Chereads / Kinara: Love Me Please, Jayden. / Chapter 25 - Benar-benar Kejam

Chapter 25 - Benar-benar Kejam

Pukul. 18:00

Saat ini Jayden sedang di perjalanan, hendak pulang ke apartemen setelah seharian mengerjakan pekerjaan, yang datang tiba-tiba saat ia kira ia tidak memiliki pekerjaan yang tidaklah begitu penting.

Di dalam mobilnya, ia memutar lagu dengan alunan musik bernada tenang, menemani kesendirian juga untuk menenangkan pikiran, saat ia mengingat jika di apartemennya telah menunggu seorang wanita dengan status istri sah.

Di kantor tadi ia sudah memikirkan apa saja yang akan menjadi kesepakatan antara ia dan istrinya. Ia tidak peduli jika dianggap pria kejam atau apapun itu, terserah saja. Yang jelas ia hanya ingin bahagia dan kebahagiaannya adalah menikah dengan Aliana.

Sebentar lagi ia akan sampai di kawasan apartemen tempat tinggalnya, tepatnya apartemen milik keluarga.

Di sepanjang jalan yang dilalui, ia melihat banyak restoran maupun penjual makanan di pinggir jalan. Dalam hati ia merasa ada yang kurang, tapi apa? Ia mencoba mengingat, tapi tetap saja sama sekali tidak mengingatnya.

"Seperti ada yang mengganjal, tapi apa ya?"

Jayden berpikir dengan kening semakin mengernyit, kemudian mulai mencoba menguraikan satu per satu .

Di kantor ia sudah menyelesaikan pekerjaan, sudah menyimpan data-data, juga sudah membaca lagi bahan untuk meeting esok harinya.

Lalu, apa yang membuat keningnya mengernyit dan berpikir seperti ini coba?

Bahunya terangkat, berusaha melupakan apa yang tadi ia pikirkan.

"Entahlah, nanti juga ingat," putus Jayden, kakinya menginjak rem saat ia sudah sampai di basement, tempat biasa ia memarkirkan mobilnya.

Sebelum turun ia mengecek gawai, berharap ada berita tentang keberadaan Aliana dari sang asisten, tapi sayang sepertinya masih butuh waktu untuk menemukan keberadaaan wanita itu.

"Ck.... Lihat saja, apa yang akan aku lakukan jika kamu sudah aku temukan. Kamu sudah menyia-nyiakan kesempatan, saat aku masih berusaha lembut untuk mendapatkanmu."

Jayden hanya bisa mengepalkan tangannya kesal, entah saat ini apa yang ia rasakan untuk Aliana, cinta kah atau obsesi dan rasa marah akan penghinaan yang ia terima.

Yang jelas, keberadaan Aliana di mana yang saat ini diutamakan, lalu selanjutnya bisa diatur.

Setelah merasa tenang, ia pun turun dari mobilnya dan berjalan santai menuju lift yang akan mengantar ke lantai tempatnya tinggal.

Ting!

Lift terbuka, tanpa banyak bicara ia masuk dan menekan tombol angka dua puluh, menunggu dengan pandangan mata datar dan tubuh tegak seakan dalam tempat tidak terlihat pun, ia harus menunjukkan ketegasannya.

Ting!

Akhirnya sampai juga, ia pun melangkah ke arah pintu dengan nomor kamar 201, memasukan sandi akses dan membuka pintunya pelan.

Terang adalah hal yang ia lihat, saat memasuki huniannya.

Ah! Ia ingat jika mulai hari ini ia harus berbagi atap, berbagi tempat tinggal bersama istri penggantinya.

Tidak ada salam darinya, karena ia masih belum terbiasa dan juga enggan untuk melakukannya. Baginya untuk apa, ia bahkan ingin sekali memungkiri jika ia saat ini sedang tinggal dengan sang istri.

Setelah melepas sepatu dan mengambil sandal rumah, menggantikan posisi sandal dengan sepatunya di rak sepatu, yang sekarang sudah bertambah dengan sepatu lainnya. Sepatu sneaker berwarna putih untuk perempuan, yang ia yakini jika itu adalah milik Kinara.

"Ck!"

Decakan lagi-lagi meluncur begitu saja dari bibirnya. Entahlah, ia merasa kesal selalu menggelayut sejak menjadi seorang suami dari istri pengganti yang sama sekali tidak diinginkanya.

Tap! Tap! Tap!

Sepanjang ia berjalan, ia tidak mendengar suara lain, selain suara yang berasal dari ruang tamu. Sepertinya wanita itu sedang menonton televisi.

"Enak sekali, aku lelah seharian bekerja dia santai dan berleha-leha," desis Jayden dengan rasa kekesalan yang tercetak jelas di raut wajahnya.

Di depannya ada sofa dengan seorang wanita tidur meringkuk dan membiarkan televisi menyala tanpa tidak ditonton.

Dan ia tidak bisa untuk tidak menggeram kesal melihatnya.

"Dia pikir bayar tagihan listrik tidak mahal apa. Dasar wanita bodoh," decih Jayden sinis, berdiri menjulang di samping sofa dimana Kinara tidur meringkuk di sana.

Ada perasaan aneh di hatinya, saat melihat gaya tidur si wanita yang terlihat lucu dan gemas di matanya. Namun detik betikutnya ia segera menggelengkan kepala dan menampik apa yang dipikirkannya.

Lucu, gemas? Yang benar saja, pikirnya.

"Apa dia lelah menungguku? Apa dia tidak pegal tidur dengan pose seperti itu?" gumam Jayden bertanya dengan dirinya sendiri, saat ia memperhatikan dalam diam Kinara yang masih tertidur pulas.

Kepalanya kembali menggeleng, menyadarkan diri dari rasa aneh dan melow yang tiba-tiba datang.

"Ck, apa-apaan ini. Apanya yang gemas sih, lagian buat apa aku memikirkannya" lirihnya kesal sendiri.

Karena tidak ingin membuat pikirannya semakin melantur, ia pun dengan sengaja melempar tasnya ke sofa lainnya, sehingga menimbulkan bunyi yang membuat Kinara terjaga dari tidurnya.

Brugh!

"Jay- maksud saya, Tuan Jayden," cicit Kinara gugup, hampir salah memanggil nama seorang pria di depannya saat ini. Ia menundukkan wajah, tidak berani melihat wajah sang suami terlalu lama, saat sekilas saja sudah tampak menyeramkan.

Percayalah, wajah datar Jayden benar-benar membuat bulu kuduknya meremang, meski tetap saja masih tampan seperti biasanya.

Pukul berapa sekarang? Sepertinya aku ketiduran, batin Kinara gelisah.

Jayden hanya menatap datar Kinara yang bergerak salah tingkah di hadapannya, menghitung sampai tiga guna menormalkan intonasi suara agar terdengar seperti biasa.

Huft ... Wanita ini baru juga 24 jam masuk ke dalam hidupku. Tapi sudah berhasil membuatku kesal bukan kepalang, batin Jayden, mengalihkan wajah melihat lainnya, menenangkan diri saat kendali atas dirinya sendiri seakan menghilang.

Kinara bingung saat Jayden hanya diam saja, tapi baru saja ia ingin bertanya suara rendah dari sang suami sudah membuatnya kembali ciut.

"Bagus…."

Kinara hanya bisa diam, mendadak ia menjadi bisu ketika mendengar kalimat yang kembali dilontarkan Jayden.

"Apa selama di rumah Winandar kerjaan kau hanya bermalas-malasan, heum?"

Tidak menjawab, meski kini wajah Kinara sudah terangkat dan menatap Jayden dengan kepala menggeleng.

"Apa kau pikir aku akan menjadikanmu seperti ratu di rumahku, huh?" tanya Jayden mencibir, tapi sayang karena tidak ada jawaban ia kehilangan sabar dan membentak Kinara yang seketika berjenggit. "Jawab! Apa kau tuli, hah!"

Jayden menatap marah Kinara yang hanya diam, kepala itu kembali menunduk tidak berani menjawab, takut jika apa yang akan diucapkan justru akan membuat sang suami semakin marah.

"Maaf…." Kinara hanya bisa mencicit, tapi jawaban itu justru benar-benar semakin menyulut emosi Jayden.

"Maaf! Kau pikir dengan maaf rasa kesal akan selesai begitu saja? Ceh!" sarkas Jayden dengan decakan sinis di akhir kalimatnya.

"Maaf."

"Apa kau tidak ada kata-kata lain, selain kata maaf heh?" dengkus Jayden masih dengan sinisnya, menatap rambut yang menutupi wajah Kinara semakin tajam.

"Maafkan aku, aku berjanji tidak akan seperti ini lagi. Aku-

"Alasan, bilang saja kau senang bisa bertingkah layaknya ratu di sini, saat aku tidak ada. Iya kan?" Jayden menyela dengan tajam kalimat yang akan Kinara jelaskan kepadanya, kemudian memerintah sengit. "Bangun!"

Kinra sontak segera bangun dari duduknya, saat mendengar nada perintah mutlak dari Jayden. Ia berdiri dengan kaki gemetar di hadapan Jayden masih dengan wajah menunduk.

"Dengar ini baik-baik. Kedepannya aku tidak ingin lagi melihat kamu duduk di sini. Duduk di sofa ini, duduk di kursi yang ada di dapur, atau di mana pun kecuali lantai. Dengar itu, lantai! Kau hanya diperbolehkan duduk di lantai, karena kau pantasnya di sana."

Deg!

Kinara mengangkat kepalanya segera, menatap nanar dan tidak percaya akan apa yang baru saja di katakan oleh suaminya.

"Ken-kenapa Tuan, kenapa aku tidak-

"Karena aku tidak ingin barang-barang yang ada di sini kamu nikmati," sela Jayden cepat, kemudian mendekati Kinara yang refleks mundur, meski percuma karena sofa membuatnya tidak bisa pergi kemanapun. "Aku tidak sudi berbagi barang denganmu, bahkan aku sebenarnya tidak sudi membiarkan kau tinggal di sini, dengar itu," lanjutnya lalu dengan cepat menarik wajahnya kembali, berlalu meninggalkan Kinara yang berdiri kaku, menatap Jayden yang berjalan dengan mata berkaca-kaca sedih.

Ya Tuhan, berikan aku kesabaran, batin Kinara sedih.

Brak!

Berjenggit kaget saat mendengar bantingan yang dilakukan dengan sengaja oleh Jayden, Kinara mengusap dada dimana jantungnya berdetak kencang, merasakan takut akan kemarahan sang suami.

"Apa salahku sebenarnya, aku hanya tidur menunggunya pulang di sofa dan dia marah, benar-benar kejam," lirih Kinara dengan hati mencoba sabar.

Bersambung.