"Eh, kok wajah anak mama ditekuk gini sih? Memangnya di sekolah tadi ada masalah, Nak?" tanya Tika seraya menatap Tiara.
"Gak ada kok, Ma. Di sekolah tadi semuanya bisa berjalan dengan lancar kok. Namun, ada yang ngeselin banget, Ma!" jawab Tiara masih dengan wajah yang ditekuk.
"Siapa yang ngeselin atau apa yang membuat Tiara bisa kesal sampai wajahnya ditekuk gitu?" tanya Tika dengan sabar.
"Ih, pokoknya ngeselin banget, Ma!" ucap Tiara lagi seraya mendongakkan kepalanya menatap sang mama. Karena, Tiara masih berada di dalam pelukannya.
"Coba sini cerita dengan mama," tawar Tika tersenyum.
"Eh, itu orangnya datang!" ucap Tiara sewot seraya menatap Alvaro yang baru saja datang.
Alvaro menatap Tiara dengan datar seraya mendekat ke arah Tiara dan Tika. "Lah, itu sih dasar lonya saja yang gak sabaran!"
"Ini ada apa sih dengan anak-anak mama?" tanya Tika dengan sabar seraya menatap Tiara dan Alvaro bergantian.
"Kak Alvaro itu ngeselin banget, Ma. Gini ya, Ma kan kak Alvaro bilang dengan Tiara kalau harus cepat-cepat gitu sewaktu pulang sekolah karena kak Alvaro tuh gak mau nungguin Tiara lama-lama dan meminta Tiara untuk nunggu di depan gerbang sekolah dekat post satpam agar mudah gitu nyari Tiara. Eh, malah kak Alvaro sendiri yang lama!" Tiara mulai menceritakan kekesalannya.
"Kaki Tiara ini sudah pegel banget, Ma harus berdiri seharian demi menonton pentas seni. Kalau saja itu acara gak sesuai jadwal pasti Tiara lebih memilih duduk di kelas deh!" lanjut Tiara dengan sebal.
Tika dengan seksama mendengar cerita anaknya itu kemudian tersenyum menatap Tiara. "Jadi, gara-gara kak Alvaro nih wajah kamu ditekuk kayak gini?"
"Oiya, kaki anak mama pegal ya? Nanti setelah makan mama pijitin deh," lanjut Tika seraya memeluk kembali anak bungsungnya itu.
Tiara mendongakkan kembali kepalanya dan menatap sang mama. "Mama kok gak marahin kak Alvaro sih?!"
Alvaro yang sedari tadi diam saja mendengarkan keluh kesah adiknya kini menautkan kedua alisnya. "Lah, gue juga gak salah. Jadi, untuk apa gue dimarahin mama!"
"Gak salah dari mana? Jelas-jelas kak Alvaro tuh salah banget!" cibir Tiara seraya memajukan bibirnya beberapa cm.
"Nah, sekarang mama mau tanya kok kamu bisa lama, Nak?" tanya Tika seraya menatap Alvaro.
"Tadi itu Alvaro ada urusan osis sebentar, Ma. Kan hari ini penutupan jadwal ospek murid baru gitu. Nah, tadi ditutup dengan pentas seni. Jadi, Alvaro harus memastikan kalau semuanya bisa berjalan dengan lancar," jelas Alvaro tersenyum.
"Itu sih alasan kak Alvaro saja!" celetuk Tiara masih sebal dengan tingkah kakaknya itu.
"Huh! Kayaknya mulai sekarang lo harus belajar yang namanya sabar deh," balas Alvaro seraya menatap Tiara dengan datar.
"Mama, lihat tuh kak Alvaro nambah ngeselin kan?!" adu Tiara dengan manja.
"Sudah-sudah, kalian jangan berantem lagi deh. Sekarang kalian berdua ganti seragam sekolah itu dan bersih-bersih dulu. Setelahnya, langsung ke sini lagi untuk makan bersama. Mama tunggu kalian berdua di sini!" perintah Tika dengan lembut.
Alvaro tersenyum. "Iya, Ma. Alvaro juga sudah lapar banget nih. Oiya, Ma tadi ada yang bahagia banget karena bisa berdua dengan idola sekolah!" ledek Alvaro menatap Tiara dengan senyuman jahil. Kemudian, langsung meninggalkan dapur tanpa pamit.
"Kak Alvaro apaan sih! Jangan ngomong yang gak-gak deh!" teriak Tiara sebal.
Tika menaikkan salah satu alisnya tetapi ia memilih untuk tidak membahasnya sekarang. "Tiara masuk kamar!" lanjut Tika seraya menatap Tiara.
"Iya, Ma," jawab Tiara dengan sopan. Kemudian, ia melangkahkan kakinya dengan malas karena merasa Alvaro masih menjadi pemenangnya.
***
Setelah pulang sekolah, Tamara tidak pulang ke rumahnya melainkan menuju ke tempat ibundanya untuk mencari uang demi kehidupan mereka. Tamara memang hanya tinggal berdua dengan ibunya saja saat ini mengakibatkan Dian, sang ibunda harus selalu memutar otak dan banting tulang. Hanya dengan membuka warung nasi Dian harus mencukupi semuanya.
"Bu, Tamara baru pulang nih!" seru Tamara menghampiri Dian yang sibuk dengan lauk-pauk yang tinggal sedikit. Karena, hari sudah sore dan sebentar lagi juga warung nasi milik ibundanya Tamara ini akan segera tutup.
Dian menoleh ke arah anaknya. "Wah, gimana tadi di sekolahnya, Tam?"
"Lancar saja sih, Bu," jawab Tamara dengan sopan seraya mencium punggung tangan sang ibunda.
Dian tersenyum. "Alhamdulillah kalau gitu, Nak. Kamu istirahat saja, Tam!" perintah Dian dengan lembut.
"Tamara mau makan dulu saja, Bu. Setelahnya baru deh Tamara bantu ibu beberes warung nasi ini," ucap Tamara seraya tersenyum.
"Gak perlu, Nak. Setelah makan kamu istirahat saja dulu pasti kamu capek baru pulang sampai sore ini," jawab Dian yang masih sibuk memindahkan lauk-pauk yang tinggal sedikit.
Tamara mendekat ke arah sang ibunda mengambil nasi serta lauk pauk. "Yaudah, kalau gitu, Bu. Tamara makan dulu ya!"
Dian tersenyum melihat anaknya yang kini sudah tumbuh menjadi remaja yang baik hati dan rajin. Setidaknya usaha dirinya untuk membesarkan anaknya sendiri kini sedikit demi sedikit sudah membuahkan hasil.
***
Tiara melihat menu makanan yang ada di meja makan dengan mata berbinar. Semuanya terasa enak di lidah karena memang hampir semua yang ada di meja makan kesukaan Tiara. "Wah, masakan mama enak semua!" seru Tiara tersenyum.
"Makan mulu! Gemuk juga gak!" cibir Alvaro datar.
Tiara menatap sang kakak dengan sinis. "Ih, apaan sih, Kak. Terserah gue dong mau makan atau gak!" jawab Tiara tidak mau kalah.
Alvaro tidak mengubris jawaban sang adik. Ia malah tersenyum seraya menatap sang mama. "Mama tahu gak tadi ada yang bahagia banget karena bisa berdua dengan idola sekolah!" ucap Alvaro seraya melirik Tiara sekilas.
"Ih apaan sih, Kak. Gue juga biasa saja tuh!" seru Tiara dengan wajah yang sedikit memerah.
Tika tersenyum seraya menatap kedua anaknya secara bergantian. "Nah, maksud yang kamu bilang ini apa, Nak? Kayaknya dari tadi kamu bahas deh!"
"Gini, Ma tadi Tiara diajak nyanyi duet gitu oleh vokalis band terkenal di sekolah. Namanya, Star Band dan nama vokalisnya itu Marvin, anak kelas 11 IPA 1 sang idola sekolah," jelas Alvaro seraya melirik Tiara sekilas.
"Nah, itu lihat saja wajah Tiara langsung merah gitu, Ma. Bearti lo bahagia banget kan? Hahaha …," lanjut Alvaro jahil seraya tertawa.
"Ih, apaan sih, Kak. Lihat nih wajah gue memasang wajah yang biasa saja!" jawab Tiara tidak mau kalah. Padahal wajahnya sudah sangat memerah seperti udang rebus.
Tika tertawa seraya menatap Tiara. "Jadi, tadi rasanya gimana, Sayang bisa duet dengan idola sekolah?"
"Mama! Jangan mulai deh!" teriak Tiara sebal.
Alvaro dan Tika saling menatap seraya tertawa. Alvaro memang senang sekali menjahili adik bungsu perempuan dan satu-satunya ini. Sedangkan, Tika ia tersenyum bahagia melihat canda tawa anak-anaknya.
"Yaudah, sekarang ayo makan! Sudah bercandaannya," perintah Tika seraya menatap kedua anaknya.
Tiara sudah tidak peduli lagi dengan Alvaro, sekarang yang paling penting baginya adalah bisa menikmati semua makanan sampai kenyang dan puas. Sementara, Alvaro menatap adiknya seraya tersenyum sendiri, tingkah laku Tiara memang sering kali membuatnya gemas sendiri.
***
Semua anggota Star Band sekarang sedang ada di basecamp tempat mereka latihan. Mereka sedang beristirahat di sana dari acara pentas seni tadi. Memang basecamp ini sudah seperti rumah kedua mereka, semuanya bisa mereka lakukan di sini termasuk salah satunya menginap di ruangan ini. Hari sudah menunjukkan pukul 17.30 Wib tetapi sepertinya mereka semua masih betah berada di tempat ini.
"Hallo, Sayang!" sapa seseorang yang baru saja datang ke ruangan ini.
Semua anggota Star Band menoleh dan menatap ke orang tersebut. Ada yang menyambutnya dengan tersenyum tetapi ada juga yang menyambutnya dengan wajah malas.
"Ngapain sih lo ke sini?" tanya Erick sinis.
Next?