Dua hari sudah berlalu setelah kejadian di mana ia merelakan kehormatannya demi melancarkan rencana besarnya, kini wanita cantik berambut sebahu itu tengah berbahagia. Tentu kalian sudah tahu alasannya bukan? Akan tetapi, Anne masih menunggu hasilnya. Ia berharap, benih dari pria itu akan tumbuh dengan subur di rahimnya.
"Ah aku sudah tidak sabar!" pekik Anne. Ia membayangkan bagaimana jika semua harta kekayaan Mckenzie menjadi miliknya, dan yang pasti dirinya akan memiliki apapun yang ia inginkan.
Pintu apartemen terbuka, menampilkan Naomi yang baru saja pulang dari kampus. Ia mengerutkan kening ketika mendapati Anne yang tengah senyum-senyum tidak jelas di sofa sana. Naomi berjalan mendekat. Matanya tertuju pada benda-benda yang ada di atas meja.
Naomi menepuk jidatnya sendiri seraya berujar. "Dia benar-benar sudah gila, ya Allah," gumam Naomi. Bayangkan saja, di atas meja sana ada berbagai macam makanan, yang di mana ada roti ibu hamil beserta susunya. Dan sahabatnya ini mengkonsumsinya! Apa tidak gila?
"Heh, sejak kapan kau pulang?" tanya Anne yang baru menyadari Naomi sudah berada di sampingnya. Naomi menatapnya datar.
"Setelah mendapatkan apa yang kau inginkan, setelah itu kau akan apa?" tanya Naomi datar.
Anne tersenyum manis. "Aku akan menunggu 'dia' hadir di rahimku, setelah itu aku akan merawatnya dengan baik," jawab Anne. Naomi memutar bola mata malas.
"Lalu, bagaimana kau akan bertahan hidup, sedangkan Uncle Berson tidak lagi memberikanmu uang," gemas Naomi. Ah, ntah bagaimana bisa ia memiliki sahabat macam wanita ini.
Anne terlihat berpikir. "Benar juga," ujarnya. Ia baru mengingat jika tabungannya sudah mulai menipis. Terlebih sekarang ia tidak ingin lagi menerima uang belanja dari ayahnya itu. Bukannya apa-apa, Anne hanya sudah berjanji jika ia akan mendapatkan uang sendiri dengan kerja kerasnya. Padahal belum saja selesai kuliah dan sempat bekerja, Anne sudah menyerah. Dan akhirnya ia memilih untuk memenuhi persyaratan dari pria paruh baya itu.
Naomi terkejut ketika Anne tiba-tiba memekik seraya menjentikkan jarinya ke udara.
"Aku baru mengingat jika aku punya kenalan yang bekerja sebagai HRD di sebuah hotel," ujar Anne. Ia baru mengingatnya. Ah, mungkin ia bisa meminta bantuan kepada kenalannya itu.
Naomi menatap Anne datar. "Kau ingin bekerja? Di hotel?" tanya Naomi. Anne mengangguk cepat.
Naomi mengusap wajah frustasi. Tidak bisa lagi berkata-kata kepada sahabatnya ini. Naomi juga sudah tahu apa yang telah dilakukan oleh Anne dan Othniel saat di club. Ingin menceramahi pun, Naomi tidak sanggup. Dan yang bisa Naomi lakukan sekarang ini hanya berdoa yang terbaik untuk sahabat satu-satunya ini.
"Padahal tinggal nikah saja, apa susahnya?" gumam Naomi. Bangkit dari duduknya berjalan menuju kamar.
Anne mengangkat bahu acuh ketika melihat Naomi pergi begitu saja.
Anne terkekeh garing. Tangannya mengelus-elus perut ratanya.
"Cepatlah tumbuh sayangku, aku sudah tidak sabar menunggu kehadiranmu." bohong! Lebih tepatnya Anne sudah tidak sabar untuk mendapatkan harta kekayaan keluarganya.
Anne tiba-tiba terdiam. Bayangan di mana ia melakukan seks pertamanya dengan Othniel kembali melintas di pikirannya. Bagaimana Othniel menciumnya, mencecap seraya menjamah hampir seluruh tubuhnya, bahkan pria itu seolah memuja dirinya. Lalu bayangan di mana milik Othniel yang menerobos masuk ke dalam intinya, dan sontak saja membuat Anne memekik karena sakit pada intinya.
Sungguh, hari itu Anne benar-benar mendapatkan kepuasannya. Ternyata Othniel benar-benar memberikan pengalaman seks pertama yang tidak akan pernah bisa Anne lupakan.
"Arghh! Bagaimana bisa Othniel setampan dan seperkasa itu!" pekik Anne. Demi Tuhan, ketika pria itu berada di atasnya, ia terlihat sangat perkasa sehingga membuat inti Anne basah seketika.
Anne mengusap kasar wajahnya. Ia mencoba menghilangkan bayangan malam itu di kepalanya.
"Andai saja dia tidak angkuh dan dingin, mungkin aku bisa saja menerimanya sebagai Daddy dari anakku ini," kekeh Anne, lagi-lagi mengelus perut ratanya. Sungguh, Anne sudah tidak waras.
Sebelumnya Anne kira ia akan mendapatkan benih dari Ethan, dan menjadikan Ethan orang pertama yang memasukinya. Ternyata Anne salah. Rupanya Othniel yang mendapatkannya. Tapi tidak apa, yang jelas Anne sudah mendapatkan yang ia inginkan. Anne berdoa semoga ia tidak akan bertemu lagi dengan Othniel. Kalau perlu Anne berdoa semoga pria itu kehilangan ingatannya, sehingga tidak mengingat apa yang terjadi pada keduanya di malam itu.
Anne bangkit dari duduknya, hendak melangkah memasuki kamar. Akan tetapi baru saja selangkah ia berjalan, ia meringis ketika kerasakan intinya yang teramat perih. Bahkan berjalan pun sangat susah. Astaga demi apa, Anne tidak pernah membayangkan jika pengalaman seks pertama untuk seorang perawan akan sesakit ini. Terlebih ...
"Othniel sangat ganas pada malam itu."
*****
Seorang pria tampan dengan stelan jas lengkap itu duduk di kursi tepat di ruang kerjanya. Mata tajamnya menatap lekat sebuah kertas yang berisi data-data wanita itu di tangannya. Membacanya dengan teliti. Pria itu mengeram, ia menghempaskan kertas tersebut dengan kasar ke atas meja.
"Sial!" umpat Othniel. Ya, pria itu adalah Othniel.
"Roseanne Scarletta Mckenzie," gumam Othniel. Ya, selain mendapat informasi tentang pria itu dari orang suruhannya, Othniel masih mengingat wajah wanita itu. Wanita yang merupakan anak dari rekan bisnisnya. Berson Millano Mckenzie. Jelas saja, Othniel masih mengingat di mana ia pernah bertemu dengan Anne ketika pertemuan rekan bisnis beberapa minggu yang lalu.
"Apa yang diinginkan wanita sialan itu," lanjutnya lagi. Sejenak ia terdiam, bayangan di mana malam itu kembali berputar di pikirannya. Bayangan di mana ia mencumbu wanita itu dengan lembut, menjamah tubuh seksinya, lalu memasuki intinya sempit, membuat Othniel seketika kehilangan akalnya.
Othniel mengusap wajah kasar. Untuk pertama kalinya ia meniduri seorang wanita yang bisa dibilang sangat berani dengannya, bahkan meninggalkannya begitu saja tanpa menginginkan bayaran darinya. Terlebih ... wanita itu masih perawan dan untuk pertama kalinya juga Othniel menyentuh bibir seorang jalang. Ya, selama hidupnya, ketika Othniel menyewa seorang jalang, Othniel sama sekali tidak pernah sudi untuk menciumnya. Biasanya, jalang itu yang memuaskannya, lalu setelah selesai, Othniel akan meninggalkannya dengan setumpuk uang di samping wanita itu. Akan tetapi kali ini ....
"Shit! Dia pasti merencanakan sesuatu!" gumam Othniel. Ia kembali mengingat ketika berhubungan dengan wanita itu, ia tidak memakai pengaman, dan Othniel mengeluarkan cairannya di dalam. Sial! Padahal selama ini Othniel tidak pernah mengeluarkan cairannya di dalam rahim wanita sewaannya.
Othniel bangkit dari duduknya, berjalan menuju jendela besar yang ada di ruangannya itu. Jendela kaca yang di mana pemandangan di luarnya memperlihatkan bagaimana ramainya jalanan ibu kota.
Bibir pink tebal Othniel menarik senyum tipis. Ah tidak, lebih tepatnya senyum miring.
"Roseanne Scarletta Mckenzie. Apapun rencanamu, itu tidak akan berhasil. Dan kau akan berada dalam masalah besar."
_________________
Gimana menurut kalian part ini? Kira-kira, apa yang bakal dilakukan sama Othniel terhadap Anne?