"ADINE!"
"Apa sih lo? Teriak-teriak.. gue lagi pusing gegara elu!"
"Enricko hilang."
"HAH-"
Dengan otomatis Zinedine yang setengah mabuk kini terduduk dan kembali sadar. Mereka menyusuri sekitar rumah, namun nihil.
"Dine, ini kita cari dimana lagi ini?" Tanya Christian yang mulai putus asa. Tidak mungkin Enricko bisa menghilang tanpa kabar begitu saja. Pasti ada sesuatu.
"Kita ngga boleh nyerah Chris, pasti ada clue yang tertinggal di daerah sini."
Sementara itu, Enricko terbangun di sebuah ruang isolasi berdinding besi khusus. Tangan dan kakinya diikat pada sebuah kursi baja. Tubuhnya kini behadapan pada sebuah kaca hitam nan lebar, bisa dilihat samar-samar beberapa orang berjas mengenakan masker sedang mengamatinya. Irisnya menatap tajam orang-orang tersebut.
"Akhirnya kau bangun bocah." Ucap salah satu pria dibalik kaca.
"Lepaskan! Mau apa lo?!"
"Kamu gak perlu tahu, kamu cuma perlu diam dan melihat."
"Apa?!"
Seseorang wanita ber jas lab lengkap dengan wajah tertutup kini menghampirinya dengan dua alat suntikan beserta satu tabung kecil. Wanita itu mengarahkan jarum pada arterinya bahkan tanpa mensterilkannya terlebih dahulu. Jarum itu akhirnya menembus kulitnya dan terlihat darah segar berwarna kehitam-hitaman mengalir dari tabung darah pada ekor suntikan.
Setelah pengambilan darah tersebut. Kini satu suntikan lagi mengarah pada nadi lehernya. Cairan di dalamnya berwarna emas mengkilat. Entah apa itu, yang pasti bukanlah sesuatu yang bagus.
"AAAKKHHHH!!!"
Jeritan keras terdengar di ruangan isolasi.
"Suara apa itu?!" Bisik Christian. Zinedine dan dia sedang mengendap-endap di sebuah bangunan besar yang terlihat seperti rumah sakit modern. "Suara ini terasa familiar.. tunggu, jangan-jangan-" gumam mereka serempak lalu saling bertukar pandang. "Gimana ini?!" Christian semakin panik. Zinedine menatap banyak robot cctv berkeliaran. Ini tidak mudah.
"Gue punya ide."
Tubuh Enricko menggelinjang. Nafasnya menderu. Suhu tubuhnya semakin panas serasa ia dibakar hidup-hidup.
"GRRHHH..."
Tubuh Enricko berubah sepenuhnya menjadi Black. Makhluk itu berhasil melelehkan kursi baja beserta pengamannya dengan mudah. Perawakannya tinggi menjulang sekitar 3 setengah meter. Black menatap wanita yang menyuntiknya dengan sangar dan menjulurkan tangannya untuk meremat tubuh wanita itu hingga pecah. Darah terciprat dimana-mana.
Lelaki dibalik kaca tersenyum bangga,"benar-benar spesial"
"TUAN FERDINAND ADA PENYUSUP!!"