Chereads / The Devil's Revenge / Chapter 34 - Accidental

Chapter 34 - Accidental

"Diam!"

Mata Rachelia terbelalak takut saat suara pria itu terdengar dari atas kepalanya. Dan ia tahu, lelaki itu bukan Regan. Tangan-tangan kecilnya mulai bergerak berusaha menjauhkan lengan besar yang berlingkar sempurna di perut wanita itu.

Regan ....

"Tenanglah, aku tidak akan menyakitimu."

Kalimat panjang itu membuat pergerakan tangannya berhenti seketika. Dengan deru napas pendek yang tersengal karena rasa takut, Rachelia meyakinkan dirinya bahwa dia mengenal suara itu. Suara yang tidak asing di indra pendengarannya.

Sesaat, Rachelia terdiam dan tidak melawan. Wanita itu hanya mengikuti arah langkah yang ditentukan pria itu. Namun, dari penglihatan minim akibat air matanya yang menggenang, ia dapat melihat lelaki ini membawanya ke sayap kiri gedung, tidak jauh dari toilet yang berniat ditujunya tadi.

Setelah langkah mereka terhenti, pria itu melepaskan tangan-tangannya, lalu berpindah ke bahu Rachelia dan membalikkan tubuh mungil itu.

"Mr. David?" pekik Rachelia saat mengetahui siapa lelaki yang tadinya dia kira adalah orang jahat yang berniat melukai dan menculiknya.

"Ya, ini aku." Napas pria itu tersengal. "Oh Tuhan! Akhirnya aku menemukanmu, setelah sekian lama aku mencari-cari mu, Rachel."

Kedua bola mata Rachelia membelalak. "Anda mencariku, Sir?"

David mendesah pelan, kemudian mengangguk. "Tentu saja! Kau tiba-tiba menghilang, tetapi syukurlah akhirnya aku bisa menemukanmu di sini. Terima kasih, Tuhan!"

Rachelia melihat jelas gurat wajah David yang menunjukkan raut wajah yang lega. Seakan-akan memang sangat bahagia melihat dirinya baik-baik saja di sini. Jadi, benarkah David mencarinya selama ini?

"Kau tidak apa-apa?" tanya David kembali.

"T—tentu saja aku tidak apa-apa. Tetapi—" ucapan Rachelia terpotong ketika David tiba-tiba menarik tubuhnya, dan mendekapnya begitu erat.

Rachelia merasa tidak nyaman dengan perlakuan David yang begitu tiba-tiba memeluknya. Oleh karena itu, Rachelia mencoba memberontak dan berusaha melepaskan diri dari rengkuhan David.

"Biarkan seperti ini, Rachel!" gumam lelaki itu, sembari semakin mempererat pelukannya.

David memejamkan matanya. Entah perasaan apa yang pria itu rasakan, dia sendiri pun tidak tahu. Rasa bahagia dan cemas yang secara bersamaan menggerogoti hatinya. Bahagia karena ia akhirnya menemukan gadis yang dia cari selama ini. lalu cemas karena ....

Pria itu melepaskan pelukannya lalu menunduk untuk menatap Rachelia lekat. "Rachel, kau ... Regan ...."

Demi Tuhan, David bahkan tidak tahu ingin memulai pembicaraan dari mana. Semuanya terlalu begitu kebetulan untuknya. Dan rasanya ia tidak bisa mempercayai dengan apa yang baru saja dirasakan dan dilihatnya saat ini.

"Regan?" tanya Rachelia bingung.

Apakah David mengenal pria pencabut nyawa itu?

"Kau dan Regan ...." Tangan David bergerak mencengkeram kedua bahu Rachelia, pria itu menarik napas dalam-dalam dan mulai bertanya. "Kau mengenal Regan? Apakah ... apa dia suami kamu? Kalian sudah menikah?"

Sebenarnya tanpa perlu bertanya pun, David sudah mengetahui jawaban itu. Tetapi ia benar-benar ingin menyakinkan semua apa yang ada di dalam pikirannya saat ini. ini benar-benar terlalu mengejutkan. Terlalu kebetulan.

Rachelia hanya bisa menegang di tempatnya tanpa bisa mengeluarkan satu patah kata pun untuk memperjelas kalimat David. Memangnya apa yang harus dikatakan Rachelia? Apa dia harus dengan bangga memberitahukan bahwa dia seorang istri dari Regan Anthonio Chadwell? Sungguh, itu bukanlah sesuatu yang membanggakan, justru itu adalah musibah harus berurusan dengan iblis pencabut nyawa itu.

"Aku tadi melihatmu bersamanya dan ... dan—"

Penjelasan David terputus ketika mendengar suara berat yang memaksa masuk di antara mereka.

"Sudah cukup bernostalgia-nya?"

Regan melangkah dengan wajah tenangnya, namun tetap terlihat menyeramkan bagi Rachelia. Pandangannya jatuh pada iris coklat David yang juga tengah menatapnya tidak bersahabat.

"Aku pikir sudah cukup. Kau juga sudah tahu, bukan?" kata Regan lalu menggamit pinggang Rachelia, menjauhkan tubuh sang istri dari hadapan David. Memperlihatkan kepada pria itu bahwa wanita yang diharapkannya kini sudah menjadi miliknya seorang. Tatapan membunuh yang dilayangkan Regan itu sama sekali tidak teralihkan dari wajah David yang mulai menggelap. "Jadi, sudah waktunya kita pergi, istriku."

Suara beratnya yang tenang itu mampu membuat Rachelia tidak bisa berkutik. Tubuhnya menegang seketika. Tangan Regan yang melingkar di pinggangnya pun terasa seperti seekor ular yang tengah membelit kuat dirinya hingga tidak mampu bernapas dengan normal.

David mengalunkan suaranya saat melihat Regan yang mulai beranjak pergi dengan Rachelia di sisinya. "Ke mana kau akan membawanya, Regan?"

Regan menoleh sekilas. "Ke mana pun, itu bukan urusanmu," balas Regan seraya melemparkan tatapan tajamnya pada David.

"Jangan sakiti dia, Regan," pinta David dengan suara seraknya. Matanya sama sekali tidak meninggalkan wajah pucat Rachelia. Ia tahu benar bahwa perempuan itu sangat ketakutan dengan suasana mencekam seperti ini.

Kilasan-kilasan pembicaraannya dengan Regan beberapa waktu yang lalu menghantuinya. Ucapan-ucapan yang dilontarkan oleh Regan yang berniat menyiksa wanita itu membuatnya sadar kalau wanita yang dimaksud itu adalah Rachelia. Dan dia semakin ketakutan dan khawatir bersamaan, melihat ketakutan yang terlihat jelas dari wajah Rachelia. Benar-benar terlihat bahwa selama ini dia memang hanya terpaksa dan tersiksa hidup bersama Regan.

Oh Tuhan! David harus bisa membebaskan Rachelia dari cengkeraman Regan, sang pendendam.

"Apa pun yang akan kulakukan, itu sama sekali bukan urusanmu, David. Haruskah aku menjelaskan bahwa dia adalah istriku?" tanya Regan yang mampu membuat David menegang. "Tidak ada yang berhak mengatur atau melarangku untuk berbuat apa pun padanya, meskipun ternyata dia adalah gadis yang selama ini kau cari. Dia sudah menjadi milikku. Gadis impianmu sudah menjadi istri seorang Regan."

"Dan aku ingatkan, David. Jangan coba-coba bermimpi untuk memiliki Rachel, sampai kapan pun tidak akan aku biarkan hal itu terjadi. Dia milikku dan selamanya akan menjadi milikku. Jadi aku sarankan, lebih baik kau melupakannya atau kau akan berhadapan denganku!" lanjut Regan kembali menambahkan kalimatnya yang sarat akan ancaman. Regan tidak peduli lagi dengan persahabatan mereka yang sudah terjalin dengan erat, dia tidak akan tanggung-tanggung membunuh siapa pun yang berani mengusik hidupnya, terlebih lagi berpikir untuk menggagalkan rencananya.

Pria itu tak mampu berkata-kata lagi. Lidahnya kelu mendengar kenyataan itu. Ia membenarkan semua perkataan Regan. David sudah tidak berhak ikut campur dalam masalah mereka. Sekalipun itu demi melindungi sang gadis pengisi hatinya selama ini. gadis itu sudah menjadi milik sah Regan. Lalu apa yang harus dia lakukan?

Bagaimana mungkin David bisa menyaksikan seorang Regan menghancurkan Rachelia di depan matanya. Bagaimana David harus membebaskannya, setelah menyadari semua perkataan Regan itu benar semua. Oh Tuhan, hanya engkau yang bisa menolong Rachelia dari cengkeraman Regan.

David mengerjap pelan seraya menatap nanar Rachelia yang tengah ditarik paksa oleh sahabat yang sepertinya sudah menjadi rivalnya mulai saat ini.