Penolakan demi penolakan yang dilontarkan oleh Rachelia membuat api amarah itu langsung merambat cepat ke diri Regan ketika melihat Rachelia yang semakin memberontak di bawah tubuhnya. Entah mengapa wanita murahan itu masih selalu bersikeras menolaknya. Wanita murahan ini tidak bisa dibiarkan lagi. Pria itu kemudian bangkit dan menarik Rachelia, memaksa wanita itu agar mengikuti langkahnya.
"A—pa yang—"
Teriakan kaget dari bibir Rachelia kini terdengar, menggantikan pertanyaan yang baru saja ingin ia keluarkan. Hanya dalam sekedipan mata, Rachelia merasa raganya melayang seketika saat Regan menyentakkan punggungnya ke terali besi itu. Bukan ... bukan karena rasa sakit yang menjalar di sekitar punggung kecilnya, namun posisi tubuh yang saat ini sudah mengarah ke arah langit malam dengan kedua kaki yang tidak lagi menyentuh lantai di bawahnya. Hanya tangan kekar Regan yang menyangga pahanya.