Chereads / The Devil's Revenge / Chapter 22 - Rival

Chapter 22 - Rival

Rachelia tidak menyangka kalau Audrey bisa menghadiri pernikahannya, tetapi tau dari mana sahabatnya itu tentang pernikahannya. Atau dia kenalan Regan? Atau hanya sebuah kebetulan?

Sebuah ide seketika terlintas dalam pikirannya. Ini adalah kabar baik, mungkin dia bisa meminta bantuan kepada sahabatnya itu untuk membawanya pergi dari tempat ini. Dia akan membeberkan segalanya dan mengatakan kalau dia terpaksa di sini—dengan kata lain dia diculik. Ya, itu adalah ide cemerlang.

Dengan gugup, Rachelia menunggu wanita itu untuk menghampirinya. Dia sudah tidak sabar menunjukkan dirinya pada wanita itu, bahwa dia selama ini menghilang karena telah diculik oleh Regan dan malah dipaksa menikahinya.

Oh Tuhan, semoga ini adalah hari keberuntungan untuknya.

"Kau kenapa?" tanya Regan tiba-tiba di sampingnya. Sepertinya pria itu menyadari kegugupannya.

Rachelia menoleh dengan cepat, lalu menggeleng. "T—tidak, aku tidak apa-apa, Regan."

Regan tersenyum menyeringai. "Jangan menunjukkan wajah seperti itu. Karena aku sama sekali tidak menyukainya, tunjukkan senyummu kepada semua tamu di sini, Sayang."

Rachelia sama sekali tidak menanggapi kalimat pria itu dan membuang wajah ke samping. Dia tidak bisa berlama-lama menatap wajah brengsek tersebut.

Selang beberapa menit, Rachelia mendapati Audrey kini melangkah ke arah mereka. Tampilannya benar-benar berbeda, jauh berbeda yang selalu ditampilkannya saat di kantor. Kini wanita itu seakan menjelma menjadi wanita dewasa yang begitu menggoda. Dandanannya begitu memukau dengan gaun belahan dada rendah yang sangat pas melekat di tubuhnya. Rachelia sampai pangling dan sedikit tidak mengenalinya. Wanita itu benar-benar berbeda.

Dan perubahannya semakin terlihat setelah wanita itu seolah-olah tidak mengenalinya. Wanita itu bahkan menunjukkan sifat sombongnya dan bukannya menghampirinya, wanita itu malah menghampiri Regan.

"Hai, Baby! Selamat atas pernikahanmu!"

Deg! Apa mereka saling mengenal?

Dan yang semakin membuat Rachelia terperangah adalah di saat Rachelia maju dan membubuhkan kecupan ringan di pipi Regan. Ah … jangan lupakan, Regan pun membalas kecupan itu.

Apa-apa ini? Apa yang mereka lakukan di hadapannya?

"A—Audrey, kamu mengenal Regan?" tanya Rachelia tergagap.

Audrey menoleh ke arahnya. "Oh, Rachel si gadis polos. Bagaimana? Apa kabarmu? Kaget melihatku di sini?"

Rachelia semakin dibuat kebingungan. Wanita di depannya ini jelas bukan Audrey yang dikenalnya, Audrey yang dikenalnya itu memiliki hati yang lembut dan begitu penyayang. Tetapi yang ada di hadapannya sekarang adalah seorang wanita sombong yang terlihat jahat.

"K—kamu, Audrey 'kan?" tanya Rachelia memastikan.

"Kau ternyata masih bodoh, Rachel!" Audrey terbahak. "Apa setelah banyaknya kejadian kau belum mengerti? Asal kau tahu Rachel, aku mendekatimu itu atas permintaan Regan, semua yang terjadi kepadamu itu juga campur tanganku. Kasihan sekali!"

Rachelia masih benar-benar tidak mengerti dengan semua yang terjadi. atau katakanlah dia tidak mau memahaminya.

"Audrey itu bawahanku, Rachel. Dan dia melakukannya atas perintahku. Rachelia tidak memiliki ibu yang sakit, dengan kata lain dia berbohong dan kamu telah tertipu malam itu."

Oh Tuhan!

"K—kalian menipuku? Kau berbohong padaku, Audrey?"

Audrey kembali tertawa terbahak, disusul dengan Regan. "Kau sangat-sangat bodoh, Rachel! Memangnya siapa yang mau berteman denganmu. Aku itu mau berteman denganmu hanya untuk bisa membawamu pada Regan."

Rachelia menggeleng-geleng tidak percaya. "Aku mempercayaimu, Audrey! Tetapi kenapa kau melakukan ini padaku?"

"Karena sangat seru melihatmu ditipu habis-habisan, Rachel!"

"Kau wanita biadab! Kau sama saja dengan Regan, sama-sama brengsek yang tak memiliki hati!"

Mereka tidak menanggapi kalimat Rachelia, justru Regan tampak berbisik ke telinga Audrey dan meminta wanita itu pergi.

"Sebaiknya kau pergi dari sini, Baby! Besok aku akan mengunjungimu!"

Sialan!

Setelah wanita tak punya hati itu pergi, kini Regan kembali berbisik ke arahnya. "Jangan menangis, sialan. Mulai sekarang kau harus mempersiapkan diri dengan kejutan-kejutan tak terduga yang akan membuatmu tercengang dan tidak percaya."

Oh God! Cabut saja nyawaku!

****

Sepanjang acara, Rachelia mencoba tersenyum di hadapan para tamu undangan yang menyapa mereka, ia tidak bisa banyak bertingkah karena rengkuhan Regan di pinggangnya tak pernah lepas.

Tidak lama kemudian rengkuhan di pinggangnya semakin keras bahkan menyakitinya. Rachelia sampai meringis dan mendongak menemukan pria itu yang tampak tegang, sorot matanya tajam ke depan.

Rachelia mengikuti arah pandangan Regan, di sana seorang pria berjalan ke arah mereka. Semakin orang itu mendekat, Regan semakin menegang dan rengkuhannya semakin menyakitinya. Siapa sebenarnya pria itu, sampai bisa mempengaruhi Regan?

"Selamat atas pernikahan kalian!" Pria itu mengulurkan tangannya ke arah Regan.

Regan menepis tangan pria itu dengan kasar, "Seingatku aku tidak pernah mengundangmu ke sini," desis Regan dengan kasar.

Pria itu tersenyum tidak perduli dengan perkataan kasar Regan. "Aku tidak perlu mendapat undangan untuk menghadiri pesta pernikahan orang yang begitu berpengaruh di kota ini."

"Baiklah kalau begitu Gavino, kalau sudah selesai cepat pergi dari sini. Aku masih banyak tamu yang mengantri." Regan tidak ingin beramah-tamah terhadap musuhnya sendiri.

Ya, Gavino. Salah satu dari musuhnya, pria itu sangat ingin menyaingi Regan, tetapi sampai sekarang tidak bisa. Sehingga dari dulu pria itu selalu mengusik ketenangannya.

"Kau sangat beruntung, Regan. Wanita yang menjadi istrimu ini sangat cantik." Gavino lalu mendekati Rachelia. "Siapa namamu, cantik?" tanyanya, tak lupa mencolek dagu Rachelia.

Rachelia yang diperlakukan seperti itu berjengit mundur, ia sangat jijik kepada pria itu.

Darah Regan mendidih melihat pria lain menggoda istrinya, ia maju dan mencengkeram kerah kemeja Gavino tanpa peduli banyak orang yang kini melihatnya.

"Jangan menyentuh istriku, sialan. Atau kau akan mati di tanganku," ancamnya dengan kejam.

"Regan, apa yang kau lakukan?" Vanessa mencoba melepaskan cekalan tangan Regan, yang sepertinya tidak menyadari kalau cengkeramannya sudah membuat pria itu tampak tersiksa.

Gavino mencoba melepas tangan Regan dari lehernya, karena ia sudah sesak. Tapi sia-sia karena Regan sudah dipenuhi emosi.

"Regan, please ... aku tidak apa-apa." Rachelia memeluk tubuh besar Regan, berharap emosi pria itu akan reda.

Regan tercekat, entah kenapa pelukan itu membuatnya tenang. Ia menatap ke arah Rachelia yang tengah memeluknya dengan berurai air mata. Ada perasaan lain yang menyusup ke hatinya dan sialnya ia tidak menyukai perasaan itu.

Gavino menghirup udara sebanyak-banyaknya setelah cengkeraman di lehernya terlepas. Pria itu tetap mempertahankan harga dirinya di depan banyak orang, tanpa mengatakan satu kata pun ia meninggalkan tempat itu. Brengsek, ia tampak lemah dan seperti laki-laki pecundang di depan musuhnya dan di hadapan banyak orang.

"Aku akan membalasmu setelah ini, Regan!" Gavino masih sempat melayangkan ancaman sebelum berlalu pergi. Ancaman yang terdengar seperti lelucon di telinganya Regan.

"Aku akan menunggunya, Gavin!" balas Regan, tak lupa dengan smirk kejamnya.

Dengan kasar Regan melepas tubuhnya dari pelukan Rachelia. Ia tidak mau terlalu larut dalam euforia yang ia sendiri tidak mengerti akan perasaan yang baru saja menghinggapi hatinya.

Sepeninggal Regan, Rachelia berusaha meminta maaf kepada para tamu dan bergegas mengikuti arah menghilangnya pria itu. Ia yakin Andreas bisa mengatasi kekacauan yang dilakukan bosnya.