"Maaf Regan, aku tidak sempat menghadiri pernikahanmu."
Hari ini, David datang menghampiri kantor Regan untuk mengunjungi sekaligus memberi selamat dan permintaan maaf kepada sahabatnya itu. Dia memang tidak sempat hadir ke pesta pernikahan Regan dikarenakan ia keluar negeri untuk bisnis, alhasil dia tidak bisa menghadiri pernikahan sahabatnya.
Regan menggeleng. "Tidak apa-apa, David."
"Apakah kau benar-benar melancarkan niatan kamu untuk menyakitinya?"
Meskipun tidak disebutkan dengan baik nama tersebut, tetapi Regan tahu siapa yang dimaksud oleh David. Regan memang masih tidak mengerti dengan sahabatnya itu, David memang menentang niatannya untuk menyakiti adik dari pria yang sudah membunuh adiknya. Pria itu begitu tidak setuju sejak dulu, entah apa maunya pria itu.
"Tentu saja! Ini bahkan permulaan, akan aku buat wanita itu berpikir bahwa kematianlah yang pantas untuknya. Dan aku juga akan membuat semasa hidupnya hanya akan terasa seperti di neraka."
David berdecak. "Dendam kamu sepertinya telah mendarah daging, Regan."
"Karena hanya inilah satu-satunya cara bisa membalas kejahatan mereka, membalas dendam Valerie. Dan aku pastikan hanya kesakitan yang akan didapatinya."
Hening. David tidak lagi menanggapi kalimat Regan. Dia hanya berdoa dalam hati semoga saja siapapun wanita itu, bisa lebih tegar menghadapi Regan.
"Kau sudah menemukan gadis itu?"
Setelah terdiam lama, Regan akhirnya kembali membuka suara. Setelah mengobrol tentang Rachelia, mereka beralih berbincang setengah jam lamanya, keduanya membahas tentang bisnis mereka masing-masing sebelum akhirnya membicarakan yang lain.
"Belum," jawab David dengan pelan lalu menyeruput mocca latte yang disediakan Regan tadi.
"Kau tidak coba menghubungi ponselnya?"
"Ponselnya tidak bisa dihubungi," balas David sebelum menghela napas dengan berat. "Aku bahkan sudah mendatangi tempat tinggalnya. Tetapi semua sia-sia, tempat itu sudah bukan atas namanya maupun keluarganya."
Regan bungkam. Namun sorot matanya sama sekali tidak teralihkan dari wajah frustasi yang ditunjukkan dengan jelas dari wajah David.
"Apa kau ingin aku bantu untuk mencarinya?" tanya Regan kembali menawarkan bantuannya.
David mendesah kasar. "Aku sudah mengerahkan semua orang kepercayaanku untuk mencarinya. Bahkan menyewa detektif, tetapi wanita itu memang tidak bisa ditemukan."
David benar-benar merasa putus asa dengan menghilangnya Rachelia. Malam di mana dia menemukan Rachelia tampak kacau, itu adalah terakhir kalinya mereka bertemu. David tahu kalau Rachelia masih sempat masuk kantor hari itu, tetapi setelahnya jejaknya benar-benar menghilang. Entah ke mana Rachelia sekarang ini.
Regan sebenarnya ikut prihatin dengan wanita yang dimaksud oleh David, dia bahkan menawarkan bantuan agar mereka bisa secepatnya menemukan wanita yang di maksud oleh sahabatnya itu.
Sebenarnya ini adalah kali pertama sahabat baiknya itu jatuh hati pada seorang gadis yang katanya gadis sederhana—menurut pandangan David. Padahal biasanya, laki-laki bermata biru itu tidak pernah benar-benar mencintai gadis di luar sana. Dia hanya selalu menyewa wanita-wanita penghibur untuk sekedar menumpahkan nafsunya.
Mereka berdua itu memiliki satu kesamaan. Bahwa mereka itu tidak gampang menjatuhkan hati kepada seorang wanita. Mereka hanya bersenang-senang kepada makhluk bernama wanita itu, tidak lebih.
Regan kemudian terkekeh singkat. "Sepertinya kau terlalu terobsesi kepadanya. Kau tidak pernah se-frustasi ini, David," katanya yang membuat David tiba-tiba melempar tatapan tajam ke arahnya.
David kembali menghela napas pelan. "Bukankah aku sudah pernah mengatakan kalau gadis itu benar-benar berbeda, Regan. Dia berbeda dari gadis-gadis lain dan aku tidak tahu kenapa … kenapa aku terlalu menyukainya," geramnya panjang lebar, lalu kembali menghembuskan napas berat seraya mengacak rambutnya.
David bersumpah bahwa ia sangat ingin membunuh Regan ketika pria itu menertawakan kegusarannya. Bagaimana bisa lelaki itu terlalu meremehkan masalah perasaannya. Seharusnya sebagai sahabat, pria itu turut mendukung ketika mendengar dirinya menyukai seorang gadis, bukan? Benar-benar suka dan sudah jatuh ke dalam pesona Rachelia. Dan itu berarti David siap untuk tidak bermain wanita penghibur lagi. Demi Rachelia, David berjanji akan melupakan kesenangannya di luar sana.
Sebenarnya dia sama sekali buka tipe pria yang sering menceritakan urusan pribadi. Apalagi menyangkut tentang urusan wanita dan percintaannya. Namun, untuk kali ini, dia benar-benar berbeda dari biasanya. David seringkali bercerita tentang seorang gadis yang menarik perhatiannya sejak pertama kali bertemu dengan gadis tersebut. Karyawan cantik yang bekerja di perusahaan miliknya sendiri. Dan entah mengapa, ia merasa gadis itu benar-benar berbeda dengan kebanyakan perempuan lainnya.
Tetapi saat ini, entah di mana gadis itu berada, dia menghilang seakan ditelan bumi. Tidak ada jejak sama sekali. Membuat David merasa begitu frustasi. Pria itu sudah tidak pernah melihatnya lagi di perusahaan, tidak pernah lagi mendengar sapaan lembut dari gadis cantik yang telah mendapatkan hatinya.
Bahkan teman satu divisinya pun tidak mengetahui keberadaannya, bahkan tetangga unit apartemennya pun bersama-sama tidak mengetahui gadis itu pergi ke mana. Entah di mana dirimu sekarang, Rachel?
****
Rachelia memejamkan mata sejenak. Menikmati udara malam di balkon kamar. Membiarkan rambut coklat gelap sepunggung miliknya bergerak tertiup angin malam. Diabaikannya rasa dingin yang tengah berupaya mengusiknya.
Balkon itu benar-benar menjadi tempat favoritnya. Setiap kali wanita itu merasa frustasi dia akan berakhir di sana. Melepas beban yang dilaluinya. Berharap bahwa kabut malam bisa membawa separuh masalah hidupnya dan tak akan kembali lagi hingga pagi menjelang.
Ia sangat merindukan kebebasannya yang dulu. Meski harus hidup sendiri tanpa sanak saudara, itu akan jauh lebih baik dari ini tentu saja. Rachel berjengit ngeri kala mengingat perlakuan Regan terhadapnya. Pria itu memang benar-benar membuktikan sumpahnya. Ia telah berhasil membuat Rachelia hidup seperti di neraka.
Kenapa harus dirinya yang menanggung semua beban dendam itu? Kenapa Regan begitu membencinya setengah mati? Kenapa pria itu menggunakan dirinya untuk membalas semua perlakuan Mike pada adiknya? Kenapa Regan tidak mau mendengar penjelasannya?
Rachelia mendesah berat bersamaan dengan air matanya yang menitik.
Sudah hampir dua minggu dia berada di penthouse ini. Ia telah menjadi seorang nyonya muda sejak tiga hari yang lalu. Seorang istri dari pengusaha muda, Regan Anthonio Chadwell.
Istri Regan?
Mengingat dua kata itu, sungguh ingin membuatnya tertawa miris. 'Menjadi istri Regan' adalah kalimat yang tidak pantas menunjukkan status Rachelia saat ini. Karena pada kenyataannya, dia bukanlah seorang istri yang benar-benar istri. Tetapi, seorang istri yang menjadi pemuas kebejatan pria itu. Tidak lebih.
Rachelia tidak pernah bermimpi menjadi sekarang wanita murahan, apalagi untuk suaminya sendiri. Kenyataan itu benar-benar sudah membuatnya tidak sanggup untuk menerima segala kesakitannya. Padahal itulah yang sesungguhnya. Sekuat apa pun hatinya menolak kenyataan itu, dia tetap tidak bisa menghindar, karena seperti itulah skenario kehidupannya. Takdirnya menjadi seorang istri benar-benar miris.
Semua realita tersebut kini berhasil membuat hatinya seakan tertusuk belati sehingga menimbulkan rasa yang teramat sangat sakit, lalu dia menangis karena rasa sakit itu tak kunjung berhenti.