Usai Dreena pergi ke kamarnya, mereka pun bergegas menghabiskan santapan makan malamnya. Lalu Sekar memanggil bi Aida untuk merapikan meja makan. Mereka pun meninggalkan meja makan dan melenggang pergi.
"Apa kita harus beritahu Dreena sekarang, Pa?" tanya Sekar yang terlihat ragu.
Mereka kini sudah berada di dalam kamar. Kembali membicarakan mengenai penyakit yang diderita anaknya itu. Tidak hanya Sekar, suaminya juga bingung dan tidak dapat mengambil keputusan.
"Papa hanya khawatir jika dia tidak bisa menerima penyakit yang dideritanya. Lebih baik tunggu keadaan Dreena setidaknya jauh lebih baik dari hari ini." Andres meyakinkan Sekar untuk memberi waktu kepada putri mereka.
Sekar menghela napas pendek. "Tapi, Pa ... Mama tidak mau melihat Dreena murung seperti itu. Sepertinya dia menyadari jika kita menyembunyikan sesuatu darinya," sanggah Sekar.
"Ya sudah, besok kita beritahu dia." Andres tersenyum hangat kepada Sekar dan mendekap istrinya yang tampak sedih.
"Ya sudah, lebih baik kita istirahat saja. Dreena juga pasti sudah beristirahat. Kita pikirkan lagi besok, Papa juga sudah sangat lelah hari ini," ucap Andres yang masih memeluk istrinya dengan erat.
Mereka pun memilih untuk mengakhiri hari ini, hari yang melelahkan bagi keluarga mereka. Liburan indah yang dinantikan Dreena pun sirna. Seharusnya saat ini mereka dalam perjalanan atau mungkin sudah sampai di tempat tujuan. Namun, semua takdir hanya Tuhan yang mengetahui segalanya.
***
Dreena hanya dapat merebahkan tubuhnya yang tampak lemah. Meski darah sudah tidak lagi mengalir dari rongga hidung ataupun telinganya. Rasa mual dan sakit kepalanya sudah hilang. Mungkin karena dokter telah memberikannya obat ketika tadi Dreena sempat berada di rumah sakit.
Walaupun kantuk mulai menyerangnya, tapi ia sulit untuk benar-benar tertidur. Segala macam pikiran melayang mengisi benaknya saat ini. Ia masih bertanya-tanya apa yang terjadi terhadapnya. Ia hanya takut penyakit mematikan akan menyerangnya.
"Aku harus tahu apa yang terjadi sebenarnya sama diriku," batin Dreena yang terbaring lemah.
Berapa menit kemudian ia pun akhirnya benar-benar terlelap. Dreena pun lelah memikirkan banyak hal. Tubuhnya kini tampak kurus dan pucat. Padahal seharusnya hari ini ia sedang dalam perjalanan berlibur. Bukan terbaring lemah di ranjang tidurnya ini.
Liburan yang sudah ia inginkan sejak lama harus gagal karena penyakit yang mendadak menyerangnya. Itulah mengapa yang membuat Dreena menyesali hari ini. Terutama penyakit itu. Seandainya tadi pagi kondisi kesehatannya baik-baik saja. Namun, nyatanya tidak demikian.
***
Malam kini telah berganti pagi hari nan cerah dan bias sinar mentari menghangatkan hari ini. Dreena pasti tertidur di ranjangnya. Tanpa diundang sinar mentari itu menerobos masuk melalu lubang ventilasi yang terdapat di kamar tidurnya. Meski jendela kamarnya tertutup rapat, tidak bisa dipungkiri jika masih ada lubang ventilasi di dalamnya.
Sinarnya tepat menerpa wajah Dreena yang sedang tertidur pulas. "Auww ... apa ini?" pekiknya langsung bangkit menghindari sinar sang surya itu.
Seketika rasa kantuknya hilang berubah menjadi rasa nyeri yang menjalar di wajah cantiknya itu. Ia memegangi kedua pipinya. Rasa nyeri terasa ketika jemarinya menyentuh pipi lembutnya. Lalu berjalan ke cermin riasnya. Ia tengok bayangan wajahnya di cermin besar itu.
"Astaga ... kenapa mukaku jadi merah begini?" Dreena menyentuh kembali kulit wajahnya. "Auww, perih," cicitnya meringis menahan rasa nyeri di kedua pipinya.
"Aduhh, gimana ini? Kok pipiku jadi tiba-tiba memerah dan nyeri gini si?" Dreena mencari sesuatu agar pipinya tidak merasa panas dan sakit lagi. "Nah, coba aku pakai bedak baby saja siapa tahu bisa meredakan rasa nyeri dan panasnya." Ia pun segera menaburkan bedak tabur itu di kedua pipinya. Wajahnya kini menjadi putih seperti hantu di pagi hari yang kesiangan.
"Ehm ... jadi seram begini mukaku," keluhnya merengut di depan cermin. Ia berpikir lebih baik tidak usah keluar kamar. Karena ia merasa malu jika harus keluar dengan wajah bertabur bedak baby seperti hantu.
"Tapi, masa si karena sinar matahari wajahku jadi memerah begini?" Dreena pun mendekatkan jemari tangannya ke sinar mentari yang menerobos masuk itu. "Auww, kok perih si? Rasanya panas dan sakit banget. Kenapa kulitku jadi sensitif begini?" Dreena mulai cemas dengan keadaan dirinya.
***
Sekar dan suaminya sudah bangun dari tidur malam mereka. Hari ini mereka sepakat untuk memberitahu semuanya kepada Dreena. Sebab bagaimanapun Dreena harus tahu tentang penyakitnya itu.
"Ayo, Pa kita sarapan dulu. Sekalian Mama panggil Dree buat ikut sarapan bareng kita." Sekar melangkah keluar kamar tanpa menunggu respon dari suaminya.
Ia mengetuk kamar putrinya perlahan. "Dree Sayang, kamu sudah bangun? Yuk, kita sarapan bareng!" panggilnya.
"Aduh, gimana ini? Aku malu kalau keluar kamar dengan wajah seperti ini," batin Dreena.
"I-iyaa, Ma. Suruh bi Aida antar sarapanku saja ke kamar. Aku malas keluar kamar hari ini," sahutnya.
"Ehm, ya sudahlah nanti Mama suruh bi Aida membawakan sarapan untukmu. Jangan lupa minum obat yang dokter berikan kemarin padamu!" Usai mengatakan itu, Sekar menjauhi kamar putrinya.
"Apa dia masih menaruh curiga terhadap aku dan Andres ya?" pikir Sekar berjalan ke meja makan. Sedang suaminya sudah pergi lebih dulu saat ia memanggil anaknya.
"Kok Dreena tidak bareng denganmu, Ma," sapa Andres ketika melihat istrinya memasuki ruang makan.
"Iya, dia bilang malas keluar kamar." Sekar menarik kursinya.
"Oh ya, Bi tolong antarkan sarapan ke kamar Dreena ya!"
"Baik, Nya."
Setelah bi Aida pergi dari ruang makan untuk mengantar sarapan pagi untuk Dreena. Mereka pun kembali membahas mengenai penyakit anaknya itu.
"Kita harus segera memberitahunya setelah sarapan, Mama tidak mau kalau Dree semakin menaruh curiga terhadap kita orang tuanya sendiri," tutur Sekar memecah keheningan.
"Ya, kamu benar, Sayang. Dia memang harus tahu sejak awal."
***
Hai, Readers!
Mohon maaf, aku baru update kembali.
Apakah kalian mengikuti kisah Dreena?
Apa kalian tertarik & menyukai ceritaku? Jika iya, tinggalkan jejak vote & review terbaik kalian ya!
Terima kasih & selamat membaca.
Follow IG: @yenifri29 & @yukishiota29