Chereads / The Devil's Revenge / Chapter 25 - Ekspektasi

Chapter 25 - Ekspektasi

"Maaf ... ada orang yang mencari Tuan Regan, Nyonya Rachelia." 

"Siapa?" tanya balik Rachelia pada Jeane.

"Seorang wanita, Nyonya." 

Rachelia mengangkat alis, lalu bergumam, "Katakan kepada wanita itu kalau Regan belum pulang. Kalau ada keperluan mendesak suruh temui langsung di kantornya atau tunggu saja sampai Regan pulang." Rachelia berjalan ke arah kamarnya, meninggalkan Jeane yang masih menyusul di belakangnya. "Lagian sepertinya Regan tidak akan lama lagi pulang dari kantornya," lanjut Rachelia kembali saat menyadari Jeane masih mengikuti langkahnya.

"Tetapi dia berpesan agar Anda menemaninya untuk menunggu Tuan Regan," kata Jeane kembali dengan nada takut-takut dan berusaha menghentikan Rachelia memasuki kamarnya. 

Rachelia tampak berpikir, dia enggan menemui siapa pun wanita itu. Namun, tetap saja langkah kakinya menuntunnya menuruni anak tangga demi menemui wanita yang katanya ingin ditemani menunggu Regan. Benar-benar merepotkan. 

Langkahnya kemudian menuntunnya ke arah kolam renang yang kata Jeane wanita itu sedang menunggu di sana. 

Rachelia tidak menyangka bahwa wanita yang datang mengunjungi Regan adalah Audrey. Meskipun wanita itu masih membelakanginya, tetapi dari arah belakang Rachelia sangat mengenalnya.

Rachelia berdeham. Membuat wanita itu segera berbalik ke arahnya, sedetik kemudian Rachelia terperangah akan kecantikan temannya itu, dengan rambut panjangnya sepinggang yang berwarna kecoklatan, terlihat mengkilau hasil tatanan salon terkenal. Belum lagi baju yang sangat cantik dan indah melekat pada tubuh seksi bak model itu.

Wanita itu benar-benar berbeda. Rachelia sudah tidak mengenalnya lagi. Dia benar-benar bukan Audrey, sahabat baiknya.

Tanpa berpikir panjang, Rachelia maju lalu memeluk tubuh Audrey. Berharap kalau kejadian kemarin hanyalah bualan semata dan sekarang Audrey datang untuk membebaskannya dari cengkeraman Regan.

"Kau pasti datang untuk menjemputku, bukan? Perkataanmu kemarin pasti semuanya hanyalah kebohongan hanya untuk mengelabui Regan, iya 'kan?"

Namun, ekspektasi tak seindah realita. Nyatanya wanita itu malah mendorongnya, dan sedikit mengibaskan tangannya dengan gerakan jijik sehabis disentuh oleh dirinya.

"Apa kau belum mengerti dengan semua yang terjadi, Rachel? Aku sama sekali tidak datang ke sini untuk menjemputmu, tetapi aku datang untuk melihat keadaanmu, lalu menertawakanmu."

Rachelia hanya bisa terperangah dan syok mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Audrey. "Audrey, apa yang—"

Wanita itu kemudian tertawa terbahak-bahak. "Dan sepertinya Regan memang telah berhasil merendahkanmu sedemikian rupa. Kau benar-benar terlihat menyedihkan, Rachel."

Sebisa mungkin Rachelia menahan air matanya untuk tidak terjatuh dan semakin menunjukkan pada Audrey kalau dia memang hanyalah gadis lemah. "Apa sebenarnya salahku padamu, Audrey? Kenapa kau begitu jahat padaku?"

"Banyak. Kau memiliki banyak kesalahan. Dan wajah polosmu itu … wajah itu benar-benar menjengkelkan."

Rachelia tidak tahan lagi. Dia tidak bisa mendengar kalimat-kalimat menyakitkan dilontarkan oleh orang yang pernah sangat dipercayainya itu. 

"Keluar! Keluar dari sini, Audrey!"

"Wah … kau sudah berlagak seperti nyonya di rumah ini ternyata." Audrey merubah raut wajahnya. "Asal kau tahu Rachelia, kau hanya pelacur bagi Regan di sini ... tidak lebih. Jadi jangan besar kepala."

Kalau wanita itu tidak mau pergi, maka Rachelia yang harus menjauh. Dia benar-benar sudah tidak sanggup mendengar kalimat-kalimat yang dilontarkan oleh Audrey yang begitu menyakiti hatinya.

Namun, langkah Rachelia kembali terhenti saat suara Audrey kembali terdengar. "Dan lihat pakaian yang kau kenakan? Apakah Regan tidak pernah membelikan pakaian mewah yang pantas dikenakan wanitanya pemuasnya?" ucapnya kembali tanpa peduli bahwa setiap kalimat yang dilontarkan akan menyakiti hati Rachelia.

"Itu bukan urusanmu, Audrey!"

Audrey kembali terbahak. "Ya, itu memang tidak menjadi urusanku. Aku hanya merasa aneh karena selama ini wanita-wanita di dekat Regan akan dilimpahkan pakaian mewah dan perhiasan. Kasihan sekali dirimu yang sama sekali tidak memiliki apa pun di sini."

Hati Rachelia semakin mencelos, sangat tahu apa yang dimaksud dari perkataan Audrey. Semua yang dikatakan wanita itu memang kebenaran, dia memang hanya pelacur Regan di sini, yang sama sekali tidak diberikan kenyamanan. Tetapi mendengar langsung dari mulut Audrey, itu benar-benar menyakitkan.

"Regan juga memberiku pakaian indah dan perhiasan, aku hanya tidak terbiasa memakai barang-barang mahal itu," jawab Rachelia berbohong. Membanggakan dirinya demi harga dirinya di depan Audrey. Dia tidak mau selalu diinjak-injak oleh orang lain.

"Oh ya? Aku pikir perempuan menjijikkan dan dari keluarga pembunuh sepertimu tidak pantas mengenakan apa-apa. Kau hanya pantas menjadi pelacurnya saja."

Stop! Rachelia benar-benar tidak tahan lagi.

Audrey sangat senang melihat perubahan raut wajah dari Rachelia. Ia sudah berhasil mempengaruhi wanita itu lewat perkataannya. 

Rachelia mengerutkan keningnya dan bertanya, "Apa sebenarnya maksudmu berbicara seperti itu?" Emosi Rachelia semakin tersulut dengan perkataan Audrey yang merendahkan keluarganya, lalu terkekeh skeptis. "Aku tidak pernah menyangka kalau kau memiliki hati yang sangat busuk. Aku menyesal karena telah mempercayaimu dan menjadi temanmu. Sungguh, Audrey, kau adalah wanita yang benar-benar menjijikkan. Wanita bermuka dua." 

"Baguslah kalau kau sudah mengenalku. Ya, inilah aku, Rachel. Audrey yang hanya berpura-pura mendekatimu. Dan semua ini aku lakukan untuk Regan." Wanita itu kemudian terkekeh. "Dan aku ingatkan, kau hanya cocok menjadi pelacurnya Regan dan hanya akulah yang pantas menjadi istrinya," jawab Audrey jujur. 

"Baguslah." Rachelia berdecak, membalas Audrey dan melayangkan tatapan menghina. "Orang sepertimu memang pantas bersama Regan. Sama-sama buruk." Rachelia tidak mau setengah-setengah, biarlah ia semakin merendahkan wanita di depannya itu. Bukankah, wanita itu yang lebih dahulu mengajaknya berperang?

Audrey membelalak tidak percaya. Tersinggung dengan kata-kata Rachelia. Sialan!

"Apa maksudmu, huh?" 

"Tidak ada, aku hanya tidak peduli dengan kalian. Justru aku bahagia kalian bersama, karena kalian sama-sama buruk dan jahat yang tidak pantas hidup," jawab Rachelia kasar. 

"Apa kau bilang?" desis Audrey. Kedua telapak tangannya mengepal di kedua sisi tubuhnya. 

Rachelia melayangkan senyum maklum, melihat kemarahan wanita di depannya. Dengan gerakan santai, ia mengambil gelas jus kosong bekas Regan tadi pagi. Beranjak dari tempatnya dan menatap mata Audrey yang sejajar dengannya. "Pulanglah atau kalau masih ingin menunggu Regan tidak apa-apa, tapi aku sudah malas berada di sini bersama wanita sepertimu, wanita pengkhianat." 

Namun, baru saja Rachelia membalikkan badannya, dia tiba-tiba merasakan kalau tubuhnya sengaja didorong dengan keras dari belakang. Mengakibatkan gelas yang di pegangnya terjatuh menyusul tubuhnya terhuyung ke depanku yang, menimpa pecahan gelas tersebut. 

Sambil menahan amarahnya, ia bangkit terduduk. Melihat telapak tangannya yang terluka oleh pecahan gelas tersebut berdekatan dengan bekas luka yang juga diberikan oleh Regan di telapak tangannya beberapa waktu yang lalu. Rachelia berusaha mengabaikan rasa sakit di telapak tangannya yang kini sudah mengeluarkan darah segar yang mengucur mengotori lantai. Belum lagi kedua lututnya yang lecet. Ia berdiri dengan kasar, menatap Audrey tanpa rasa takut. 

"Sorry ... aku tidak sengaja." Audrey mengucapkannya dengan sikap santai tanpa rasa bersalah. 

"Aku juga tidak sengaja. Maaf!" Tanpa berlama-lama Rachelia mendorong bahu Audrey ke arah kolam renang. Dan .... 

Byurrrr~ 

Audrey terjatuh dengan tergeragap ke dalam kolam renang. Dengan segera wanita itu berusaha berenang ke tepi permukaan kolam. Tapi sedetik kemudian, tiba-tiba saja ia terlihat sengaja menenggelamkan diri, membuat Rachelia tampak pias dengan kelakuan wanita itu.

Tetapi semua itu terjawab saat melihat Regan yang juga melompat ke dalam kolam renang dan berenang mendekati Audrey. Wanita itu jelas sedang berpura-pura tenggelam saat menyadari kehadiran Regan. Cih! Wanita ular itu benar-benar pandai bersandiwara.

Sepertinya wanita yang pernah sangat dipercayainya itu benar-benar terobsesi pada Regan hingga mampu bersikap selicik itu. Wanita itu benar-benar buruk!

"Apa kau baik-baik saja?" Regan bertanya. Berjongkok di samping Audrey sambil mengelus punggung wanita itu. "Jeane, bawakan handuk untuk Audrey," pintanya pada Jeane yang kebetulan datang menyusul di saat mendengar keributan. 

"Aku takut Regan, istrimu ini benar-benar kejam. Ia sengaja mendorongku padahal aku tidak tahu berenang, kau pasti tahu itu." Audrey memeluk Regan di lengangnya dan menangis saat Regan balik memeluknya. 

"Sudahlah, kau sudah aman." Regan mengambil handuk dari tangan Jeane, lalu memakaikan ke tubuh Audrey. "Jeane, tolong bantu Audrey untuk mengganti pakaiannya." 

Rachelia hanya mendengkus melihat kelakuan mereka, lalu berderap meninggalkan drama menjijikkan tersebut. 

Setelah kepergian Jeane dan Audrey, Regan baru menyadari kalau ternyata Rachelia si biang masalah itu juga menghilang.

Lalu, kemudian Regan terpaku. Matanya tertuju pada bercak darah di antara pecahan gelas yang berhamburan di atas lantai. Keningnya berkerut, darah siapa itu? Setahunya Audrey tidak terluka sama sekali. 

Dan pertanyaannya terjawab saat menyadari kalau tempat itu adalah yang ditempati Rachelia berdiri. Dan membuatnya semakin yakin bahwa itu adalah darah Rachelia. 

Entah apa yang terjadi di sini, kenapa  Audrey menemui Rachelia dan kenapa Rachelia sengaja mendorong Audrey, pertanyaan itu terus berkelebat di dalam pikirannya. 

Membuatnya tampak frustasi dan lebih memilih menemui Rachelia yang pasti tengah berada dalam kamar tidur mereka.