Chereads / Kinara: Love Me Please, Jayden. / Chapter 24 - Hati Lain Yang Patah

Chapter 24 - Hati Lain Yang Patah

Gwentama Corp

Ruangan Direktur

Sage terdiam dengan ekspresi tidak terbaca, setelah mendengar penjelasan Jayden, mengenai pernikahan yang baru kemarin dilaksanakan. Buku jarinya memutih, saat tangannya mengepal menahan berbagai perasaan antara kesal, marah, iba dan juga sedih disaat bersamaan.

Kesal dan marah kepada sahabatnya yang memiliki pikiran buruk, dengan niat buruk pula kepada wanita yang baru-baru ini menempati sudut hatinya. Iba dan sedih, saat memikirkan bagaimana nanti nasib wanita yang diam-diam ia sukai, meskipun masih tahap awal.

Dalam diam Sage merasakan sakit di hatinya, saat tahu jika kesempatannya untuk memiliki Kinara pupus, karena bagaimana pun saat ini wanita itu adalah istri dari Direktur di tempatnya bekerja, terlebih Direktur itu adalah sahabat sendiri.

Bagaimana bisa Tuhan membiarkan Kinara jatuh ke tangan Jayden yang memiliki niat buruk hanya karena alasan tidak mencintai dan akan mencari wanita lain yang tidak lain adalah Aliana.

Ya, wanita yang dari dulu tidak disukainya karena perangai buruk semasa kuliah.

Sage tahu dengan jelas tabiat dari Jayden seperti apa. Sahabatnya ini akan melakukan segala cara untuk mencapai tujuannya. Namun meskipun begitu, Sage juga tahu jika Jayden bukan pria jahat seperti niat buruk yang tadi diceritakan kepadanya.

Jayden memang keras kepala dan apa yang menurutnya benar maka itu lah yang akan benar, tapi Jayden bukan orang jahat seperti penampilan luarnya.

Jayden sosok dingin, dengan perasaan hangat di dalamnya. Sage tahu, jika dari awal sahabatnya hanya ingin menikah dengan wanita bernama Aliana, tapi sayang ternyata harus diganti dengan istri pengganti bernama Kinara.

Ia bahkan baru tahu, jika Aliana memiliki adik dengan beda umur tidak jauh. Ya, ini semua karena dari dulu Aliana terlihat manja dan keluarga Winandar sendiri hanya mengenalkan satu anak perempuan di setiap pesta.

Jayden yang duduk berhadapan dengan Sage menatap masih dengan datar, sama sekali tidak berubah setelah menceritakan apa keinginan dan tujuannya mencari keberadaan Aliana.

"Lalu bagaimana dengan pekerjaan Kinara?" tanya Sage setelah keterdiaman, saat dirinya mencerna setiap kalimat yang diucapkan oleh sang Direktur.

"Pecat, beres."

Sage segera berdiri dari duduknya. Ia menatap Jayden dengan pupil mata melebar, terkejut dan tidak habis pikir dengan apa yang baru saja didengarnya.

Sahabatnya benar-benar pria brengsek, bahkan ia yakin jika ini bukan keinginan dari Kinara dan ia menebak jika wanita itu hanya sebagai korban.

"Gila kamu, Jay!"

"Gila bagaimana Ge? Bukannya sudah jelas, jika karyawan dilar-

"Tapi dia istrimu saat ini, kamu jangan asal mengambil keputusan seenaknya. Kamu boleh membencinya, tapi dia berhak mendapatkan kebahahagian dengan caranya!"

Sage meninggiikan suaranya, menatap Jayden yang ikut berdiri dan menatap tajam.

"Kontrak jelas tertulis dengan dia yang tanda tangan setuju. Lagian kenapa kamu yang repot sih, aku berhak mengambil keputusan apa pun, aku pemimpin di sini kalau kamu lupa, asisten Sage Ferdiansyah."

Jayden dengan tegas menjawab kalimat bantahan dari sang asisten yang dengan lancang menyela ucapannya. Ia memandang Sage dengan raut wajah curiga, saat melihat bagaimana asistennya membela wanita yang kini menjadi istrinya.

Ada apa dengan Sage, batinnya curiga.

"Tapi, Jay. Kamu tahu sendiri, jika Kinara di pecat seperti ini artinya dia harus membayar uang finalti yang jumlahnya juga tidak sedikit," timpal Sage dengan nada lebih tenang, setelah ia berpikir rasional. Ia tidak ingin membuat Jayden tahu, jika sebenarnya ia masih berharap karena jelas sahabatnya tidak menyukai pernikahan ini.

Jayden terdiam memikirkan apa yang diucapkan oleh sang asisten. Sebenarnya karyawan di kantor pun tidak akan ada yang tahu karena dulu, tepatnya sebelum hari pernikahannya ia hanya mengumumkan berita pernikahannya, tanpa menyebut nama seseorang itu. Dan yang tahu dengan siapa ia menikah saat ini hanya Sage, yang ia undang untuk datang di pesta pernikahannya.

Mungkin ia tidak bisa mencegah berita nama istrinya tersebar luas, tapi setidaknya ia masih bisa menyembunyikan wajah Kinara sebenarnya dari publik.

"Baiklah, aku akan tetap mempekerjakan Kinara hingga masa kontraknya habis."

Mendengar perkataan Jayden, Sage tentu saja senang. Ia tersenyum dalam hati, tapi tatapan mata bahagia terlihat jelas di penglihatan Jayden yang berusaha tidak peduli dengan apa yang sedang sang asisten pikirkan saat ini.

Terserah, jika pun Sage menyukai Kinara, itu sama sekali tidak ada urusannya denganku, batin Jayden tidak peduli.

Ya, jayden bisa mengatakan itu di dalam hati, tapi ia tanpa disadari tangan yang ia letakkan di bawah meja mengepal, entah karena alasan apa.

"Sudah selesai, ingat apa yang aku katakan tadi," lanjut Jayden kemudian memutar kursi yang didudukinya, menghadap ke arah jendela dan memunggungi Sage yang mengangguk mengerti.

"Baik!"

"Kamu boleh pergi," imbuh Jayden kemudian.

"Baik, permisi," sahut Sage, lalu melangkah mundur baru setelah itu membalik tubuh berjalan menuju pintu, membuka dan menutupnya segera.

Blam!

Sepeninggalnya Sage dari ruangan itu, Jayden pun berdiri dari duduknya, mendekati dan berdiri di dekat jendela, melihat pemandangan luar dengan tangan memijat pangkal hidung guna menghilangkan pusing.

"Hais, wanita merepotkan," decak Jayden kesal kala mengingat perubahan ekspresi dari Sage yang mencurigakan.

Sementara itu, di koridor lain Sage yang saat ini hendak membuka pintu ruangannya berhenti sejenak, untuk menghela napas baru kemudian membuka dan menutupnya dengan perasaan kesal luar biasa.

Ia berjalan menuju kursinya dan duduk dengan hempasan kuat, juga tangan memukul permukaan meja sebagai pelampiasan akan rasa marah yang tidak dapat ia tunjukkan dengan sembarangan. Tangannya menyanggga dua sisi kepala, kemudian mengingat lagi perkataan dari Jayden yang membuatnya marah.

"Aku mau kamu lacak keberadaan Aliana, dimana pun dia berada harus ditemukan."

"Lalu bagaimana dengan istrimu yang sekarang?"

"Aku tidak peduli."

"Jadi, apa yang akan kamu lakukan dengan mereka, jika aku menemukan keberadaan Aliana?"

"Aku akan menceraikan Kinara dan kemudian menikahi Aliana setelahnya."

Tangannya berpindah tempat dari disisi kepalanya, untuk memijit pangkal hidungnya sambil mengumpat.

"Sial, kenapa harus Kinara yang jadi istri pengganti. Aku tidak mungkin merebut Kinara dari sahabatku sendiri, terlebih dengan status mereka sekarang ini. Sebagai pasangan kekasih saja aku tidak ingin, apalagi sepasang suami-istri, bagaimana bisa aku mengambilnya. Meskipun Jayden tidak menyukai Kinara, tapi tidak mungkin tidak akan luluh lama-kelamaan kalau tinggal bersama. Terlebih Kinara wanita yang menarik, tidak ada yang bisa menghindar dari pesonanya, termasuk aku dan semua yang bekerja di perusahaan ini."

Sage Ferdiansyah, baru ini dibuat langsung menyukai wanita di pertemuan pertama. Benar, ia menyukai Kinara saat pertamuan pertama mereka, tepatnya saat wanita itu akan memasuki ruangannya untuk wawancara kerja.

Wanita sederhana yang membuatnya tidak bisa untuk tidak memerhatikan, bahkan tidak jarang ia menyempatkan diri untuk bertegur sapa dengan Kinara.

Dan juga baru saja ia merasakan suka kepada seorang wanita, tapi sayang rasa sukanya terpaksa harus disudahi sampai sini, karena wanita itu adalah milik sahabatnya.

Sage terkekeh miris, tapi tak lama kemudian ia tersenyum. Ia meyakini dalam hati, jika lama-kelamaan Jayden pasti akan luluh kepada Kinara.

Kalau itu terjadi artinya ia menyerahkan Kinara kepada orang yang benar. Karena ia tahu, jika Jayden Gwentama adalah seorang pria yang setia, terbukti dengan cintanya untuk Aliana.

Anggap ini adalah tebakan ngaconya, tapi ia yakin jika apa yang saat ini dirasakan oleh Jayden kepada Aliana adalah cinta buta, bukan cinta sesungguhnya dan cinta sejati Jayden adalah seseorang yang sebentar lagi akan mengisi hari-hari di kehidupan Damar.

Meskipun ia tahu masih sangat panjang ceritanya, tapi ia berharap Kinara mampu melewatinya, itu saja.

"Kinara…, apa yang harus aku lakukan?" gumam Sage lirih, sedih saat merasakan patah hati lebih cepat dari yang dikira.

Miris sekali, padahal ia sama sekali belum berjuang, tapi sudah harus kandas saja.

Bersambung.