Marvin yang menyadari itu semua langsung menghampiri Keisha dengan perasaan cemas. Ia segera memeriksa keadaan Keisha dan berusaha untuk membangunkannya dengan menepuk pipi Keisha secara perlahan.
Yuda yang menyaksikan itu semua pun langsung menghampiri Keisha dan berusaha untuk menolongnya karena sangat khawatir dengan keadaan Keisha.
Marvin mendorong Yuda yang hendak memegang Keisha seraya menatapnya dengan sinis. "Jangan sekali-kali lo berani pegang-pegang kekasih gue!"
Yuda terhempas ke jalanan, sorot matanya menatap tajam ke arah Marvin. Lalu, ia melirik Keisha yang masih tidak berdaya secara sekilas. "Urusan kita belum selesai! Lo bisa merasa menang sekarang tetapi nanti gue pasti yang akan menjadi pemenangnya!" ucap Yuda seraya memegangi kedua pipi dan lengannya yang sudah memar dan membiru. Sementara, Marvin tidak ada bekas luka sama sekali. Setelah itu, Yuda beranjak dari posisinya dan melajukan motor sport miliknya dengan kecepatan tinggi.
Marvin hanya menatap Yuda yang kini tlah menjauh dalam diam. Kemudian, ia fokus dengan Keisha saat ini dengan perasaan yang sangat khawatir. Ia pun mengambil ponselnya berusaha untuk meminta bantuan. Karena, tidak mungkin Keisha di bawa olehnya seorang diri menggunakan motor tetapi baru saja ponsel itu akan dinyalakan tiba-tiba saja langsung redup, ternyata batrenya sudah lowbet.
"Arghh! Lowbat dalam situasi yang tidak tepat!" gerutu Marvin kesal. Ia melihat ke sekitar, jalanan tampak sangat sepi bahkan sepertinya tidak ada orang yang melintas.
"Bakso … bakso …." Terdengar suara seorang pedagang sedang menjajahkan dagangannnya. Marvin segera mencari sumber suara tersebut, setelahnya ia melihat sebuah gerobak bakso yang di dorong oleh seorang bapak yang sudah senja ditemani oleh seorang gadis. Tanpa pikir panjang, ia langsung menghampiri pedagang tersebut.
"Pak, maaf saya boleh minta tolong?" tanya Marvin dengan terburu-buru.
Bapak yang menghentikan gerobaknya karena terkejut pun hanya bisa terdiam, jantungnya tiba-tiba berirama tidak karuan.
"Pak?" ulang Marvin lagi.
Seorang gadis yang di sampingnya pun berusaha untuk memegang lengan bapak tersebut dengan maksud agar bapak itu tersadar dari lamunannya.
"Eh, iya. Maaf, mau minta tolong apa, Nak?" tanya bapak tersebut setelah sadar dari lamunannya.
"Pak, kekasih saya pingsan di sana!" jelas Marvin seraya menunjuk ke arah Keisha yang tergeletak di jalanan. "Apakah bapak bisa membantu saya untuk membawa Keisha sampai ke rumah karena saya membawa motor, Pak?"
Bapak tersebut mengernyitkan keningnya. "Maaf, maksudnya gimana, Nak?"
Marvin menghela napas."Maaf, maksud saya seperti ini, Apakah bapak mengizinkan dia memegangi kekasih saya di atas motor sampai ke rumah?" tanya Marvin seraya menatap seorang gadis yang bersama bapak tersebut. "Karena, sepertinya di sini juga jarang ada orang yang lewat apalagi taksi sedangkan ponsel saya tiba-tiba lowbet dan saya juga tidak hapal satu nomor pun yang ada di kontak saya."
Bapak tersebut akhirnya paham dengan maksud dan tujuan dari Marvin. "Oh, iya, Nak saya paham sekarang. Sebentar saya tanya dulu ya," ucap bapak tersebut seraya menoleh ke gadis di sampingnya dan ternyata disetujui.
"Iya, Nak silakan. Anak saya juga mau menolong kalian," balas bapak tersebut dengan ramah.
"Siap, Pak. Oiya, Pak nama saya Marvin, saya bersekolah di Galaxy School kelas 11 IPA 2 kalau bapak takut terjadi apa-apa dengan dia bisa cari saya di sana," ungkap Marvin seraya menatap gadis yang sekarang sudah berada di sampingnya. Ia tahu pasti akan selalu ada kekhawatiran ketika seorang gadis diajak oleh seorang lelaki asing.
"Siap, Nak. Perkenalkan nama saya Yudi dan dia bernama Syintia, anak pertama saya," jawab Yudi seraya tersenyum. "Sebaiknya kalian segera membawa dia sekarang agar bisa cepat sampai ke rumah!" perintah Yudi seraya menatap Keisha yang masih dalam keadaan sama.
Marvin menatap Keisha yang tidak berdaya, kekhawatirannya kini semakin menjadi-jadi. Ia pun langsung beranjak kemudian mengangkat tubuh Keisha dibantu oleh Yudi dan Shintya. Setelahnya, ia segera melajukan motor dengan kecepatan perlahan karena takut kekasihnya itu terjatuh.
***
Sesampainya di rumah Keisha, Marvin langsung disambut oleh kakak lelakinya Keisha yang baru saja pulang kuliah. Marvin yang bersusah payah menggendong tubuh Keisha tiba-tiba terkejut karena bentakan dari kakak Keisha tersebut.
"Lo apaain adik gue?!" bentak kakak Keisha.
Marvin tersentak begitu pun dengan Shintya. Mereka sama-sama menatap Revan dengan datar.
"Lo apaain adik gue?!" bentak Revan lagi seraya menatap Marvin dengan sinis.
Marvin membalas tatapan Revan dengan tak kalah sinis. Kemudian, ia segera masuk ke dalam rumah tanpa memedulikan Revan sama sekali, Shintya hanya mengikuti saja.
Revan mengepal kedua tangannya, emosinya kini semakin tersulut dan juga khawatir dengan kondisi adik kesayangannya itu. Dengan sorot mata yang tajam ia segera masuk ke dalam rumah.
Marvin baru saja meletakkan Keisha di sofa sesekali mendekatkan minyak angin aroma terapi agar Keisha cepat tersadar dibantu oleh Shintya.
Tanpa aba-aba, Revan menarik pundak Marvin dan segera memukulnya tepat di bagian pipi Marvin.
Kali ini emosi Marvin sudah tersulut juga, ia memegangi pipinya yang kini sudah memar dan membiru."Lo seharusnya cari cara agar Keisha cepat tersadar terlebih dahulu. Baru mainin emosi lo!" bentak Marvin kesal.
Revan beralih menatap Keisha yang belum juga tersadar. Ia segera menghampiri adiknya itu dengan cemas. Kemudian, mengernyitkan keningnya ketika menyadari kehadiran Shintya yang sedang mencoba membangunkan Keisha dengan minyak angin aroma terapi. "Lo siapa?"
"Gue Shintya," jawab Shintya seraya tersenyum.
Setelah mendapatkan jawaban dari Shintya, Revan hanya menatapnya sekilas kemudian langsung melihat keadaan Keisha.
"Uhh! Ngeselin banget sih nih orang!" batin Shintya seraya menatap Revan.
"Lo ngapain ngeliatin gue kayak gitu?" tanya Revan datar dengan tetap fokus dengan Keisha.
Shintya memalingkan wajahnya. "Gak apa-apa biasa saja tuh!"
Revan menatap Shintya dengan datar. Kemudian, merebut minyak angin yang dipegang Shintya dengan paksa tanpa sepatah kata pun. Tiba-tiba Keisha mulai mengerjapkan mata dan menggerakan tangan secara perlahan, ia menatap ke sekitar dengan samar-samar.
Mengetahui Keisha sudah tersadar membuat Marvin sedikit lega. Ia menerobos Shintya dan Revan yang berada di dekat Keisha. "Lo gak apa-apa kan, Sayang?" tanya Marvin seraya mengenggam tangan Keisha dengan erat.
"Gue di mana?" tanya Keisha dengan terbata-bata. Ia memegangi kepalanya yang masih terasa pusing.
"Lo sudah ada di rumah lo, Sayang," jawab Marvin tersenyum.
Keisha memandang ke sekitar lagi, ia terkejut dengan adanya kehadiran Shintya, seorang gadis asing di matanya. "Dia siapa?" tanya Keisha seraya menunjuk dan menatap Shintya dengan samar-samar.
"Dia?!" ucapan Marvin terpotong oleh Revan.
"Menurut lo dia siapa?" tanya Revan seraya menatap Keisha.
Next?