Baik Andres maupun Sekar tampak bingung dengan nama penyakit tersebut. Bagi mereka nama penyakit itu sangatlah asing di telinga mereka. Seakan mereka tidak percaya dengan diagnosis sang dokter dan tim medis lainnya.
"Maaf, Dok kami baru mendengar nama penyakit tersebut. Itu sangat asing bagi kami," tambah Sekar menunjukkan wajah penuh selidik.
Sang dokter menghela napas sebelum akhirnya menjelaskan secara detail mengenai penyakit yang terbilang langka di Indonesia.
"Baiklah, saya akan menjelaskannya. Porfiria alias Xeroderma Pigmentosum (XP) disebut dengan Vampire Disease Syndrome atau penyakit vampir. Di mana pasien yang menderitanya akan berperilaku sangat mirip dengan makhluk sejenis vampir tersebut. Penyakit ini dikatakan langka sebab faktanya hanya 1 dari 1 juta orang di dunia ini mengalami kondisi tersebut." Dokter itu memaparkan secara detail mengenai penyakit yang saat ini diderita oleh Dreena.
"Apa? Penyakit vampir?" pekik Andres tidak percaya.
"Apa maksudnya, Dok? Anak kami 'kan manusia masa bisa jadi berperilaku layaknya monster vampir mengerikan itu?" cecar Sekar yang juga tidak terima dengan hasil diagnosis sang dokter yang menurut mereka sangatlah tidak rasional.
Kembali sang dokter menarik napasnya dalam-dalam lalu menghelanya perlahan. Ia pun kembali menjelaskan. "Iya, Pak, Bu memang di dalam ilmu kedokteran atau medis terdapat beberapa penyakit langka salah satunya adalah Vampire Disease atau Porfiria. Penyakit ini merupakan sekelompok gejala yang timbul saat proses pembentukan heme tidak berjalan sempurna. Heme merupakan bagian penting dari hemoglobin, yaitu pengantar oksigen dan pengikat zat besi dalam darah." Sang dokter menarik napas kembali lalu membuangnya perlahan sebelum menjelaskan lebih lanjut.
"Pada kondisi normal, pembentukan heme membutuhkan serangkaian proses kimia yang melibatkan banyak jenis enzim. Jika salah satu enzim yang dibutuhkan kurang, proses ini akan terganggu. Akibatnya, terjadilah ketidakseimbangan enzim pembentuk darah akibat penumpukan senyawa kimia yang disebut porfirin. penumpukan porfirin ini akan menimbulkan gejala dan disebut porfiria ini. Gejala tiap pasien berbeda-beda bahkan ada yang tidak menimbulkan gejala apa pun," terang pria berjas putih itu memaparkan dengan sabar dan selalu melempar senyum hangat kepada Sekar dan Andres.
"Kalau begitu apa penyebabnya, Dok?" tanya Sekar dengan gestur tubuh menunjukkan keresahan.
"Penyakit itu bisa disebabkan oleh keadaan di mana pembentukan heme tidak sempurna, bisa karena faktor genetik atau disebabkan karena traumatic, stres dan akibat minuman beralkohol. Namun, baru anak Ibu dan Bapak yang mengalami gejala yang sedikit berbeda. Meski ada berapa gejala yang mirip, seperti pusing, mual, dan warna kulit yang memucat hanya saja tidak ada ruam atau bintik kemerahan di sekitar kulit." Dokter itu memaparkan dengan begitu sabar sampai membuat Sekar dan Andres pun menjadi yakin dan memercayainya.
Sejenak mereka berdua berpikir dan menelaah setiap penjelasan yang telah dokter itu terangkan. Hanya satu yang membuat mereka tidak percaya adalah kenapa penyakit langka itu dapat menyerang putri semata wayang mereka?
"Tapi apakah anak kami dapat sembuh, Dok?" Andres dengan bimbang menanyakan hal itu.
"Karena di Indonesia kasus seperti ini sangat jarang, maka kami tim medis tidak dapat mengatakan apakah bisa atau tidak. Tapi kami akan berusaha semampu kami. Nanti tim medis akan memberikan pengobatan atau terapi dalam bentuk obat. Hanya saja, pasien yang menderita Vampire Disease sangat sensitif dengan sinar ultraviolet. Itu dapat membuat kulitnya mudah terbakar layaknya vampir."
Sekar dan Andres pun memohon agar paramedis mau terus berusaha menyembuhkan Dreena bagaimanapun kondisinya. Mereka bahkan berkata tidak usah khawatir dengan masalah biaya dan lain sebagainya. Bila perlu, mereka juga siap jika dari rumah sakit ini mendapatkan rujukan untuk berobat ke luar negeri.
Sekali lagi pria berjas putih itu hanya berkata akan berusaha melakukan yang terbaik demi kesembuhan semua pasien yang ia dan semua tim medis tangani.
Seusai mendengar semua diagnosis pemaparan sang dokter, Sekar dan Andres pun keluar ruangan. Dokter sudah memberi mereka izin untuk menengok kondisi keadaan Dreena.
***
Di lain tempat, masih di kawasan bilangan Jakarta, seorang remaja laki-laki berusia sekitar 16 tahun sedang asyik menonton film kesukaannya. Ia berada di dalam kamar pribadinya yang cukup luas. Ia adalah remaja laki-laki bernama Jarrel Shankara Ganendra anak dari seorang milyarder kenamaan di Indonesia.
Jarrel selain hobi menonton film, ia juga sangat suka membaca buku dan yang membuatnya tambah keren dan digandrungi para kaum hawa karena ia adalah kapten tim basket di sekolahnya sejak SD sampai SMP. Bisa dikatakan Jarrel satu angkatan dengan Dreena. Mereka memang beda sekolah, tetapi mereka lulus sekolah di tahun ini.
"Aduh, pantas saja tuh cowok disukai banyak gadis-gadis ternyata ketahuan rahasianya dah. Dia itu seorang vampir, by the way kalau gue jadi vampir pasti banyak nih cewek-cewek menghampiri gue," ujarnya berkhayal seraya terkekeh seorang diri.
Satu keanehan Jarrel adalah ia seorang remaja laki-laki yang tergila-gila atau bisa dikatakan terobsesi dengan makhluk yang bernama vampir. Bahkan ia berkhayal jika menjadi seorang vampir atau king dracula. Lihat saja, dekorasi kamarnya saja bernuansa dark hanya ada dua warna perpaduan hitam dan merah.
Jarrel juga selain mengoleksi film vampir, ia juga mengoleksi film-film dari makhluk atau monster mitologi lainnya, seperti werewolf bahkan sejenis zombie. Bisa dikatakan ia memang penggemar horor dan fantasi. Hanya saja ia lebih terobsesi dengan karakter vampir.
Bahkan ia penggemar berat karya novel Bram Stoker dalam bukunya yang berjudul Dracula. Mungkin gara-gara buku karya penulis tersebut yang membuat Jarrel begitu terobsesi dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan dracula atau vampir.
"Ahh, sial endingnya gantung banget. Harus ada season 2 nih." Jarrel mendengkus kecewa dengan ending film yang ia tonton.
Dari luar kamar terdengar suara asisten rumah tangga yang mengetuk pintu kamarnya sekaligus memanggil namanya beberapa kali.
"Den ... Den Jarrel sudah jam segini kok tidak keluar kamar? Dari tadi Bi Mira bangunkan tidak bangun-bangun. Nyonya nyuruh Den Jarrel untuk sarapan pagi. Tapi sekarang nyonya dan tuan sudah jalan bekerja," ucap asisten rumah tangga itu dari luar pintu kamar Jarrel.
"Iishh, ganggu saja," batinnya menggerutu.
Dengan terpaksa ia pun menjawab dengan sedikit nada kesal. "Kalau mereka sibuk tidak perlu berpura-pura peduli kepada anaknya," teriak Jarrel penuh emosi.
Mengapa Jarrel begitu kesal dengan kedua orang tuanya?
***