Chereads / WANITA PEMBURU / Chapter 3 - BAB 03. Keberuntungan

Chapter 3 - BAB 03. Keberuntungan

Masih di tempat yang sama, Anne duduk di kursi bar di sana, sesekali menoleh ke arah barista yang mengajaknya berbicara. Setelah gagal mendapatkan Ethan, Anne rasanya ingin pulang saja. Bagaimana tidak, menunggu datangnya Othniel yang tidak pasti, membuat ia lelah menunggu. Terlebih ada banyak pria yang mendatanginya dengan menawarkannya bayaran yang besar. Tampan memang, akan tetapi Anne tidak tertarik.

Anne hanya ingin memberikan keperawanannya untuk Ethan ataupun Othniel, tidak untuk yang lain. Maka dari itu Anne menolaknya. Lagi pula, siapa yang tidak menginginkan tubuh seksinya ini? Anne rasa Ethan dan Othniel tidak akan sanggup untuk menolak.

"Bagaimana bisa, Mery tidak datang? Kalau sampai Tuan muda Niel tau pesanannya tidak ada, kita bisa terkena masalah!"

Anne menoleh ke belakangnya ketika mendengar dua orang wanita yang tengah berbicara. Ah tidak, lebih tepatnya ketika mendengar nama Niel.

"Lalu apa yang akan kita katakan kepada Tuan Muda Niel? Dia pasti akan marah karena tidak mendapatkan keinginannya," keluh wanita berambut panjang itu.

"Benar, tidak mungkin kita mencari jalang perawan sekarang, apalagi Tuan Niel sebentar lagi akan datang," ujar wanita yang satunya cemas.

Anne tersenyum miring mendengar bincangan kedua wanita itu. Anne berjalan menghampiri mereka.

"Permisi, apa kalian membutuhkan bantuan?"

Kedua wanita itu menatap Anne dari atas hingga bawah, seolah menilai penampilan Anne.

"Sepertinya sesuai kriteria," ujar salah satu dari mereka.

Anne tersenyum miring. "Kriteria? Apa maksud kalian?" tanya Anne pura-pura bodoh.

"Aku baru melihatmu di club ini, siapa kau?" tanya wanita berambut panjang.

"Oh, aku baru pertama kali datang ke club ini," jawab Anne.

"Apa kau masih virgin?"

Anne terdiam, tersenyum tipis. "Tentu saj--"

"Kau ke sini untuk mencari uang bukan?" Anne mengangguk cepat.

Kedua orang itu saling menatap satu sama lain, lalu mereka menarik tangan Anne untuk mendekat, sehingga membuat Anne terkejut. Kedua orang itu menunjuk ke arah seorang pria yang baru saja memasuki club.

"Kau lihat dia? Sangat tampan bukan?" tanya salah satu dari mereka kepada Anne. Anne menatap Othniel dengan mata berbinar.

"Apa kau tau siapa dia?"

"Ta--eh, aku tidak tahu," dusta Anne. Jelas saya ia tahu, karena Anne dan Othniel pernah bertemu

"Ck! Bisa-bisanya kau tidak mengenalnya." Anne berdecak mendengarnya.

"Kau membutuhkan uang bukan? Pergilah temui dia, dan katakan jika kau adalah pesanannya dari Mami Mona," ujar wanita itu. Anne mengangguk saja. Ah, ternyata tidak susah. Bersyukur Anne bertemu dengan kedua jalang ini.

"Kau paham?" Anne mengangguk cepat.

"Pergilah."

Anne berjalan dengan gaya seksinya menuju ke sofa yang ditempati oleh Othniel di sana. Hanya sendiri, karena tidak akan ada siapapun yang berani menggoda apalagi menyentuhnya. Sudah dikatakan sebelumnya bukan? Othniel itu sedikit angkuh dan ... dingin. Ah, sepertinya ini adalah hari keberuntungan Anne. Tidak sia-sia dia menunggu hingga larut malam seperti ini.

"Tuan Othniel?" tanya Anne, berdiri di depan pria itu. Ah, Anne rasanya ingin berteriak saja melihat bagaimana tampannya pria di depannya ini.

Othniel menatap Anne dingin seolah tidak berminat untuk mengubrisnya.

"Mami Mona menyuruhku untuk menem--"

"Ikut aku."

Othniel bangkit dari duduknya dan berjalan melewati Anne begitu saja. Anne bersorak dalam hati. Yang ia tunggu-tunggu tidak lama lagi akan ia dapatkan. Anne dengan cepat mengikuti Othniel dan menyejajarkan langkahnya dengan pria itu.

"Sebelumnya tidak pernah ada jalang yang berani menyamakan langkahnya denganku," tajam Othniel, membuat Anne memelankan langkahnya. Tidak, ia tidak boleh membuat kesalahan sedikitpun.

"Maafkan aku," ucap Anne, berjalan di belakang Othniel.

Mereka memasuki lift menuju lantai atas. Lantai di mana ada banyak kamar untuk mereka yang melakukan one night stand.

Tidak membutuhkan waktu lama, lift terbuka. Othniel keluar terlebih dahulu, diikuti oleh Anne di belakangnya. Anne menarik nafas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Ntah kenapa jantungnya berpacu sangat cepat. Oh, pantas saja, pasalnya ini akan menjadi pengalaman seks pertamanya. Rupanya apa yang Anne jaga selama ini sia-sia. Ia harus merelakan keperawanannya untuk pria ini. Ah tidak, maksudnya demi peryaratan yang diberikan ayahnya. Bukan, lebih tepatnya demi harta warisan dari keluarganya.

"Ya, demi harta waris--aw!!"

"Apa kau buta, tidak melihatku berhenti?!" Othniel berbalik menatapnya tajam, membuat nyali Anne sedikit menciut. Jelas saja, Anne pasalnya tidak tahu jika Othniel akan berhenti tiba-tiba. Dan itu membuat Anne menabrak punggung Othniel.

"Maaf," ucap Anne cepat. Ia merutuki dirinya di dalam hati. Sial! Belum apa-apa ia sudah melakukan kesalahan.

Othniel membuka pintu kamar itu, dan masuk ke dalam sana diikuti oleh Anne di belakangnya.

Anne menelan susah salivanya ketika tanpa menunggu lagi, Othniel membuka bajunya sehingga memperlihatkan tubuh telanjang bagian atasnya. Anne sendiri sangat terpesona melihat bagaimana perut kotak dan dada bidang pria di depannya ini.

"Turunkan pandanganmu!" tegas Othniel tajam. Anne menunduk. Sial! Padahal ia sedang menikmati suguhan Tuhan yang sangat menyenangkan.

"Ck, mendekat!" perintah Othniel. Anne mendekat, jantungnya berpacu sangat cepat.

Othniel menatap lekat wajah Anne. Anne sendiri menundukkan pandangannya. Othniel menatap Anne dari atas hingga bawah. Rasanya ... Othniel tidak asing dengan wanita ini. Tapi siapa? Othniel berpikir keras.

"Siapa namamu?" tanya Othniel.

"Anne," jawab Anne, semakin menundukkan kepalanya.

"Ck! Tatap mataku kalau aku mengajakmu berbicara bitch!" kesal Othniel. Anne membelalak. Sialan, padahal tadi pria ini memintanya untuk menurunkan pandangannya. Ternyata selain angkuh, pria ini juga sangat menyebalkan!

Anne mengangkat wajahnya, menatap Othniel dingin. Jujur saja Anne sangat kesal dengan pria ini. Ah, kalau saja tidak karena tampan dan cerdas, Anne mungkin tidak akan mau bertemu lagi dengan pria sialan ini. Bukannya apa-apa, Anne butuh benih yang berkualitas, dan bisa menguntungkannya untuk kehidupan kedepannya.

Othniel mengerutkan keningnya ketika mendapat tatapan dingin dari Anne.

Anne memekik kala Othniel menarik kasar tengkuknya, lalu menyambar bibirnya. Othniel mencium kasar bibir Anne. Melumatnya sesekali menggigitnya. Cuman Othniel semakin beringas, membuat Anne sulit untuk bernafas. Anne berusaha mendorong dada bidang Othniel, akan tetapi tenaga pria itu sangatlah kuat. Karena kesal tidak bisa bernafas, Anne memukul-mukul dada bidang Othniel membuat Othniel seketika melepas ciumannya.

"Kau ingin membunuhku, hah?!" kesal Anne berteriak.

Othniel terkesiap mendengar Anne berteriak, terlebih menatapnya garang.

"Kau berani berteriak padaku?!" geram Othniel, mencoba mengembalikan kewarasannya. Jelas saja, selama ini, tidak ada yang berani berteriak kepadanya seperti yang dilakukan wanita ini. Terlebih itu jalang sewaannya.

"Kenapa tidak! Kau hampir saja membunuhku!" kesal Anne garang. Padahal ia sempat berhayal jika first kissnya akan seindah di drama-drama yang sering ditonton oleh Naomi. Ternyata tidak. Pria ini benar-benar menyebalkan.

Othniel terdiam, mata coklat tajamnya tidak lepas dari manik hitam pekat Anne.

"Aku kira fisrt kiss ku akan seindah yang kubayangkan. Ternyata tidak, bahkan aku hampir saja mati," gumam Anne kesal. Tentu itu dapat didengar oleh Othniel.

Othniel terkejut mendengarnya. First kiss? Yang benar saja? Othniel tidak yakin jika ini adalah first kiss wanita itu.

Anne tersadar akan apa yang ia lakukan. Ia meringis, melupakan kekesalannya. Tidak, Anne tidak boleh membiarkan ini terjadi. Ia harus mendapatkan apa yang ia inginkan. Demi warisan. Ya, demi warisan!

"Ma-maafkan ak--ehh!!"

Othniel menarik tangan Anne dan menghempaskannya hingga wanita itu terlentang di atas kasur dengan posisi Othniel berada di atasnya. Anne menelan susah salivanya dengan jantung yang berdegub kencang. Bagaimana tidak, wajah tampan pria itu hanya berjarak beberapa senti saja dari wajahnya. Demi Tuhan, ingin rasanya Anne berteriak sekarang juga.

"Hhmmpp..." Othniel kembali mencium bibir Anne, akan tetapi kali ini ia melakukannya dengan lembut. Berbeda dengan sebelumnya.

Anne menutup matanya rapat-rapat, merasakan bagaimana lembutnya bibir Othniel memangut bibirnya. Jantung Anne semakin berdetak cepat, perutnya terasa seperti banyak kupu-kupu yang beterbangan. Othniel semakin memperdalam ciumannya. Matanya tidak lepas dari mata tertutup Anne.

Anne terbuai, ia memberanikan diri membalas ciuman Othniel, bahkan ia tanpa sadar mengalungkan kedua tangannya pada leher Othniel.

Othniel melepas ciumannya, menatap wajah Anne lekat. Anne perlahan membuka matanya, manik hitamnya bertubrukan dengan manik coklat terang pria itu. Anne seketika dibuat gugup. Dengan cepat ia memalingkan wajahnya.

"Tatap aku," pinta Othniel dengan deep voicenya.

Anne ragu-ragu kembali menatap mata Othniel.

"Benar, barusan adalah first kiss mu?" tanya Othniel, menatap lekat manik Anne.

"I-iya benar. Itu adalah first kiss ku," jawab Anne gugup.

"Kau tidak berbohong?"

_______________

Lanjut next part yuk! Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ><