Sebuah mobil sport buggati berwarna merah berhenti tepat di depan gerbang sebuah universitas ternama di kota itu. Seorang wanita dengan rambut yang dikuncir layaknya ekor kuda keluar dari mobil tersebut. Sebelum ia memasuki gerbang itu, ia berbalik badan menatap seseorang yang duduk di kursi kemudi.
"Semangat untuk hari pertamamu bekerja!" seru Naomi, menyemangati sang sahabat. Siapa lagi jika bukan Anne.
Anne menyodorkan kedua jempolnya kepada Naomi. "Kau juga, belajarlah dengan benar, jangan cuma melirik pria tampan!"
Senyum di bibir Naomi yang tadinya mengembang, seketika musnah bergantikan dengan raut datar. Anne yang melihat itu seketika terbahak puas. Ah, bahagia sekali rasanya menggoda sahabatnya ini.
"Ingat kata-kataku. Bye!!" Anne menjalankan mobilnya seraya tertawa, meninggalkan Naomi dengan raut kesalnya.
Hari ini adalah hari pertama Anne masuk bekerja. Ia sangat bersyukur karena mendapatkan pekerjaan hasil campur tangan orang dalam ini. Jelas saja, Anne saja bisa diterima kerja karena bantuan dari temannya yang bekerja sebagai HRD di salah satu hotel berbintang lima di kota itu. Padahal, Anne sama sekali tidak punya skill apa-apa. Bersyukurlah Anne.
Mobil milik Anne berhenti tepat basement hotel tersebut. Ia memasuki lift menuju lantai satu. Terlebih dahulu ia menemui supervisor untuk mengambil seragam kerjanya.
"Selamat pagi," salam Anne, masuk ke dalam ruangan sana.
"Selamat pagi, dengan Roseanne?" tanya wanita berkacamata itu.
"Benar, Bu," jawab Anne. Wanita itu mengangguk sekilas, lalu memberikan seragam yang akan dikenakan Anne untuk bekerja.
Ah ya, Anne bekerja di bagian Food and Beverage sevice departemen. Sebenarnya ia sama sekali tidak memiliki skill sebagai waitress. Akan tetapi, beruntung ia mengetahui prosedur yang sudah ia pelajari sebelumnya. Sekedar informasi saja, Anne ini termasuk wanita yang sangat cerdas. Sudah cantik, seksi, cerdas, pewaris kekayaan Mckenzie pula. Sungguh sangat sempurna!
Sebenarnya Anne sangat malas untuk bekerja. Padahal biasanya ia akan memiliki apa saja yang ia inginkan tanpa bekerja keras. Tapi kali ini tidak lagi. Anne memilih untuk melepas semua kekayaannya. Ah tidak, lebih tepatnya harta dari keluarganya. Dan setelah usianya menginjak 23 tahun, Berson--ayahnya mulai memberikan syarat itu untuknya. Beruntungnya Anne sudah mendapatkannya. Tingga menunggu hasil saja.
"Hai, bukannya kau ... putri tunggal keluarga Mckenzie?" Anne menghentikan langkahnya ketika hendak membuka pintu menuju restoran hotel itu. Setelah mengganti pakaiannya dengan seragam di loker, Ia mengambil jalan melalui kitchen karena suruhan sang supervisor. Berharap Anne mau berkenalan kepada mereka yang bekerja di bagian Kitchen. Agar lebih akrab.
Anne menoleh, mengangguk seraya tersenyum tipis. Jangan salah, marga keluarganya sudah sangat terkenal sebagai keluarga kaya.
"Kau bekerja di sini?" tanya seorang pria yang lengkap dengan seragam ala chef di sana.
"Ya, ini hari pertamaku bekerja," jawab Anne.
"Benarkah? Bukannya keluargamu itu sangat kaya?" celetuk wanita yang tengah memotong kentang itu.
Anne tersenyum tipis sebagai jawaban. Memang benar, keluarganya sangat kaya, ya ... walaupun tidak sekaya si tampan Ethan dan si angkuh Othniel. Akan tetapi, harta kekayaan itu milik ayahnya, bukan milik dirinya. Tapi tidak apa, lagi pula sebentar lagi itu semua akan jadi miliknya. Ya, sebentar lagi. Setelah benih yang ada di dalam rahimnya ini tumbuh.
"Kau tidak apa-apa?" Anne tersentak ketika seorang wanita yang berseragam sama sepertinya memegang pundak Anne. Anne tersadar dari lamunannya, dan segera menurunkan tangan yang ada di perutnya.
"Ti-tidak," jawab Anne.
"Kau Roseanne, bukan?" tanya wanita itu. Anne mengangguk.
"Oh, kenalkan aku Safira, salah satu waitress juga," ujar wanita itu, menyodorkan tangannya. Anne membalas jabatan tangan wanita itu.
"Panggil saja Anne."
Wanita itu terkekeh garing. "Aku tau, karena aku membaca name tag mu. Ayo, aku kenalkan dengan waiter waitress lainnya," ajak wanita itu. Anne mengangguk, lalu keduanya memasuki restoran mewah hotel itu.
****
Seseorang mengetuk pintu ruangan itu, membuat pria dengan stelan jas di dalam ruangan itu mengeram. Ia menutup kasar laptopnya tanpa dimatikan terlebih dahulu.
"Masuk!" ujarnya. Pintu kayu itu terbuka, menampilkan seorang pria yang merupakan karyawannya.
"Ada apa?" tanya Othniel dingin. Ia menatap datar sekretarisnya itu.
"Maaf menggang--"
"To the point!"
Pria bernama Adam itu mengembuskan nafas pelan, lalu mulai memberitahu alasannya menemui atasannya ini.
"Saya mendapat informasi baru tentang wanita itu, Tuan," ungkap Adam. Othniel menoleh cepat.
"Informasi apa?" tanya Othniel.
"Hari ini wanita itu mulai bekerja di Shimshon Hotel di bagian FBS departement, Tuan," ungkap Adam. Ya, selain sekretaris, Adam ini juga merupakan satu-satunya orang kepercayaan Othniel, juga satu-satunya orang yang paling dekat dengan Othniel. Terlebih ... keduanya saling mengenal bukan setahun dua tahun, melainkan sejak kecil. Ya, keluarga Adam bekerja dengan keluarga Shimshon semenjak kedua orang tua Othniel menikah, bahkan sampai meninggal. Jarak usia Othniel dan Adam pun, tidak berbeda jauh, hanya selang beberapa bulan saja. Bisa di bilang ... Othniel dan Adam tidak hanya berhubungan sebagai anak majikan dan anak pekerja, melainkan juga bersahabat baik. Jadi, tidak heran jika Adam menjadi orang kepercayaan Othniel, atau mungkin keluarga Shimshon.
Mendengar informasi yang didapatkan oleh Adam, Othniel menarik senyun tipis pada bibirnya. Lebih tepatnya senyum miring.
"Rupanya dia menjerat dirinya sendiri," gumam Othniel. Tidak perlu bersusah-susah untuk mencari dan mendapatkan wanita itu, nyatanya wania itu menyerahkan dirinya sendiri kepada Othniel. Jelas saja, pasalnya Anne bekerja di hotel yang di mana, itu merupakan bagian dari Shimshon Corp. Ya, selain bergerak di bidang keuangan, properti dan media hiburan, perusahaan yang berada di bawah kekuasaan Othniel juga bergerak di bidang pariwisata dan semacamnya. Jadi, sudah jelas jika hotel tersebut merupakan bagian dari Shimshon Corp, atau Othniel. Dari namanya saja sudah jelas. Ntah bagaimana bisa Anne melupakan Marga pria tampan ini.
"Jadi, apa yang harus saya lakukan pada wanita itu?" tanya Adam. Othniel menoleh seraya tersenyum smirk.
"Tidak perlu. Biar aku saja yang menanganinya," jawab Othniel. Adam terdiam, lalu setelahnya mengangguk kecil.
"Baik Tuan, jika tidak ada yang ingin dibicarakan lagi, saya permisi," pamit Adam, akan tetapi langkahnya terhenti ketika mendapat isyarat untuk tetap diam di tempat semula ia berdiri.
"Apa saja agenda kita selama satu bulan ini?" tanya Othniel.
"Besok kita akan mengadakan meeting kerja sama dengan Greyson Group tepat jam 9 pagi, dan lusa kita akan berangkat ke Jerman dan menetap di sana selama satu minggu--"
"Batalkan semuanya." belum sempat Adam menyelesaikan ucapannya, Othniel memotongnya, dan meminta untuk membatalkan semua agenda perjalanan bisnisnya bulan ini.
Adam mengerutkan kening. "Tapi Tuan, proyek ini sangat besar dan bisa memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan kita," ujar Adam. Memang benar, semua agenda yang sudah diaturnya itu, tentu bukan kerja sama yang akan mudah didapatkan. Pastinya akan memberikan keuntungan yang sangat besar untuk perusahaan mereka.
"Batalkan semua agenda bulan ini. Perihal kerja sama, kita bisa mendapatkan yang memberikan keuntungan lebih besar dari apa yang mereka berikan," ujar Othniel. Ah, Adam rupanya melupakan skill Tuan mudanya ini. Othniel sangat muda merayu, bahkan meyakinkan untuk perusahaan lain untuk bekerja sama dengannya. Tentu saja, itu mampu membuat perusahaan pesaing ketar-ketir dibuatnya. Kendrick Corp. Tentu kalian tahu bukan, itu siapa?
"Baik Tuan," ujar Adam. Tidak ingin lagi menolak keinginan Tuan mudanya ini.
"Tapi, kalo boleh tau, apa alasan Tuan membatalkan semuanya?" tanya Adam penasaran.
Othniel menatap Adam datar, lalu tersenyum smirk.
"Aku ingin mengatasi sendiri wanita bernama Roseanne itu."