Chereads / BEYOND MARVEL / Chapter 6 - Stranger

Chapter 6 - Stranger

"Anjir."

Brak!

"Sshh... ini gara-gara lo..nghhh..." Zinedine menatap Medusa tajam. Medusa tertawa kecil.

Sedangkan Enricko yang dibalik pintu tak bisa menahan raut wajah anehnya. "Ngga nyangka gue.. Zinedine doyan begituan sama cewe ular."

Waktu telah menunjukkan pukul 8 malam. Enricko yang kebetulan lapar ingin mengajak Zinedine makan malam. Yang ternyata Hanya rencana, karena Zinedine ternyata kelelahan dan tertidur pulas di kasurnya. Enricko yang tak tega membangunkan Zinedine malah nyeleweng sendiri ke marketplace terdekat.

"Hm.. poutine sama bagel kayaknya enak." Gumamnya sendiri, ia mampir ke salah satu restoran disana. Saat ia berada di depan pintu dan mencoba masuk, seseorang dengan topi hijau tua dengan warna jaket yang senada menubruknya tanpa sengaja. Orang itu tersungkur di trotoar sembari mengaduh kesakitan.

Enricko mengamatinya, Pasalnya ia menjatuhkan kacamata hitam beserta tas selempangannya.

"Sorry sorry!" Kata Enricko mencoba membantunya berdiri sementara si lelaki bertopi mengambil kacamata dan tas yang ia kenakan. "Ia nggak papa..."

Saat mereka saling bertatap. Si lelaki bertopi tiba-tiba terkejut, matanya bercahaya biru, bukan seperti mata orang biasa. Sekeliling mereka menjadi buram. Enricko menatap fokus mata itu, netranya seperti memancarkan energi besar dan empunya seperti sedang mengulitinya hidup-hidup. Jantungnya tiba-tiba sakit lagi.

Si lelaki bermata biru itu entah kenapa ketakutan melihat dirinya. Enricko padahal tidak melakukan apa-apa. Dia saja tidak

dalam wujud Black sekarang. Bagaimana bisa dia terlihat ketakutan begitu? Sambil meraba jantungnya Enricko berusaha menggapai lelaki itu. "Lo.. kenapa?"

"Jangan deketin gue! Mau apa lo?!"

"Hah?"

"Lo.. lo.. yang-"

"Eh.. Watcher kamu disini toh? Saya nyariin kamu dari tadi, dasar bocah bikin susah aja.."

Seorang bapak-bapak dengan coat cokelat muda mendatangi mereka berdua. Tampilannya classy dengan syal yang melekat pada lehernya dipadukan rambut brunette dengan gaya classic bun. Tangannya memegang kopi yang masih hangat dan koran pagi. Bapak itu kini menatap Enricko bingung.

"Kamu siapa pula?"

Pria yang diketahui bernama Watcher itu kini berbisik padanya, namun samar-samar ia bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.

"...Ini orangnya.."

Si bapak kaget, namun mencoba untuk tetap tenang. Bapak itu kini tersenyum pada Enricko dan menjabat tangannya.

"Dia tadi nabrak kamu ya? Maaf.. dia emang orangnya suka lari-lari nggak jelas." Jelas Bapak itu. Enricko pura-pura mengangguk.

"Nama saya Alexo Bertolini. Kalau boleh tahu nama kamu siapa? Saya merasa bersalah karena Watcher nabrak kamu.. basically bukan tanpa alasan sih.. dia orangnya agak 'istimewa' makanya suka ketakutan dan lari sendiri- Oww!"

Watcher menyikut bahu Alexo. Enricko yang melihatnya meringis. "Nama saya Enricko Fila, bisa dipanggil Enricko... untuk masalah tadi.. nggak papa kok om, mungkin saya juga salah nggak lihat orang lewat."

"Jangan gitu.. kami traktir kamu deh buat permintaan maaf."

"Jangan om.. ngerepotin nanti.." Enricko rasanya mau pulang saja.

"Ngga apa-apa.. mumpung saya lagi baik hati.. biasanya saya kan pelit.. ya nggak Watch?"

Watcher mendengus, pak tua ini menggelikan. Bisa-bisanya orang macam dia jadi partnernya.

"Sekaligus ada yang kami ingin bicarakan sama kamu nak Enricko." Wajah Alexo berubah serius. Apa lagi ini? Apa ia akan diculik lagi seperti kemarin?

"Nggak kok, kami ngga bakalan ngapa-ngapain kamu.. kami cuma ingin bertanya tentang kamu dan.. sesuatu yang ada di tubuh kamu." Seakan bisa membaca pikirannya, Enricko bingung ingin jawab apa. Ia sempat membuat perjanjian dengan Zinedine agar tidak lagi ikut sembarang orang dan berbicara dengan orang asing. Bepergian sendiri seperti ini sebenarnya sudah melanggar perjanjian yang mereka buat. Namun, entah kenapa ada sepercik rasa penasaran Enricko pada orang-orang ini. Siapa sebenarnya mereka?

'Sesuatu yang ada di tubuh gue? Maksud dia Black? Ada apa sama Black?' Batin Enricko.

Berakhirlah mereka duduk bertiga di sebuah cafè sederhana.

"Watcher, tumben kamu pesen kopi hitam.. biasanya kamu kan suka susu cokelat.. aduh!"

Bisa dilihat kaki Watcher menginjak Alexo di bawah meja. Enricko tanpa sadar menahan tawanya. Ada apa dengan kedua orang ini? Nampak seperti Bapak-anak.

"Nggak, dia bukan bapak gue."

Lah kok dia tahu?

"Hehe.. jangan heran sama Watcher kalo

dia tahu apa yang kamu pikirin. Kan saya udah bilang dia itu agak 'istimewa'"

"Jadi ada apa om dengan saya?" Tanya Enricko to the point. Alexo berdeham sebelum memulai pembicaraan.

"Jadi bisa kamu tahu... bahwa di dunia ini manusia sangatlah beragam..."

"Ada beberapa manusia yang bisa dikatakan 'istimewa'... atau diberkati dengan suatu kelebihan yang nggak bakalan kamu kira.."

"Ya saya tahu."

"Eh?"

"Saya punya kenalan yang juga punya bakat 'istimewa'."

"Menarik... coba ceritakan dia."

Enricko awalnya segan, ia tidak ingin membagi informasi terlalu jauh. Jadi ia berkata ala kadarnya saja.

"Dia bisa summon makhluk-makhluk aneh gitu.."

"Hmm.. gitu.. menarik sih.. jumlah alchemist di dunia ini cuma ada dua persen, dan kenalanmu itu termasuk orang istimewa yang langka."

Lah kok dia bisa tahu alchemist?

Sembilan belas tahun ia berteman dengan Zinedine dan Christian, ia bahkan baru mengetahui fakta itu dua tahun yang lalu. Enricko jadi makin penasaran.

"Sebenarnya kalian ini siapa?" Tanya Enricko.

"Lo nggak perlu tahu siapa kami, tapi yang pasti kami bukan orang biasa kayak lo." Jawab Watcher. Alexo yang mendengarnya memijat pelipis sendiri.

"Nak Enricko, maaf.. memang sifat Watcher agak aneh."

Watcher melotot. Beraninya pak tua ini mengatainya aneh. Dikata dia sendiri tak aneh?

"Supaya kamu nggak curiga dengan kami, kami bakal membagi beberapa informasi mengenai kami..."

"Saya Alexo Bertolini, saya juga punya kekuatan istimewa kayak kamu.. saya seorang metal bender. Kamu tahu? Semua besi, baja, maupun mineral yang mengandung logam lainnya bisa saya kendalikan." Sebagai contoh, Alexo mengangkat sendok besi yang ada di depan Enricko tanpa menyentuhnya dan meremukannya sampai bengkok tak berbentuk.

"Anjir keren banget!" Ucap Enricko tidak sadar. Alexo yang mendengarnya tertawa.

"Keren ya? Watcher bilang kekuatan saya kayak tukang sampah yang biasa ngehancurin barang bekas di TPA hahaha!"

"Nah.. kalau watcher ini termasuk istimewa dari yang istimewa..." lanjut Alexo. Enricko yang penasaran mendengarkan dengan seksama.

"Dia ini terlahir dan dianugerahi oleh tuhan dengan yang namanya 'The Eyes of God'.."

"Jadi singkatnya, The eyes of god ini mata yang bisa melihat apa saja... termasuk melihat makhluk yang ada di dalam kamu. Ngerti kan?" Enricko terkejut.

"Jadi itulah kenapa dia kaget waktu ketemu kamu.. karena dia lihat sisi lain dalam diri kamu yang bahkan saya pun nggak bisa lihat. Dan mata ini hanya ada satu di dunia dan dalam sejarah pun hanya Watcher saja yang mempunyai mata seperti itu."

"Well, nggak cuma itu. Sebenarnya the eyes of god ini juga bisa melihat rekam jejak hidup seseorang. Dan itu yang ingin kita bahas kali ini.. karena dia melihat rekam jejak hidup kamu."

"Jadi maksud om.. dia tahu masa lalu hidup saya?" Tanya Enricko panik. Ini bahaya, dia harus pergi dari sini. Ia buru-buru mengambil jaketnya dan ingin melangkah pergi, namun sebelum itu Watcher berbicara padanya,

"kalo lo pergi dari sini.. gue jamin lo bakal menyesal Enricko.. gue tau seluk-beluk hidup lo.. semua informasi lo dan bahkan teman lo yang hilang itu. Kalau lo pergi.. secara tidak langsung lo akan menjerumuskan diri sendiri ke lubang yang lebih dalam."

Lubang yang lebih dalam?

"Tuh kan bingung?"

"Permisi ini kopi hitamnya." Seorang

pelayan wanita mendatangi mereka dengan dua cangkir kopi hitam. "Selamat menikmati.." ujar sang pelayan sebelum pergi.

Enricko berfikir keras. Jika ia berada disini apa yang akan terjadi padanya? Dan bagaimana Zinedine di basement? Apakah ia sudah bangun dan kelabakan mencarinya? Ia tidak tahu akan semarah apa Zinedine padanya.

"Sorry gue baru kenal kalian.. jadi gue nggak bisa seratus persen mempercayai kalian dan lo..." Enricko menunjuk Watcher tepat di wajahnya. "Apa yang lo lihat di rekam jejak hidup gue bukanlah urusan lo." Ujar Enricko sebelum pergi, dia bahkan meninggalkan secangkir kopi hitamnya begitu saja.

"Gimana ini? Sekarang apa rencana lo? Orangnya bahkan nggak nyadar apa yang pernah dia lakuin saat makhluk itu ngambil alih badannya.. goblok emang." Kata Watcher menyeruput kopi hitamnya. "Eughh... pahit.."

"Udah tahu nggak suka, masih aja diminum."

"Habis mubazir.."

"Kita tunggu dan awasi aja dari jauh. Kamu udah dapat semua informasinya kan?"

"Semuanya. Cuma ada beberapa yang harus kita diskusikan sama Marseille, soalnya bahaya banget."

"Oke kalau gitu.. kita ke base aja sekarang."