Chereads / WANITA PEMBURU / Chapter 7 - BAB 07. Bertemu

Chapter 7 - BAB 07. Bertemu

Hari pertama Anne bekerja, bisa dibilang sangat-sangat melelahkan. Terlebih, ini untuk pertama kalinya ia bekerja selama hidupnya. Jelas saja, Anne yang biasanya dilayani dan mendapatkan apa yang ia inginkan dengan mudah, kini harus bekerja dan melayani orang lain. Ah, andai saja dirinya tidak mementingkan ego untuk menerima kembali uang yang diberikan oleh ayahnya itu. Demi apa, Anne menyesal.

"Anne."

Anne yang tadinya tengah membereskan bar menoleh ketika seseorang memanggilnya. Orang itu adalah Ricard, partner kerja Anne yang menjadi temannya beberapa jam yang lalu.

"Ada apa?" tanya Anne, hanya dengan gerakan bibir saja. Jika ia berteriak maka tamu akan merasa terganggu, terlebih posisi Ricard yang lumayan jauh dengannya.

Anne mengerutkan kening ketika pria itu melambaikan tangannya memberi isyarat agar Anne menghampirinya. Anne mengembuskan nafas pelan, demi Tuhan badannya sudah sangat lelah. Anne mengembuskan nafas kasar, keluar dari bar menghampiri pria itu.

"Ada apa?" tanya Anne. Pria bermata hazel itu tersenyum tipis.

"Kau sudah mempelajari bagaimana cara melayani tamu, bukan?" tanya Richard. Anne mengangguk cepat. Hari ini Anne belajar banyak dari para rekan kerjanya.

"Bagus." Richard menarik tangan Anne untuk berdiri di sampingnya.

"Kau lihat pria itu?" tanya Ricard menunjuk seorang pria yang lengkap dengan stelan jasnya, duduk seorang diri di sana.

Mata Anne seketika membelalak. Ia menelan susah salivanya.

"O-Othniel," gumam Anne.

"Benar, dia kerap disapa Tuan Niel," ujar Ricard yang mendengar gumaman Anne.

"I-iya, lalu?" tanya Anne gugup. Ia takut jika ...

"Layanilah dia, tanyakan apa yang dia inginkan. Taking order." sudah Anne duga! Sial! Ini tidak mungkin. Padahal Anne sedang menjauhi pria menyebalkan itu. Tidak mungkin ia menampakkan dirinya di depan Othniel. Anne yakin, jika pria itu tidak melupakan bagaimana rupa wajahnya ini.

"Ta-tapi aku harus berjaga di bar, di sana tidak ada yang berjaga, lagi pula banyak gelas-gelas yang kotor," ujar Anne, mencoba mencari alasan agar ia tidak melayani pria angkuh itu.

"Jangan pikirkan itu, biar aku yang urus. Kau layani saja dia. Dia sangat baik." baik? Yang benar saja! Pria angkuh dan menyebalkan itu hampir saja membuat Anne mati karena darah tinggi. Cih!

"Tapi Ric--"

"Sudah, pergilah. Kau juga sudah tau bukan, apa yang harus kau lakukan."

Mampuslah Anne! Richard bahkan meninggalkannya dengan note serta pulpen di tangannya.

"Bagaimana ini? Tidak mungkin aku menampakkan diriku di depannya," gumam Anne bingung. Mata Anne berbinar melihat rekan kerjanya yang ia sendiri tidak tahu namanya. Ah tidak, lebih tepatnya Anne melupakan namanya.

"Hei," panggil Anne melambaikan tangannya. Wanita itu menghampirinya dengan kening mengerut.

"Ada apa? Apa kau membutuhkan bantuan?" tanya wanita itu.

"Ya! Aku sangat membutuhkan bantuanmu," jawab Anne cepat.

"Jadi, bisa kau gantikan aku untuk melayani Tu-Tuan Niel? Perutku sangat sakit, maka dari itu aku ingin pergi ke toilet," dusta Anne dengan wajah yang dibuat semenyedihkan mungkin. Seperti menahan sesuatu.

"Ah baiklah, pergilah," ujar wanita itu tanpa berpikir panjang. Anne mengembuskan nafas lega. Betapa bersyukurnya Anne sekarang ini.

Anne memberikan note dan pulpen itu kepada wanita tersebut. Aish, Anne lupa menanyakan namanya. Lalu Anne segera pergi dari sana menuju toilet.

Sesampainya di toilet, Anne mengelus-elus dadanya seraya mengembuskan nafas lega. Syukurlah, ia tidak sampai bertemu dengan pria menyebalkan itu. Kalau sampai itu terjadi, mampuslah Anne. Anne yakin, Othniel pasti tidak akan melepaskannya begitu saja. Bisa jadi pria itu kini sedang mencarinya.

"Ck! Bagaimana bisa pria menyebalkan itu ada di sini!" gumam Anne kesal. Ia menatap pantulan wajah cantiknya dari cermin yang ada di depannya.

Anne merapikan penampilannya. Mengembuskan nafas kasar seraya berucap. "Semoga saja dia sudah pergi dari sana," gumam Anne seperti berharap.

Lagi-lagi Anne mengembuskan nafas kasar. Ia bersiap untuk keluar dari sana. Baru saja ia membuka pintu, langkahnya terhenti ketika melihat seseorang berdiri di depannya. Anne mengerutkan kening, pasalnya ia tengah menunduk, dan hanya melihat pantofel mahal pria itu saja.

"Kita bertemu lagi."

Deg

Mata Anne membelalak, ia dengan perlahan menaikkan pandangannya dan ya ... pria itu!

Anne menelan susah salivanya. "Si-siapa kau? Aku tidak merasa pernah bertemu denganmu," ujar Anne. Mencoba untuk berpura-pura tida mengenal pria di depannya ini. Sial! Bagaimana bisa pria ini ada di sini! Padahal Anne sudah menghindarinya sejak di restoran tadi.

Bibir pink pria itu menarik senyum tipis, membentuk senyum miring.

"Mi-minggir!" ujar Anne, hendak melangkah pergi dari sana melewati Othniel. Akan tetapi pria itu bergeser dan menghadang Anne.

"Jadi kau melupakanku, Nona Roseanne."

Lagi-lagi Anne membelalak. "Da-darimana kau tau namaku? Aku tidak mengenalmu!" Anne mencoba kembali menyangkal.

"Secepat itu kau melupakan orang pertama yang memasukimu?"

Mampus! Anne membeku di tempat dengan jantung yang berpacu cepat.

Tidak lama, Anne mencoba untuk mengembalikan kesadarannya.

"Ck! Minggir! Aku harus bekerja. Lagi pula untuk apa kau di sini! Pasti kau mengikutiku kan? Kau ingin berbuat jahat kepadaku kan?!" tuduh Anne.

Othniel yang mendapat tuduhan itupun menatap Anne dingin.

"Harusnya aku yang bertanya kenapa seorang pekerja sepertimu berada di toilet tamu."

Damn! Anne bungkam. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan. Ternyata benar, ini adalah toilet untuk tamu yang karyawan tidak seharusnya menggunakannya. Rupanya Anne melupakan siapa dirinya sekarang ini. Aish, bagaimana jika ia dilihat oleh atasannya? Mampusnya Anne. Tidak, ia tidak boleh kehilangan pekerjaannya ini hanya karena pasal toilet. Tidak, lebih tepatnya karena pria sialan ini!

"A-aku lupa. Minggir!" Anne mendorong kasar dada bidang Othniel, dan hendak pergi dari sana. Akan tetapi baru saja selangkah ia mengayunkan kakinya, Othniel tiba-tiba menarik tangannya hingga Anne reflek memekik.

Anne menelan ludah kasar, jantungnya berpacu dengan sangat cepat.

"M-mau apa kau?!" tanya Anne. Mencoba melepaskan diri dari cengkraman pria ini. Jantung Anne semakin berdetak cepat. Jelas saja, pasalnya Othniel memojokkannya di tembok dan jarak antara keduanya sangatlah dekat!

Anne bahkan dapat mencium aroma parfurm pria ini. Sial! Apa yang harus Anne lakukan?!

"Kenapa kau menghindariku, hem?" tanya Othniel, menatap Anne tajam bak mangsa yang akan diterkamnya.

"Me-menghindarimu? Untuk apa?!" sangkal Anne.

"Lalu kenapa kau tidak melayaniku saat di resto?" tanya Othniel dingin. Anne bungkam. Rupanya pria ini sudah menyadari keberadaannya saat di restoran tadi.

"Memangnya kenapa?! Terserah aku ingin melayanimu atau tidak! Lagi pula waitress di sana ada banyak, tidak hanya aku!"

Othniel menatap Anne dingin. Wanita ini, sungguh sangatlah berani. Baiklah, lihat saja apa yang akan ia lakukan.

Othniel melepas Anne begitu saja, dan pergi dari sana tanpa berkata sepatah katapun. Anne sendiri dibuat terkesiap oleh pria ini.

Anne mengembuskan nafas lega. "Syukurlah, dia sudah pergi. Semoga saja dia tidak menemuiku lagi." Anne mengelus-elus dadanya. Berjalan keluar, menengok kiri dan kanan untuk memastikan jika tidak ada atasan atau rekan kerja yang melihat keberadaannya di toilet ini. Jika saja ada yang melihatnya, maka tamatlah sudah pekerjaannya yang baru berjalan setengah hari ini.

"Semua ini gara-gara pria penyebalkan itu!"