Chereads / Gadis Pilihan / Chapter 20 - Teman Hidupmu Dikemanakan?

Chapter 20 - Teman Hidupmu Dikemanakan?

Satu tangan nya terlipat dan menumpu di bawah kepala. Juga bola mata nya yang terus terarah ke langit-langit kamar. Apa yang sudah ia lakukan tadi, pada seorang gadis yang seharusnya tidak pernah mengenal nya? Ah, ayolah Alga! Seharusnya kau sadar siapa diri mu!

Mendesah panjang dan ia menoleh ke arah nakas di samping nya. Iya, ada ponsel kecil milik Eiryl yang di berikan untuk nya. Alga bangkit lalu meraih ponsel kecil itu. Ia menyandarkan punggung nya pada sandaran bangsal.

Wajah datar nya tersenyum saat melihat sekumpulan foto Eiryl dalam album ponsel nya. Foto yang tidak bisa di bilang sedikit karena jumlah nya hampir mencapai seribu. Apa setiap perempuan selalu seperti ini? Hobi berfoto. Apalagi setiap menemukan suatu tempat yang baru. Ia terkekeh. Lagi pula ia pun begitu.

Ting!

Satu pesan masuk. Alga mengernyit. Ia segera bergulir ke ikon chat.

+62132472xxx

Selamat malam

ini nomor ku

simpan, yaa

18.41

Alga sejenak terdiam.

Siapa?

18.42

Read

Eiryl Ciya Andara

18.42

Yang tanya

18.43

Read

Apa ini? Ia sengaja membuat Eiryl kesal? Ia terkekeh. Benar saja. Gadis itu kesal. bukti nya Eiryl hanya membaca pesan nya dan tidak berniat untuk membalas nya.

Tangan Alga segera mengetikkan satu kata untuk menamai kontak gadis nya. Ah, iya. Gadis nya.

Mine~

Maaf

18.50

Read

Y

18.50

Jangan begitu

18.50

Read

Y

18.51

Mudah sekali marah

pacar macam apa kau?

18.52

Read

Apa?

Pacar?

18.52

Emangnya nggak mau

jadi lebih dari sekedar

teman?

18.53

Read

Kenapa tadi

nggak bilang langsung?

18.54

Mau yang

langsung, ya?

18.54

Read

Menurut nganaaaa?

18.55

Ngegas nih mbak nyaaa

18.55

Read

Ngeselin nih mas nyaa

18.56

Ngangenin kali ah

18.57

Read

Dah lah

Males

Bye

18.57

Nanta menatap satu pesan itu. Ia tertawa pelan. Gadis itu memang lucu.

Jangan tidur

terlalu malam

besok sekolah

saya istirahat duluan

18.59

Read

Iya

Love you

18.59

Too

19.00

Read

Alga menyimpan ponsel itu di atas nakas. Baru saja diri nya hendak bangkit. Terdengar decitan pintu yang kemudian menampakkan Suster Aira.

"Hai," sapa wanita itu.

"Iya," balas Alga tersenyum.

Suster Aira mendekati nakas obat yang kini sudah tersusun lebih rapi dari biasa nya. "Tumben banget," ujar nya heran.

"Iya. Tadi ada temen main ke sini."

"Temen? Sekolah?"

"Teman hidup."

Aira tertawa. "Iya. Bolehlah." Tangan nya cekatan memeriksa obat-obatan milik Alga.

Kemudian ia terdiam saat melihat satu botol obat yang masih utuh. Lalu ia mengangkat nya ke arah Alga.

"Kenapa masih utuh?" tanya nya tegas.

Alga menghela. "Emang nya harus banget, ya?"

"Alga. Proses penyembuhan mu akan lama kalau kamu begini terus."

"Dari dulu juga nggak sembuh-sembuh."

Aira menghela napas nya. Menatap Alga penuh peringatan. "Kamu nggak boleh begini terus."

"Iya. Seharusnya saya tidak di biarkan hidup."

"Kalo kamu mati sekarang. Lalu teman hidup mu mau kamu kemanakan?"

Alga tidak menyahut pertanyaan itu. Ia hanya diam dengan wajah menatap ke arah luar jendela.

Aira terlihat melangkahkan kaki nya menuju papan assignment milik Alga. Selanjut nya, Alga tidak tahu apa yang wanita itu lakukan sebelum beranjak pergi dari tempat nya.

***

Gadis itu masih menatap layar ponsel nya yang hanya menampakkan deret pesan yang Alga kirimkan.

Bukan satu pesan ini yang sedang ia perhatikan.

Ananta'S

Emang nya nggak mau

jadi lebih dari sekedar

teman?

18.53

Melainkan yang ini.

Iya

Love you

18.59

Read

Too

19.00

Hanya satu kata itu tanpa embel-embelan kata love. Memang benar, laki-laki aneh.

Jemari nya kembali bergerilya mengetuk-ngetukkan layar ponsel nya.

Kamu bener

Aku kangen

Pap dong

19.15

Read

Alga tidak langsung membalas pesan nya. Namun lima menit kemudian .... ting!

Peanapple apple pen?

19.20

Foto wajah kamu

Bukan itu

19.20

Read

Oh

Sebentar

19.21

Selang sepuluh menit kemudian. Eiryl harus mengernyit.

Nanta's mengirim foto

19.31

Apa iya wajah Alga seperti ini?

Kenapa terlihat lebih tua dari asli nya?

Kok muka kamu

beda banget sama

asli nya

19.32

Read

Maaf

Itu mas ku

19.40

Eiryl membulatkan kedua bola mata nya. Biar ia tebak. Pasti Alga menjadi korban kejahilan kakak nya. Dan biar ia tebak lagi, pasti keributan sedang terjadi antara sang kakak dan Alga. Ia terkekeh geli. Namun jauh di dalam hati nya, ia merasa iri.

Seorang kakak? pikir nya jauh. Ah, kenapa tiba-tiba ia menginginkan hadir nya seorang kakak? Padahal ia tahu sendiri bahwa ia tercipta menjadi seorang putri tunggal dari kedua orang tua nya.

Menghela berat lantas memilih untuk tidur. Tapi sebelum itu, ruang khayal nya mendadak mampir pada sosok Alga yang membalas ciuman nya. Ia tidak menyangka, ciuman itu akan begitu lembut saat saling tertaut.

Malu, Eiryl berani bertaruh dan yakin wajah nya kini berubah seperti udang rebus. Memerah karena tersipu malu dengan peristiwa manis tadi.

"Ya Tuhan," desah nya menengadah menatap langit-langit kamar nya. "Apa jatuh hati sejahat ini?"

***

Jujur saja. Alga paling tidak mengharapkan kedatangan Haris untuk ke rumah sakit. Tapi mau tidak mau, ia harus menerima kehadiran nya karena ibu yang menyuruh sosok menyebalkan itu untuk datang menjenguk nya.

Sekarang, ia sedang tidak ingin berbicara apa pun pada kakak tertua nya dan lebih memilih untuk menenggelamkan tubuh nya di balik selimut tebal.

"Wes lah. Ojo misuh-misuh koyok ngono," bujuk Haris agar adik nya mau berbaikan.

*"Sudah lah jangan marah-marah seperti itu"*

Alga masih diam. Enggan menyahut nya.

"Ga," panggil Haris menarik kaki Alga.

"Udah lah. Mending mas pulang aja, sana!" seru Alga akhir nya. Ia tidak tahan untuk segera mengusir Haris dari tempat nya.

"Lho! Mas kesini buat jagain kamu. Malah di usir. Dasar ndak tahu terima kasih," balas Haris.

"Aku ndak peduli, mas," Alga terlihat tak acuh.

"Kalo gitu mas bilangin ke bapak kalau kamu udah punya pacar." Rasa nya baru kemarin ia membonceng Alga berkeliling dengan sepeda nya. Tapi lihat lah! Anak itu sudah beranjak dewasa.

"Ya bilang aja," tantang Alga.

"Bener?"

Alga memilih diam.

"Mas pulang, nih. Abis itu bilang ke bapak," ancam Haris.

Alga sontak membalikkan tubuh nya. Bukan karena ancaman receh itu.Melainkan karena satu hal ini.

"Emang bapak udah pulang, mas?" tanya nya pada Haris.

Laki-laki yang sudah berumur seperempat abad itu berdecak. "Anak bapak emang beda, ya?"

Alga berdecih. "Maksudnya opo tho, mas?"

"Sadar ndak? Kamu itu cuma anak satu-satunya yang kalo apa-apa selalu bapak turutin."

Alga benci ini. "Ya terus, mas mau iri, gitu?"

Haris terdiam. "Buat apa, tho, kalo iri?" ujar nya kemudian.

"Seharusnya aku yang iri sama mas," lirih Alga bangkit dari posisi baring nya.

Pandangan Haris segera teralihkan pada sosok Alga yang sayu.

"Bisa main sesuka hati. Naik gunung, ke pantai, touring sama temen-temen. Nah, aku. Setiap hari kayak gini. Napas pun pakek oksigen pinjaman."

Haris beranjak melihat raut adik nya yang berubah sayu. Seolah menunjukkan bahwa diri nya lelah.

"Ngomong opo, tho?" tanya nya mengguncangkan bahu Alga.

"Lah, bener kan?"

"Ya, ndak gitu juga, Alga."

Sudahlah. Karena kedatangan Haris waktu istirahat nya jadi terganggu. Ia tidak lagi memedulikan kakak tertua nya dan lebih memilih untuk segera tidur. Ia kembali menenggelamkan tubuh nya di balik selimut.

Namun, tidak lama setelah itu Alga merasakan Haris naik ke atas bangsal dan membaringkan tubuh nya di samping sana adik yang memang sedang membelakanginya.

Lalu tangan besar merangkul tubuh Alga. Merengkuh nya dengan hangat. Alga hanya diam sampai diri nya dapat mendengarkan kata-kata Haris yang pelan.

"Maafin mas, ya. Seharusnya mas nggak bilang gitu sama kamu."

"Asal kamu tahu. Kamu itu adik paling mas sayangi. Lebih dari siapa pun."

Haris berhasil membuat luapan emosi Alga yang sempat menggebu jadi mereda.

Alga merasa napas kakak tertua nya mengembus hangat di puncak kepala nya. Lantas, kecupan kecil Haris mendarat disuguhkan pada adik nya. Tidak hanya itu, Harismeremas tangan Alga yang hampir menyamai dengan seukurannya.

"Nggak kerasa. Tangan mu udah segede ini."

"Mas pikir aku kucing?" Alga mendengus. Haris, sosok paling bisa menjadi orang yang sangat menyebalkan untuk nya, juga bisa menjadi seorang kakak yang hangat seperti saat ini.

Haris terkekeh geli. "Mas ndak mau kalah sampai kehilangan mu," bisik nya kemudian.

Hening.

Haris kembali berbicara. "Mau denger cerita mas, ndak?"

"Cerita opo?"

"Asal-usul nama mu." Haris tertawa kecil saat harus teringat dengan masa itu.

Namun Alga memilih untuk diam. Sampai Haris mulai bercerita.

"Dulu, pas ibu ngandung kamu lalu tes USG saat usia kandungan ibu mulai kelima bulan. Bu bidan bilang kalo kamu itu perempuan. Saat itu bapak mulai nyiapin nama yang pas buat kamu. Aisyah Destriana, menurut bapak itu nama yang pas. Nama dari filosofi Jawa untuk bayi perempuan."

"Tapi empat bulan kemudian kami lahir dan bapak kaget karena yang lahir itu laki-laki. Dan kebetulan Kakek bilang, lebih baik di beri nama Alga Sadewa. Karena kakek pun berharap, supaya kamu kuat seperti pada dewa."

Haris terkekeh kecil. Perhatiannya kembali tertuju pada Alga yang sekarang begitu hening.

"Ga," panggil nya memastikan.

Tapi Alga sudah terlelap.