Chereads / BEYOND MARVEL / Chapter 1 - Prolog

BEYOND MARVEL

🇮🇩Zerlin_Angesti
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 38.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog

FSIS Building 01.00 PM

"Wow tenang-tenang sobat.. ya.. begitu.." ucap pria surai ungu. Ia menatap waspada pada makhluk hitam di depannya. Mahluk itu memperlihatkan giginya yang runcing, darah tersebar dimana-mana.

"Black.. bisakah kau bertukar dengan Ricko? Ada yang ingin kami bicarakan."

Lanjut si surai ungu. Hanya geraman berat yang menjadi jawaban. Keringat dingin mulai mengucuri surai ungu. Ini tidak bagus. Seketika auman keras terdengar di lantai gedung. Semua kaca pecah menyisakkan deru angin yang kuat. Si surai ungu sudah siap dengan kuda-kudanya.

"CERBERUS!"

Sebuah portal muncul menampakkan anjing raksasa berkepala tiga dengan api di badannya. "Cerberus, jangan bunuh dia. Buat dia lemah saja." Sang siluman anjing menggonggong. Pergulatan pun terjadi dengan sengit. Kedua kepala cerberus menggigit tangan black membuatnya tak berkutik, namun tangan itu kini meleleh dan meninju kepala cerberus hingga terpental jauh terjatuh dari gedung tinggi. Black melompati gedung tersebut mengejar cerberus. Cerberus tak mau kalah mulai mengeluarkan api biru dari mulutnya. Api itu melelehkan tubuh black hingga terkapar di aspal jalan.

"Cerberus stop!" Anjing itu terdiam, masih memasang wajah waspada. Surai ungu pun mendekat,"Black.. kami tak punya waktu. Segera bertukar dengan Enrico atau kau akan tertangkap." Black menggeram. Namun setelah itu, tergantilah tubuh bersisik hitam dengan manusia normal. Ia terbatuk lemas di aspal sambil memegangi jantungnya.

"ENRICO!"

"Zinedine?"

Zinedine menghampiri Enrico yang mulai batuk darah dan membopongnya. "Apa yang terjadi?" Enrico melihat sekeliling. Banyak mayat bergelimpangan. Hingga pandangannya menuju gedung yang rusak dan berasap. "Apa gue yang menyebabkan semua ini?" Ujarnya lemah.

Bagaimana bisa dia kehilangan kendali terhadap black dan membunuh orang-orang. "Lo ingat apa yang terjadi sebelumnya?" Tanya Zinedine. Enrico menggeleng. Namun ia meringis tatkala jantungnya berdegup kencang dan mulai batuk kembali. "Itu urusan nanti. Bakal gue ceritakan semuanya. Yang pasti kita harus pergi dari sini."