Gwentama Corp
Gwentama Corp adalah perusahaan besar milik keluarga kaya Gwentama. Perusahaan yang dulunya dikelola oleh pendahulu anggota keluarga Gwentama, turun dikelola Arlando dan sekarang di pegang oleh Jayden, anak satu-satunya keluaraga kaya ini.
Dan di sini lah Jayden berada, di ruangan miliknya. Membiarkan Kinara di apartemennya entah melakukan apa, lalu ia sendiri sibuk dengan kegiatannya di kantor.
Jangan tanya apa, karena kegiatannya kalau bukan menghadiri pertemuan, ya memeriksa banyak laporan yang masuk dan bertumpuk di mejanya.
Ia bersyukur karena alibi sibuk, sang mama percaya dan tidak curiga kalau saat itu ia sedang berbohong.
Sebenarnya tidak sesibuk itu, ia hanya melakukan pertemuan, membahas kerja sama dan selanjutnya terserah dirinya ingin apa, tidak ada pekerjaan penting lain yang dikerjakannya lagi.
Tentu saja Jayden tidak memiliki banyak pekerjaan penting, saat dirinya sengaja mengerjakan semuanya, jauh sebelum hari pernikahannya dengan istrinya dilaksanakan.
Seketika ia merasa kesal, saat harus mengalami pernikahan diluar keinginannya. Meskipun tidak semuanya salah istri penggantinya, tapi tetap saja ia merasa ini adalah kesalahan wanita itu juga.
Kenapa?
Tentu saja, mestinya wanita dengan nama Kinara itu menolak dan meminta agar keluarganya mencari keberadaan istri sebenarnya terlebih dulu, sehingga pernikahan kemarin pun tidak perlu dilaksanakan.
Kenapa tidak ditunda saja dan kenapa pula ia harus luluh dengan rayuan sang mama serta perkataan malu kalau ditunda.
Hish ...
Memikirkan kejadian nahas yang dialaminya membuat kesal. Namun bukan Jayden namanya kalau sampai menyerah dan tidak mendapatkan apa yang diinginkan, ia akan pastikan kalau Kinara mendapatkan akibatnya karena berani menhancurkan impian indahnya.
"Sebaiknya aku memikirkan cara membuat wanita itu menderita, sambil mencari keberadaan Aliana saat ini," putus Jayden, menghentikan kekesalan yang tidak akan berujung kalau sampai ia tidak segera bertindak..
"Ck, lihat saja nanti, kalian berdua sudah salah mencari lawan."
Dengan lidah berdecak kesal. Jayden pun mengulurkan tangannya, mengangkat gagang pesawat telepon dan menekan tombol satu untuk menghubungi tangan kanan kepercayaannya, siapa lagi kalau bukan Sge yang kemarin untungnya tidak melihat rupa dari pasangannya.
Tut! Tut! Tu-
[Selamat siang, dengan Sage ada yang bisa dibantu?]
"Ge, ke ruanganku segera," perintah Jayden tanpa membalas sapaan dari tangan kanannya.
[Baik.]
Tut!
Setelah mendapat balasan dari tangan kanannya, Jayden pun memutuskan panggilan secara sepihak, kemudian mengurut pangkal hidungnya pelan, guna menghilangkan pening yang tiba-tiba saja menyerangnya.
"Dua perempuan, kakak-adik, sama-sama membuatku pusing," keluh Jayden antara lelah dan marah.
Ia tahu akan ada resiko seperti ini saat dari zaman ia kuliah, Aliana selalu menolaknya dan menjauh darinya. Tapi ia tidak menyangka, jika sampai pernikahan pun dirinya akan ditolak, bahkan sampai tega meninggalkannya saat hari pernikahan dan dengan kejamnya menyodorkan seorang wanita yang tidak disukainya.
Kabur dan melimpahkan tanggung jawab kepada adiknya, yang sialnya menerima begitu saja tanpa ada perlawanan.
Mimpi apa ia semalam.
Tidak lama kemudian, terdengar ketukan pintu dari arah luar ruangan, yang ia yakini jika itu adalah tangan kanannya, Sage.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk!" seru Jayden sedikit mengeraskan suara.
Ceklek!
Pintu terbuka, disusul dengan Sage yang melangkah pelan, memasuki ruangan setelah ia mempersilakan.
"Ada yang bisa dibantu, Bos?" tanya Sage formal .
Di luar mereka sahabat, tapi beda lagi ketika di dalam ruangan seperti ini kecuali Jayden memintanya, seperti saat ini saat pria itu berbicara santai kepadanya.
"Hn. Aku minta kamu cari keberadaan seseorang untukku," jawab Jayden tanpa basi basi dan menatap tegas kepada sang asisten.
Sudah biasa dengan nada datar dan sikap seenaknya dari sang atasan, Sage pun tidak mempermasalkannya. Namun saat mendengar permintaan pencarian seseorang, telinganya pun menjadi tegak, penasaran dengan seseorang yang sedang dicari oleh sahabatnya.
Sage menatap Jayden dengan alis terangkat, penasaran. Ia berpikir sejenak dan mencoba untuk menebak, tapi sayangnya tetap tidak ketemu jawaban tentang siapa yang sedang diburu oleh sahabatnya.
Selama ini hanya satu wanita yang selalu bisa membuat Jayden seperti ini.
Aliana, siapa lagi wanita yang mampu membuat sahabatnya bagai pria kekurangan wanita, padahal jelas banyak wanita yang siap membuka paha lebar jika itu Jayden.
Namun aneh.... Bukankah kemarin sahabatnya baru saja menikah dan ia mendengar sendiri yang disebut nama Aliana sebelum hari pernikahannya.
Ya memang sih, kemarin saat ia menghadiri pesta pernikahan, ia tidak melihat rupa dari Aliana yang selama ini di agung-agungkan kecantikannya oleh Jayden yang masih menatap serius.
Ia lupa-lupa ingat akan rupa wanita yang dimaksud, saat ia sendiri merasa tidak terlalu suka dengan seseorang bernama Aliana ini, seakan ia merasa jika wanita itu ini bukan wanita baik untuk sahabatnya.
Oke, lupakan. Coba kita dengar dulu, siapa dan kenapa sampai sahabatnya mencari seseorang seperti marah begini, batin Sage kemudian fokus dengan permintaan sahabatnya.
"Mencari seseorang? Siapa?" tanya Sage penasaran.
"Kamu tahu siapa itu dengan jelas, Ge," sahut Jayden dengan nada malas saat Sage bertanya padahal jelas sahabatnya tahu dengan sangat siapa yang saat ini sedang ia bicarakan.
"Aliana?" tebak Sage sedikit yakin dan menjadi kaget saat tebakan pertanyaan dijawab dengan anggukan kepala pelan oleh sahabatnya.
"Bukankah kalian kemarin melaksanakan pernikahan?" tanya Sage kali ini dengan nada terkejut luar biasa.
Bagaimana mungkin bisa mencari seseorang, yang jelas-jelas kemarin menikah dengan orang yang mencari.
Aneh sekali bukan?
"Tidak."
"Apa!?"
Seruan kaget dari Sage membuat Jayden diam-diam mengumpat, sepertinya ia tidak mungkin bisa menyembunyikan ini dari semua orang, apalagi kepada sahabatnya yang kebetulan belum tahu kenyataan sebenarnya.
Haruskah aku bercerita, ah! Tapi Sage pasti cepat atau lambat juga tahu, karena ini pun jalan satu-satunya untuk aku menemukan Aliana secepatnya. Juga masalah Kinara di kantor ini, batin Jayden berpikir keras.
Jayden sepertinya secara tidak sadar telah menghawatirkan Kinara. Ia ingat jika istri penggantinya itu masih terikat kontrak dengan perusahaannya dan diketahui jelas, jika sebelum masa kerja satu tahun karyawan tidak diperkenankan untuk menikah.
Atau Kinara keluar dari perusahaan, bekerja di tempat lain, lanjut Jayden masih dalam batin.
"Jay, Jayden, oy!"
Jayden tersentak kaget mendengar seruan berulang dari Sage yang saat ini menatapnya dengan kening berkening berkerut.
"Hn. Apa, kenapa?"
Sage baru ini melihat sahabatnya seperti sedang banyak beban pikiran, sebenarnya apa yang terjadi dengan si atasan berwajah datar di depannya, kenapa seperti ini.
Tapi aneh, bagaimana bisa, bukan kah kemari mereka melaksanakan pernikahan ya?
Sage yang masih belum tahu kebenaran sesungguhnya, hanya bisa menebak-nebak sendiri dengan spekulasinya. Namun sayang, ia sama sekali tidak dapat gambaran yang pas untuk menggambarkan kegelisahan sahabatnya.
"Sebenarnya, ada apa Jay?" tanyanya dengan sorot mata serius, sehingga Jayden yang sadar harus bercerita menghela napas berat, antara menyerah juga pasrah.
"Huft ... Baiklah Ge, aku akan cerita tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi denganku kemarin dan rencanaku hari ini," sahut Jayden pasrah.
Sebelum menceritakan kejadian sesungguhnya, ia berdiri dari duduknya kemudian berjalan ke arah jendela dan melihat jalanan ibu kota, yang selalu terlihat padat dengan kendaraan sebagai hiasan.
Pemandangan yang sama dengan yang saat ini dipandang oleh Kinara, meski tempat dimana berada berjauhan.
Ya, Kinara yang mau tidak mau diceritakannya kepada Sage, seseorang yang dipercaya olehnya bagai saudara sendiri.
"Sebenarnya ...."
Bersambung.