Chereads / Kinara: Love Me Please, Jayden. / Chapter 27 - Suatu Hari Nanti, Bisakah Kamu Menerimaku?

Chapter 27 - Suatu Hari Nanti, Bisakah Kamu Menerimaku?

Apartemen Sky Land Kota X

Saat ini Kinara sedang merebahkan tubuh lelah di ranjang yang ada di kamarnya. Kamar sendiri di samping kamar Jayden yang menegaskan jika mereka tidak akan tidur di tempat yang sama, kecuali ada acara keluarga dan mengharuskan mereka menginap di mansion utama.

Kinara tentu saja menyambutnya dengan suka cita. Ia juga tidak ingin tidur di ranjang sama, saat orang yang tidur dengannya sama sekali tidak menginginkan keberadaannya. Lengan diletakkan di atas keningnya, kemudian mendesah lega saat ia ingat perkataan terakhir dari suaminya.

"Selanjutnya ... Aku mau kau tahu. Kalau kau masih bisa bekerja hingga waktu kontrak habis, lalu silakan keluar dan carilah pekerjaan baru."

Setidaknya ia bersyukur, karena Jayden masih mengizinkannya tetap bekerja sehingga ia tidak harus menjalani kehidupan seperti di penjara.

Ia menjamin jika ia tidak bekerja dan seharian menunggu Jayden pulang, kejadian tadi saat pria itu pulang kerja akan terulang lagi.

Sebenarnya bukan hanya karena ia bisa bekerja sih yang membuatnya senang, tapi juga karena Jayden bilang jika pernikahan ini belum diketahui oleh karyawannya di kantor. Ia pikir kalau mereka tahu ia adalah istri sang direrktur maka akan ada kejadian sama seperti ia datang ke apartemen ini, yaitu mendapat perlakuan istimewa saat tahu jika ia adalah istri seorang Jayden Gwentama.

Matanya lama-lama terasa berat saat kantuk menyerang. Ia menoleh ke arah nakas samping tempat tidur dan melihat jam digital yang terpajang apik menunjuk angka sebelas.

"Sudah malam, sebaiknya aku tidur. Besok aku mulai dengan kehidupan baruku," gumam Kinara lalu tidak lama kemudian dengkuran halus pun terdengar darinya.

Sedangkan di tempat lain, tepatnya di kota jauh dari tempat Kinara berada. Ada seorang wanita dan laki-laki yang sedang merasakan kesenangan duniawi.

Seorang wanita itu bersenang-senang dengan kekasihnya, tanpa memikirkan keadaan adik yang menjadi korban akan keegoisannya.

Di atas ranjang yang sprainya berantakan tertidur seorang wanita—Aliana yang sedang berada di atas tubuh seorang pria sambil mendesah hebat.

Keduanya sedang menikmati waktu malam kedua mereka di dalam kamar hotel sewaan, sebelum besok keduanya melakukan penerbangan atau pergi jalan-jalan ke negara gingseng—Korea dengan anggapan love vocation before marriage.

Bibir Aliana terbuka seiring dengan racauan yang dikeluarkannya, senyum nakal juga senantiasa terpasang ketika tatapan keduanya bertemu. Tidak sampai di situ, ketika sang kekasih menyebut namanya dengan geraman entah kenapa ia semakin dibuat bersemangat.

"Yeah Baby, move faster! (Ya Sayang, bergerak cepat)" racau Vasco dengan keringat mengalir di pelipis.

Keduanya masih berlomba memerah keringat, saat satu sama lain mencoba meraih surga dunia yang berkali-kali didapat dengan kepuasan.

Aliana menengadahkan wajah ke atas sana, kemudian kembali melihat kekasihnya yang tetap menatapnya dengan senyum tampan kesukaannya.

Punya kekasih tampan dan anak dari orang kaya seperti Vasco Hadiutama. Bagaimana bisa ia melepaskannya dengan mudah, lalu menikah dengan laki-laki freak seperti keturunan Gwentama.

Sampai mati pun aku tidak mau, batin Aliana saat ingat dirinya hampir menjadi istri dari laki-laki yang ia hindari selama kuliah dulu.

"Ah! Sayang, aku hampir sampai," seru Aliana dengan nada manja, sehingga Vasco pun kembali mencium ganas si wanita yang melenguh di dalam cumbuan.

"Bersama Sayang. Ah!"

Aliana menatap dengan memuja Vasco yang tampak sempurna di matanya. Kemudian mengangguk masih dengan nada manja saat membalas ajakan kekasihnya. Sedangkan Vasco, ia mengambil alih dengan bergerak lebih cepat ketika ia membalik keadaan saat Aliana yang kini dibawahnya.

Hingga puncak pun menghampiri dan Vasco ambrug di atas tubuh Aliana yang napasnya memburu sambil memeluk tubuh si pria.

"Saat di Korea nanti, pokoknya kamu harus temani aku. Janji loh Sayang," tandas Aliana di antara tarikan napasnya yang tidak beraturan.

"Iya-iya, aku janji, sayang."

Aliana senang, ia kembali memeluk leher kekasihnya, kemudian mulai memejamkan mata saat rasa lelah menghampiri. "Aku lelah…."

"Tidurlah, aku akan memelukmu sepanjang malam ini Sayang," perintah Vasco lembut dan tak lama kemudian dengkuran halus pun terdengar memenuhi kamar.

Aliana yang tertidur sempat tersenyum, membayangkan sosok Vasco yang menurutnya sempurna. Jelas saja Vasco Hadiutama adalah anak dari seorang pengusaha di bidang konstruksi, perusahaan yang selalu menjadi saingan dan sayangnya selalu kalah juga dengan Gwentama Corp.

Hadiutama sendiri adalah perusahaan menengah yang tidak bisa di sandingkan saat Gwentama sendiri adalah induk dari beberapa perusahaan besar lainnya.

Jadi bisa dibilang, jika Gwentama adalah pusat dari pasar saham di kota X ini.

Vasco adalah seorang pria yang belum diketahui dengan jelas, bagaimana dan seperti apa oleh Aliana. Namun sayang, cinta sudah membutakan mata wanita itu dan alhasil menganggap jika Vasco adalah segalanya maka mau seperti apapun Vasco, Aliana tetap akan mencintainya.

Lagian .... Vasco juga berjanji akan menikahinya, kemudian membuat perjanjian merger dengan jaminan, jika perusahaan Winandar akan menjadi perusahaan semakin besar dan sukses.

Keduanya pun sama-sama terlelap di dalam kamar, satu ranjang dengan hanya tertutup selimut saling berbagi.

Kembali pada Kinara yang saat ini sedang tidur di kamarnya. Alarm yang diatur olehnya berbunyi, dengan ia yang sigap bangun dari tidur.

Pukul. 04:35

Pukul sudah hampir memasuki waktu ibadah.

Kinara pun bergegas bangun untuk mandi dan kemudian beribadah, sebelum mengerjakan pekerjaan rumah yang akan menjadi tanggung jawabnya.

Mandi singkat namun bersih, Kinara pun memulai ibadah dengan khusyuk. Di dalam sujudnya, ia meminta kepada-Nya untuk kesehatan orang tua, kebahagiaan ibunya yang ada di surga. Juga mendoakan kebaikan untuk suaminya, agar selalu ada dalam lindungan-Nya.

Ia menutup dengan Amin dan senyum tulus dibibirnya, saat kesehatan juga masih ia nikmatinya hari ini.

Setelah selesai, Kinara keluar kamar dengan baju sederhananya. Ia berjalan ke arah dapur, membuka lagi kulkas yang isinya sudah berubah saat tadi malam ia ketahuan kelaparan, dengan bunyi perut yang sungguh membuatnya malu.

Ia kira suami iblisnya akan membiarkannya mati kelaparan, tapi ternyata dia tidak sekejam itu saat ia dengan suara menahan malu, menjawab pertanyaan klasik berujung dengan ia yang diolok habis-habisan.

"Bunyi suara perutmu bahkan lebih nyaring dari pada kau saat berbicara. Bagaimana bisa seperti itu, huh?"

"Emang yah, perut itu lebih jujur dari pada pemiliknya."

"Kau ini bodoh atau apa! Jawab kalau sedang diajak bicara, hih bikin kesal saja. Padahal kamu bisa pesan makanan, belanja keluar rumah dan membeli makanan di restoran."

Meski sempat kesal mendengar ucapan Jayden, tapi saat pria itu melanjutkan perkataan ia pun dibuat diam dan melihat suaminya dengan kening berkerut.

"Diam di sini, aku akan membeli bahan makanan, untuk kamu makan dan besok sarapan."

Kemudian berjalan ke arah kamar, dengan pintu hunian mereka berbunyi setelahnya. Dan ternyata, Jayden menelpon bawahannya, untuk membelikan bahan makanan sederhana untuk di makan oleh mereka.

Kinara yang mengingatnya tersenyum kecil, lucu dengan apa yang di alaminya. Bibir dengan lidah tajam, juga ucapan pedas dan sinis, tapi masih punya sisi kemanusiaan dengan tidak membuatnya mati kelaparan malam itu.

Suaminya seperti punya kepribadian ganda.

Kadang akan jahat dan terkesan kejam, tapi ada kalanya baik seperti tadi malam dan mengizinkannya tetap bekerja, juga menyetujui keinginan menutupi pernikahan di tempat yang masih bisa ditutupi dengan banyak alasan jika dibutuhkan.

"Jayden, apa suatu saat kamu bisa menerimaku. Paling tidak, kita menjadi seorang teman dan bukannya musuh dengan kebencian kepadaku," gumam Kinara berharap, kemudian menutup pintu kulkas setelah tahu apa yang akan di masaknya untuk makan pagi hari ini.

Bersambung.