______________________________________________
Author Note:
Di saat Karl ingin meminta maaf kepada Beverly, Ayahnya Karl malah meminta dia untuk memecahkan sebuah kasus. Karl tidak bisa menolak, karena kasus ini berhubungan dengan... Beverly.
______________________________________________
Dari kejadian itu, selama 3 hari Beverly nyuekin Karl. Yang biasanya kalau Karl ketiduran pas jam pelajaran di bangunin, ini udah gak lagi. Yang biasanya nemenin Karl tidur di bangku taman, juga udah gak pernah lagi. Yang biasanya nemenin Karl hangout bareng si kembar, Felix-Rave, ini udah gak lagi. Bahkan kalau Karl sms Beverly, Beverly cuekin. Gak pernah di balas. Begitu juga kalau di telepon. Padahal dia ingin meminta maaf pada Beverly. Karl benar-benar bingung. Sampai suatu pagi.
"Karl!" Teriak Felix di kelas.
Teriakan Felix gak cukup membuat sadar Karl yang lagi bengong ngeliat keluar jendela. Felix terus liat Rave.
"Dia kenapa Rave?" Tanya Felix.
Rave cuman angkat bahu.
"Gue serius. What's wrong with him?"
"Iya. Gue juga serius. Gue gak tau."
"Terus gimana dong ini?" Tanya Felix.
"Hmmm… Teriak di kuping dia mungkin lebih ampuh." Ide jail Rave kelihatan meyakinkan Felix kali ini.
"Okay! Gue setuju. On Three!"
"Roger Captain!"
"One… Two… Three!"
Dengan seru dan kuat, mereka berteriak di kedua telinga Karl. "KARL MILLER!"
Seketika itu juga Karl tersadar.
"AH! Kenapa sih lo berdua! Udah gila?!" Protes Karl.
"Kita gak gila" Kata Felix.
"Tapi kita bingung." Sambung Rave.
"Sama kelakuan lo" Lanjut Felix
"Tiga hari belakangan ini." Sambung Rave lagi.
"Lo kenapa?" Kata si kembar kompak.
Karl cuman bisa diem. Dia gak tau mau jawab apa lagi. Dua anak kembar sahabatnya ini rupanya benar-benar memperhatikan Karl.
"Gue gak apa-apa." Jawab Karl lemes.
"Yakin? Apa karena Baverly?" Tanya Felix
"Iya. Soalnya lo kayak ada jarak gitu sekarang sama Beverly. Beverly juga. Dia malah jaga jarak sama lo. Kan kita bingung." Tambah Rave.
"Beverly gak bales sms gue. Telepon gue juga gak di angkat. Ah. Udah. Gue gak kenapa-napa. Its okay mate."
Pagi itu ada yang aneh. Beverly tidak masuk sekolah. Awalnya Karl gak curiga. Tapi tiba-tiba seorang guru berlari ke kelasnya Karl bersama dengan dua orang detektif dari kepolisian London.
"Karl Miller! Apa dia ada disini?" Tanya guru tersebut.
"Loh kok dia bawa polisi… Karl! Lo ngapain memangnya?!" Tanya Rave panik.
"Apaan sih Rave. Enggak ada apa-apa juga. Iya Mam! Saya disini" Jawab Karl.
"Lalu, Rave dan Felix. Apa ada disini?" Tanya guru itu lagi.
"Ada mam!" Jawab si kembar kompak.
"Kalian tolong ikut kami." Kata sang detektif.
Akhirnya, Karl beserta Felix dan Rave ikut dengan dua orang detektif tersebut. Mereka masuk ke dalam mobil. Di jalan, Karl bertanya kepada mereka.
"Maaf, tapi ada apa ini?"
"Kau, Karl Milller kan? Anaknya James Miller? Ayahmu meminta kami menjemputmu untuk membantu Inspektur David Wayne. Kenal pada Baverly Watson?"
"Iya. Saya kenal? Ada apa dengan dia?"
"Mungkin ketika anda di TKP dan bertemu dengan Inspektur David, itu akan lebih baik."
Setelah perjalanan selama 30 menit, Karl dan si kembar tiba di sebuah lokasi perumahan. Sang detektif mengantarkan mereka bertemu dengan Inspektur David Wayne.
"Selamat pagi Inspektur" Sapa Karl.
"Oh iya. Selamat pagi juga, Karl. Dan siapa anak kembar ini?"
"Aku Felix McBride"
"Aku Rave McBride"
"Oh baiklah. Kalian teman-teman Beverly bukan? Mungkin Kalian akan sedikit kaget dengan berita ini. Orang tua Beverly, tuan dan nyonya Watson sedang pergi untuk urusan bisnis ke Manchester. Beverly tidak ikut. Dia memilih tinggal disini bersama pembantunya, Dean Angeline. Namun hal buruk terjadi. Seorang pencuri masuk ke dalam rumah dan membunuh Dean. Lalu dia menculik Beverly. Aku melaporkan ini kepada ayahmu dengan harapan dia dapat membantu. Tapi dia terlalu sibuk. Jadi dia menyarankan agar aku memanggil kamu."
"Anda Serius?! Beverly di culik?! Mustahil!" Kata si kembar kompak.
"Inspektur. Jam berapa penculikannya?" Tanya Karl pada Inspektur.
"Pagi ini. Kami menerima laporan pukul tujuh pagi."
"Dari siapa?" Tanya Karl lagi.
"Dari seorang pria yang menggunakan telepon umum. Tapi anehnya, pria itu tidak ada di sini. Bahkan namanya tidak pernah di dengar penduduk di sini. Makanya aku bingung."
"Apa ada kehilangan?"
"Sejauh ini tidak."
"Berarti ini kasus penculikan."
Karl diam sebentar. Sejujurnya, hatinya hancur saat itu. Saat dia mengetahui dan menyimpulkan sendiri bahwa Beverly telah di culik. Batinnya berantakan gak jelas. "Perasaan apa ini? Apa.. Ah tidak. Rasa suka dan sayang hanya akan mengganggu gue dalam penyelidikan. Tapi, perasaan ini… Rasa sayang? Ah! Beverly! Kenapa harus cari masalah mulu sih?!" Katanya dalam hati.
Dia coba berpikir. Lalu dia meminta ijin untuk masuk ke dalam TKP sementara si kembar lebih memilih menuggu di luar. Karl tahu Beverly merupakan anak yang pintar. Jadi, dia pasti akan (setidaknya) meninggalkan petunjuk walau sedikit. Pertama-tama dia dan inspektur masuk ke dalam rumah itu. Di pintu depan, dia melihat ke gagang pintu yang sudah hancur dan di pintu bagian luar ada bekas tanahnya. Lalu dia melihat mayat Dean Angeline yang tergeletak tidak jauh dari pintu masuk. Karl lalu berkeliling diantara ruang tamu – dapur – pintu masuk untuk beberapa saat. Lalu dia menyimpulkan.
"Pembunuh ini masuk dengan menendang pintu. Lalu dia bertemu dengan Dean yang baru saja selesai memasak. Tanpa ampun, pembunuh ini membunuh Dean dengan menusuk badannya berulang-ulang. Setelah itu dia ke atas untuk menemui…. Beverly.." Kata Karl.
"Baik. Kita ke atas. Siapa tau ada petunjuk kan?" Ajak inspektur.
Mereka berdua ke atas dan masuk ke dalam kamar Beverly. Karl berdiri dan berpikir sejenak.
"Jika gue menjadi Beverly, apa yang akan gue lakukan?" Katanya.
Dia lalu melihat ke arah pintu kamar.
"Pintu kamar ini punya kaca buram di bagian atasnya. Dia pasti akan melihat si penculik. Kalau gue jadi Beverly, gue akan ninggalin jejak. Tapi pake apa? Oh. Yah. Sesuatu yang mencolok. Seperti….." Karl lalu melihat sekelilingnya. Dia menemukan botol minyak wangi di lantai.
"Ini.. Botol minyak wangi. Terlebih sudah habis."
Karl mengendus baunya dan menerawang botol itu. Dia melihat tanda yang melingkar di dalam botol tersebut.
"Beverly menggunakan minyak wangi ini. Tapi untuk apa?"
Dia terdiam sebentar. Lalu…
"Ah! Lantai! Itu dia." Kata Karl sambil mengendus lantai.
"Ini. Bau minyak wangi ini. Sama dengan yang di botol. Si penculik menyeret Beverly. Tapi dia membuat jejak menggunakan minyak wangi ini. Cukup pintar, Beverly." Gumamnya.
Lalu dia mengikuti bau dari minyak wangi itu. Dari kamar Beverly yang terletak di atas, menuju tangga, hingga ke ruang tamu dan ke pintu depan. Namun bau dari minyak wangi itu berakhir di pintu depan. Karl kembali memperhatikan sekelilingnya.
"Seharusnya ada petunjuk tambahan disini. Apa? Apa yang gue lewatkan?" Kata Karl sambil tetap memperhatikan sekelilingnya.
Karl melihat sesuatu di dekat pintu depan yang rusak itu. Dia coba mendekatinya. "Noda darah." Katanya.
Dia semakin mendekat dan menemukan tulisan yang terbentuk dari noda darah. LDN-EY
"LDN-EY? Apa artinya?" Tanya inspektur.
Karl menyimpulkan "Ini darah Beverly. Dan LDN-EY adalah… London Eye. Beverly di bawa kesana. Dan inspektur. Segera bawa polisi-polisi anda ke London Eye! Kita selamatkan Beverly!" Kata Karl kepada Inspektur David.
"Tunggu gue, Beverly."
To Be Continued
Next Issues: Beverly dalam bahaya! Dia diculik dan di bawa ke London Eye. Yang jadi masalah, penculiknya itu merupakan orang yang pernah Karl tangkap sebelumnya.