelas DeLeon.

"Pinter lo DeL.. tapi fikir gue.. kenapa mereka cuma menangkap satu orang dan dua lainnya dibebaskan?" Tanya Marseille.

"Nah.. kalo itu masih jadi misteri." DeLeon mengendikkan bahu.

"Saya mau nanya tentang dua skenario yang kamu ada bilang tadi.. bisa jelaskan lebih lanjut?" Tanya Alexo.

"Jadi gini om... skenario pertama, seandainya Enricko nggak ingat saat dia dirasuki itu tandanya adalah mereka masih dua individu yang belum sepenuhnya menyatu seperti yang Watcher bilang tadi. Dimana secara nggak langsung dua alchemist itu menciptakan monster dan menaruhnya dalam satu insan yang nantinya insan tersebut bisa berubah sepenuhnya dengan kendali Black atau kendali Enricko.. dimana kalau sepenuhnya diambil kendali oleh Black maka akan menciptakan monster sungguhan.. bukan cuma superhuman lagi, dan itu berbahaya. Seiring monster itu bertambah dominan dalam mengambil kendali maka semakin besar pula kekuatan monster yang ada di tubuh Enricko. Menghentikannya tidaklah mudah.. mau tidak mau kita harus membunuh Enricko yang sudah menjadi monster.. Sekarang dimana Enricko yang mengambil alih seluruh kekuatan Black yang menuju pada skenario kedua.. jika Enricko mengambil alih seluruh kekuatan Black, maka ia bisa dikatakan seorang kriminal, karena ketika dia berubah jadi Black.. dia sadar sepenuhnya atas apa yang dia perbuat tapi seluruh insting kemanusiaannya diambil alih oleh Black yang membuat dia jadi monster berakal manusia.. kalian paham nggak? Kalau monster berakal manusia itu jauh lebih sulit dikalahkan dari skenario pertama dan ini yang membuat gue khawatir." Tambah DeLeon

"Dan gue yakin dari pihak FSIS mengirimkan mata-mata buat memantau mereka terutama Enricko.. karena itu bakalan menjadi pedang bermata dua untuk mereka."

"Jadi lo punya ide?" Tanya Watcher yang mulai mengantuk. Mendengar penjelasan DeLeon seperti mendengar dongeng Hansel dan Greetel.

"Ada, ide gua adalah kita harus mengulik lebih jauh kenapa Zinedine dan temannya membuat eksperimen seperti itu, dengan cara...

Kita pura-pura bantu mereka buat mengembalikan teman mereka yang hilang."

"Kita nggak bisa menyerahkan misi ini ke Watcher maupun Alexo karena first impression mereka sudah jelek, apalagi kamu Watch." Tambah Marseille. "Benar, kita butuh orang yang tidak mencurigakan dan mudah untuk diajak kerja sama."

"ARKA!!" Seorang pria, berambut hitam legam dengan gaya Fringe berlari ke arah pria brunette. Si Pria brunette yang diketahui bernama lengkap Arka ben Asher tengah santai menyantap roti isi daging di meja makan, sampai sebuah tongkat nyaris menghantam dirinya.

"Ghue lhagi mhakhan ashthagha." Ucapnya mengunyah roti tersebut, namun tak diindahkan oleh si pemilik tongkat. Ia menyerang Arka dengan brutal namun dengan santai semua serangannya dihindari. "Kenapa tiba-tiba nyerang gue?! Gue salah apa bangsat!"

Keiser, si pemuda yang memegang tongkat, terputus urat kesabarannya. Sedetik kemudian lantai beserta bangunan mereka terbelah dua, memperlihatkan lahar panas yang mengepul dari dalam perut bumi.

"Dasar pembunuh.. balikin Eddy gue!!" kata Keiser mulai menitihkan air matanya. Netra obsidiannya berkilauan. Keadaan disekitar mereka sudah hancur lebur.. ditambah lagi retakan kerak bumi akibat tongkat Keiser yang sudah pasti membuat jalan raya di seluruh kanada jadi berantakan. "Eddy?.. Eddy siapa?!"

Perdebatan mereka terhenti sejenak saat mendengar berita di televisi.

"Berita terkini, sebuah retakan raksasa muncul di bagian timur Kanada, yang berasal dari Quebeq. Retakan tersebut kini menyebar hampir ke seluruh penjuru kanada. Akibatnya terjadi gempa bumi hampir di semua titik kota Kanada. Saat ini belum pasti apa penyebab gempa bumi

tersebut, pihak keamanan telah mengerahkan evakuasi darurat kepada seluruh warga kanada. Diharapkan untuk tetap tenang dan berlindung dari reruntuhan. Saya Michelle Wan dari stasiun tv Quebeq mengabarkan."

"Tuh kan! Gila lo! Mau hancurin Kanada cuman gegara Eddy.. emang Eddy siapa?!" Tanyanya kesekian kali. Ia sudah melupakan roti isi dagingnya.

"EDDY ITU ANJING GUE BANGSAT! LO YANG KEMAREN MAIN PETIR PAS HUJAN AKHIRNYA NYAMBER ANJING GUE!"

"Oh.. jadi yang kemarin itu anjing lo toh? gue kira anjing tetangga." Ucap Arka lega dan tanpa rasa bersalah.

Sekilas info saja, kemarin saat hujan deras. Arka yang waktu itu tengah bosan mengajak kembarannya Elyon untuk bermain petir-petiran yang ternyata menewaskan seekor anjing yang ia kira adalah anjing tetangganya. Karena ia sangat benci dengan seluruh tetangganya ia tidak hidupkan kembali anjing mereka.

Arka yang masih melahap sandwichnya kini berkata pada Keiser. "Mana mayatnya?"

"Buat apa?"

"Gue bilang mana mayatnya."

Keiser dan Arka kini berjalan ke belakang gedung untuk mengunjungi mayat Eddy, anjing siberian husky milik Keiser. Saat mereka melewati sebuah lorong, seorang pria albino tengah duduk santai di tepi jendela besar dengan jaket dan setelan serba hitamnya. "Mau kemana?" Tanyanya.

"Ini ada yang nangis anjingnya gue bunuh."

Keiser mempelototi Arka. Kenapa bajingan ini tidak merasa bersalah membunuh anjing kesayangannya? Memang dasar psikopat.

"Oh.." kata si pria albino, lalu mengacuhkan mereka dan kembali sibuk mengetik sesuatu di laptopnya.

Kini telah sampai mereka di suatu gundukan halaman belakang. Terlihat sebuah nisan bertuliskan nama Eddy menggunakan kayu dengan gambar love di sampingnya. Arka yang melihat itu geli sendiri.

Keiser yang berada di belakang Arka kini cuma bisa terdiam dan menahan isakan tangisnya. "Apaan sih lo! nangis kok nggak kelar-kelar?"

"Huaaaa!!!" Tangisan Keiser semakin keras, sumpah.. Arka merasa seperti berhadapan dengan bocah umur sepuluh tahun.

Kini iris abu-abu miliknya terarah pada makam anjing tersebut. Tangannya terulur ke makam anjing Keiser. Iris abu-abunya bercahaya. Tanah makam itu kini bergerak-gerak. Keiser yang melihatnya malah ketakutan. "Lo nggak ubah dia jadi zombie kan?!"

"Bacot."

Tanah itu perlahan kini terbuka, menampilkan tubuh anjing yang gosong akibat terkena sambaran petir. Anjing itu melambung di udara dengan sendirinya lalu luka gosong yang ada di tubuhnya mulai memudar memunculkan bulu putih dan silver yang bersih. Setelah luka gosong itu menghilang, anjing tersebut mengerjapkan matanya dan mulai menggonggong.

"EDDY!!!"

tanpa sadar Keiser berlari melalui Arka dan melompat memeluk anjingnya. "Eddy!! gue kangen.. Hiks!"

"Baru juga mati kemaren.." desis Arka padanya. 

"Arka! Makasih banget!! Gue sayang sama lo muah!!"

"Hiihh.." Arka memasang tampang jijik, atensinya kini teralih pada si albino yang berjalan kearahnya. "Gimana? Udah hidup?" Tanyanya. "Udah".

"Jangan nangis mulu, berisik tau." Tambah sang albino

"Luke ngapain lo kesini?" Tanya Keiser.

"Liat dua hewan lagi reunian."

"Pffttt- AHAHAHAHA!!!" Arka tidak tahan menahan gelak tawanya kini tertawa lepas. "Lo kebanyakan bergaul sama Arka, pantes mulut lo kayak rotan pensil." Balas Keiser ketus. "Tuh kan hidup lagi? Sekarang mana tanggung jawab lo yang sudah bikin onar?" Kata Arka, Keiser memasang wajah datar.

"Arka..."

"Lo kan bisa balikin anjing gue hidup lagi.."

"Sekarang lo bisa nggak balikin kecelakaan tadi jadi normal lagi?" Kata Keiser dengan polosnya.

Perempatan imajiner muncul di wajah Arka, "bangsat emang... dasar nggak tahu terimakasih." Batin Arka dan Luke.

"Eh.. pada ngumpul disini.. lagi ngapain?" Tanya pria surai blonde berkaca mata. Wajah dan gaya ramburtnya mirip sekali dengan Arka. Hanya saja lebih elegan.

"Anjingnya bocil mati, dia bikin rusuh." Kata Arka menjitak kepala Keiser. "Ampun om! Janji nggak gitu lagi!!" Keiser sampai sujud di kaki Arka, Luke menatap Keiser dengan tatapan jijik. "Jangan mentang-mentang suara gua kaya bapak-bapak lu bilang gue om."

"Oh.. gempa ya? Itu gue lihat di jalan nggak ada apa-apa tuh?" Kata Elyon santai.

"Yang bener?!"

"Iya suer!"

Mereka berbondong-bondong ke halaman depan dan.. benar saja, semuanya kembali seperti semula. Bahkan saat mereka memeriksa ruang dapur yang tadinya sudah nampak seperti dapur neraka sekarang menjadi dapur biasa. Aneh.

"Arka, ini ulah lo?"

"Sumpah bukan gue!"

"Lah terus siapa?"

"Meneketehe?"

Mereka saling tatap satu sama lain sampai netra mereka tertuju pada Luke, Luke yang ditatap cuma mendengus. "Kalo gue emang kenapa?.. habisnya lu parah banget Kei, bisa jadi buronan polisi kalo ketahuan."

Keiser yang mendengarkan penjelasan Luke merasa terselamatkan. Matanya berbinar dengan wajah yang mereka pikir sangat menjijikkan.

"Luke keren dehhh~" Keiser dengan manjanya gelayutan di lengan Luke, Luke yang makin jijik dengan tingkah Keiser hanya bisa mendorong wajah Keiser darinya.

"Jauh-jauh nggak lo! Kalo nggak, kali ini gua yang bunuh anjing lo!"

"Jangaaaann!!!"

"Ekhm.."

Sebuah deheman yang berasal dari Elyon membuyarkan atensi yang lain, kini semua mulai terfokus padanya.

"Jadi guys.. kita punya undangan.."

"Siapa yang nikah?" Tanya Arka

"Nggak ada yang kawin ka.."

Dengan senyum banyak arti, Elyon berkata,"..Lebih tepatnya undangan pertemuan, dari menteri sihir Marseille Antoine."