Aku dan Danny yang membaca isi surat itu, kini saling bertatapan. Kami bingung. Nomor 7? Si merah marun? Langkah penghancuran? Maksudnya ini apa? Aku sama sekali tidak mengerti.
"Inspektur. Tadi, apakah ada seseorang yang datang kesini sebelum kami? Dan apakah anda kenal siapa Heathcliff?"
"Hmm. Tidak. Saya tidak kenal siapa dia, Danny. Dan iya, yang tadi kesini adalah orang yang memberikan surat."
"Sebelumnya? Maksudku, sebelum Heathcliff? Tidak ada yang datang?" Tanya Danny lagi.
"Setau saya sih tidak… Eh, tunggu. Ada! Tuan Tanaka Gorou. Dia datang kesini dan dia ingin memberikan data-data tentang SCARLET sejauh yang dia tau."
Tanaka? Nomor 7? Merah Marun? Tunggu! Ini mulai masuk di akal. Aku mengambil kertas yang di tulis Danny tadi mengenai SCARLET dan menunjukannya pada Inspektur.
"Inspektur. Lihat ini. SCARLET merupakan singkatan dari nama-nama pendirinya. SCARLET sendiri terdiri dari 7 huruf. Dan tuan Tanaka ada di list nomor 7 dari SCARLET. Juga, jangan lupa. SCARLET menggunakan pita merah marun."
"Kalau begitu man, mereka mengincar tuan Tanaka. List nomor 7 yang melambangkan tuan Tanaka, dan warna merah marun yang melambangkan SCARLET. Cepat! Kita harus ke rumah Tanaka! Inspektur, kerahkan polisi-polisi terbaik anda sekarang menuju rumah Tanaka!"
Kami segera mengumpulkan polisi dan menuju rumah Tanaka yang terletak di daerah Bekasi. Lebih tepatnya di perumahan Sumarecon. Perumahan yang cukup elite, terlebih rumahnya yang sangat besar semakin menunjukan kalau Tanaka adalah orang yang berpengaruh di SCARLET.
Ketika kami tiba di rumah tersebut, kelihatannya aman-aman saja. Bodyguard yang dimiliki Tanaka cukup banyak dan tidak ada satupun dari mereka yang terluka ataupun melihat hal yang aneh. Kami bertemu Tanaka dan menjelaskan situasinya serta memberikan surat yang inspektur terima.
"Hal macam apa ini?! Ini konyol! Hahahaha" Tawa tuan Tanaka membuat kami heran.
"Hal ini tidak mungkin terjadi! Mereka tidak akan bisa membunuh saya malam ini. Kalian liat pengawal saya? Liat mereka? Mereka orang-orang yang terlatih dan hebat"
"Tapi tuan Tanaka. Anda berada dalam…"
"Dalam apa? Bahaya? Oh ayolah Herman. Mereka orang-orang terbaik saya. SCARLET tidak akan bisa menyentuh sehelai rambut saya. Saya tau bagaimana mereka bergerak. Lagian, dari mana anda tau kalau saya dalam bahaya? Kalau anda Karl Miller, iya saya akan percaya. Anda hanya asisten kecilnya saja. Hahaha. Jadi lebih baik, kalian bertiga pulang dan bawa kembali polisi-polisi kalian."
Kesombongan yang dibuat Tanaka membuat aku muak. Memangnya siapa dia? Kami putuskan untuk pergi dari rumah itu. Baru berjalan 30 meter dari rumah Tanaka, Danny yang menengok kebelakang melihat 2 orang bodyguard Tanaka tertembak di kepala. Lalu terdengar suara rentetan tembakan yang memecah kehingan malam. Tanaka telah diserang .
"Inspektur! Putar balik! Tanaka sudah diserang!" Teriak Danny.
Kami memutar balik dan 20 meter dari rumah Tanaka, kami turun dari mobil lalu mengambil senjata dan perlengkapan kami lalu inspektur mulai memberikan instruksi.
"Malam ini, kita akan terjebak dalam medan pertempuran. Objektif kita adalah mengamankan Tanaka. 2 Squad akan bersama Herman dan Danny untuk mengamankan Tanaka dengan segera. 4 squad lainnya akan bersama saya untuk menjaga agar SCARLET tidak masuk ke rumah tersebut. Mengerti?"
"Mengerti pak!" Jawab para polisi dengan serentak.
Kami lalu berjalan ke arah rumah tersebut. Belum mendekati pintu gerbang, kami sudah disambut dengan tembakan-tembakan dari anggota SCARLET.
"Inspektur! Kita tidak bisa begini. Aku akan memanfaatkan kecepatanku untuk berlari ke rumah itu. Herman dan squad yang lain akan ikut di belakang berlari secepat mungkin. Inspektur, lindungi kami!"
Danny segera berlari ke arah rumah tersebut, menerobos masuk dan mulai mencari tuan Tanaka. Sementara aku dan 2 squad polisi lainnya berusaha untuk lari dan mencoba menghindari peluru-peluru yang berterbangan. Kami masuk rumah itu, menembak beberapa anggota SCARLET dan mengamankan rumah tersebut. Tidak lama kemudian, Danny berbisik melalui HT-nya
"Herman! Cepat ke lantai 2! Tapi jangan berisik!"
"Memangnya kenapa?"
"Sudah, cepat kesini. Minta 2 squad dibawah untuk berjaga-jaga"
Aku segera naik ke atas dan menghampiri Danny. Dia sedang menunduk dan memperhatikan 3 orang yang ada di dalam kamar Tanaka. Kamar itu tidak tertutup, jadi kami bisa melihat mereka walau kami harus bersembunyi agar tidak ketahuan.
"Bagaimana inspektur?"
"Dia di depan bersama polisi yang lainnya. Menjaga agar SCARLET tidak masuk rumah ini. Mereka masih baku tembak. Oh ya, Danny, mereka siapa?"
"Herman, coba lo dengerin apa yang mereka omongin baik-baik."
Aku mulai mendengarkan percakapan 3 orang tersebut.
To Be Continued