"TUAN FERDINAND ADA PENYUSUP!!"
Salah satu penjaga memasuki ruang isolasi tersebut sambil terengah-engah. Pria yang bernama lengkap Ferdinand Hernandez itu semakin sumringah.
Ia melambaikan tangan pada beberapa penjaga tanda disuruh mengikutinya. Mereka berjalan di koridor untuk menuju
ruang operator. Alangkah terkejutnya mereka melihat seluruh pegawai operator berubah menjadi batu secara bersamaan. Seluruh penjaga berjaga-jaga sembari mengacungkan tongkat sihir mereka.
"Hela."
Sebilah pedang gaib menusuk salah satu penjaga. Muncul sesosok wanita bertopeng tanduk dengan jubah hitam dan beberapa pedang gaib mengelilinginya.
Pedang itu satu persatu menuju ke arah Ferdinand namun ditangkis oleh para penjaga dengan sihir barier.
"Opstructio!"
Namun barier itu mulai retak dan pedang tersebut meluncur mendekati mereka.
KLANG!!!
Pedang gaib tersebut tertangkis oleh pedang ghaib lain yang tak kalah kuat.
"Espadas"
Seorang laki-laki surai pirang panjang berjalan melewati Ferdinand,"makanya hati-hati pak tua."
Ferdinand menyeringai, "kalau mau, aku bisa membunuhnya langsung.. tapi tidak sekarang Hugo Blake." Tatapannya mengarah pada Christian yang bersembunyi di lantai atas.
"Anjir ketahuan. Hela habisi mereka!"
Mau tak mau, Christian ikut bertarung. Karena kalah banding, ia mensummon makhluk lain,
"Surtur!".
Seorang raksasa api kini muncul menghancurkan ruang operator tersebut. Hugo blake dengan santainya mengacungkan tongkat sihir sambil melahap lolipopnya. "Ayo sini maju, gua tantang anak didik lo."
"Roaaaar!"
Black mencoba menghantam kaca didepannya agar bisa keluar tapi ia tak bisa. Kaca ini dilapisi pelindung ghaib yang kuat.
"Black!"
Zinedine sudah tiba di ruang isolasi. Ia mengetuk pintu kaca memberi peringatan padanya.
"Ssstt! Jangan ribut, kalau tidak kita ketahuan."
"Grhhh.. Black.. keluar.."
"Iya gue tahu black, tunggu dulu.."
Zinedine mengamati kunci pintu yang rumit tersebut dilengkapi dengan handscreen, eyescreen, dan powerscreen yang tidak bisa dihancurkan. Waktu berjalan cepat, bahkan Zinedine khawatir pada Christian untuk masih bisa mengulur waktu.
"Astaga otak.. ayo mikir bangsat!" Zinedine menepuk-nepuk kepalanya. Black yang melihat itu entah kenapa tertawa dari balik kaca. Zinedine yang melihatnya menjadi semakin kesal, "kenapa lo? Mau gua bantuin nggak? Atau lu mau gua tinggalin aja disini?!"
Black yang mendengar itu malah mengaum kencang membuat kaca tersebut bergetar. Zinedine panik, ia mengacungkan jari telunjuknya ke mulut tanda menyuruhnya diam.
"Barier sihirnya keren sih, tapi bikin susah aja."
"Black coba lo lelehin itu pintu bisa nggak?"
Black menempelkan tangannya ke pintu itu, dan letupan kecil mulai muncul disekitar tangannya. Tak ada yang berubah. Bahkan panas tubuh black tak mengubah barrier itu sedikitpun.
"Explosio!"
BOOOMM!!
Ledakan besar terjadi di lantai atas yang membuat sisi atas bangunan retak. Bisa
didengar secara samar kegaduhan orang-orang disana.
"Hela kau urus antek-anteknya, surtur ayo kita habisi 2 orang ini!"
Christian..
"Inflame!"
Api hitam mengarah pada Zinedine. Namun sebelum itu, api tersebut meledak. Di depan zinedine terdapat sesosok wanita setengah ular yang menghalanginya
"Kau jengah Adine" Kata monster wanita itu, Zinedine menganga tak percaya,"gimana lo bisa keluar?"
"Aku punya cara sendiri."
Setelah itu, sang moster menatap para lawannya, irisnya bersinar terang dan rambut ularnya berkibar. Seketika mereka semua menjadi batu. Netra monster itu kini mengarah pada black.
"Siapa makhluk jelek ini?"
"Dia teman gue, Enricko."
"Temanmu lemah."
"Medusa!"
Medusa kini diam, namun atensinya tak lepas dari atap yang retak dan suara yang timbul diatas sana. "Aku merasakan energi lain disini.. Hela? Surtur? Apa mereka sedang bertarung?"
"Iya,waktu kita sedikit sebelum mereka kalah. Penyihir disini kuat banget. Tolong bantu gue melepaskan black."
"Apa imbalannya?"
"Masih sempat-sempatnya lo nanya imbalan?!"
"Yasudah kalo gitu aku kembali saja-"
"Darah. Lo bisa hisap darah gue sepuasnya, asal jangan bikin gue mati."
Medusa tersenyum menang.
Krang! Burst!
Hunusan baja menerjang surtur, dengan cepat ia menangkisnya. Surtur membalasnya dengan mengeluarkan api dari mulutnya. Ia arahkan api itu pada Blake, namun blake menghindar dan mengacungkan tongkatnya lagi "ultima frozio absolute" gunungan es raksasa menghantam surtur, tubuhnya mulai membeku. Dan disaat itu kesempatan
Blake menyegel Surtur. Jujur saja, makhluk ini banyak menghabiskan energinya. Ia sampai tertatih-tatih melawannya dan mengira akan kalah, kalau saja tidak dibantu oleh penyihir yang lain. Bagaimana kalau surtur ini mengeluarkan kekuatan terbesarnya?
"Signo six key"
Surtur terperangkap dalam sebuah bola cahaya enam lapis yang membuat surtur tak bisa berkutik.
Sedangkan Hela, masih melawan beberapa penyihir disana, ia melihat surtur yang tersegel kini berusaha mencoba membantunya keluar .Namun, langkahnya dihalangi oleh blake dengan sihir bariernya.
"Tidak secepat itu nona tanduk."
"Siapa yang kau panggil nona tanduk bocah sombong? Aku akan membunuhmu." Tak sadar Blake telah menyulut amarah Hela. Pedang yang ada di sekitar hela kini menghilang namun langsung menusuk seluruh penyihir yang ada disitu tanpa ampun, bahkan pedang itu kini bisa menembus bariernya dengan mudah. "Ah, sial. Gue cari mati .." Blake mulai panik.
Hela memunculkan pedang dari tangannya. Pedang ini berbeda, namun energinya sangat kuat sampai-sampai mengeluarkan aura kematian disekitarnya.
Ia menancapkannya pada lantai gedung dan membuat gedung tersebut berubah menjadi dimensi lain.
Belum Blake siap-siap untuk bertarung. Ia
sudah dihajar oleh hela. Tubuhnya melayang lalu dihempaskannya ke dinding. Belum cukup sampai disitu, hela meninjunya sampai ia terlempar ke sebuah gundukan tulang-belulang raksasa. Tiba-tiba empat bilah pedang menusuk kedua tangan dan kakinya. Ia langsung kalah telak. Inikah kekuatan monster alchemist?