Chereads / The Adventure of Detective Karl / Chapter 24 - File Case 09: Number 7 (Part Three) - Mungkinkah?

Chapter 24 - File Case 09: Number 7 (Part Three) - Mungkinkah?

"Herman, coba dengerin apa yang mereka omongin baik-baik."

Aku mulai mendengarkan percakapan 3 orang tersebut.

"Oh ayolah Tanaka! Mana mungkin kau mengkhianati kami demi orang ini!"

"Hey! Jaga mulutmu! Aku mengkhianati SCARLET karena aku sadar kalau selama ini kita salah! Sudah berapa banyak orang yang kita bunuh? Sudah berapa banyak uang haram yang kita dapatkan? Sudah berapa banyak Negara yang kita intervensi? Berapa banyak presiden kita kuras? Hah? Seluruh dunia memang tunduk pada kita! Tapi mereka takut dan benci pada kita! Aku memang tidak mau ikut-ikutan lagi. I'm done!"

"Ta.. Tanaka.. kau… Kau lupa apa yang dilakukan si Mr. S pada Renald Koszvak? Saat perintah untuk melenyapkan Renald, aku ada disana! Dia juga bisa membunuhmu! Kau lupa siapa Mr. S?"

"Aku tidak peduli jika dia membunuhku!"

"Ara ara… Tanaka. Jangan seperti itu, saya tidak mau anda tewas. Nanti siapa yang akan memberitahu informasi ini pada polisi?"

Tunggu! Aku mengenali suara itu? Apa mungkin itu dia? Tapi, tapi itu masih belum pasti. Aku bahkan tidak dapat melihat mukanya dengan jelas.

"DIAM KAMU! Siapa kamu sebenarnya? Jangan coba-coba pengaruhi Tanaka! Jika kamu memang pria, buka masker itu!"

"Anda tidak perlu tau siapa saya. Saya hanya ingin keadilan ditegakan kok. Itu aja."

"Ya vin. Dia benar. Keadilan perlu ditegakan. Saya bersama dengan dia."

"Tan.. Tanaka.. dengarkan aku! Sebentar lagi, miss E akan kesini! Mr S sudah mengeluarkan perintah untuk melenyapkan…."

Belum sempat pria itu menyelesaikan kalimatnya, aku melihat seorang wanita cantik muncul di depan jendela kamar Tanaka, menendang kaca jendela itu hingga pecah, masuk kedalam dan dengan mudahnya menembak Tanaka tepat di kepala. Raut wajahnya dingin dan tanpa rasa bersalah.

Dia cantik ya memang cantik. Rambutnya lurus dan sepanjang pinggangnya. Menggunakan coat dan shall berwarna putih seperti salju. Dia lalu mengarahkan pistol ke depan pria yang memakai masker, lalu menembaknya sebanyak 3 kali.

Pria itupun rubuh bersimbah darah. Lalu dia menghampiri pria yang satu lagi dan menciumnya dengan mesra. Sebuah helicopter muncul tepat di jendela Tanaka. Mereka lalu masuk helicopter tersebut dan sambil berkata

"Jika kamu gagal lagi, maka aku yang akan menyelesaikannya. Demi kamu dan demi SCARLET serta Mr. S. Aku tidak mau kamu kenapa-napa."

Setelah itu helicopter itu pergi menjauh. Semakin jauh helicopter tersebut, semakin lama suara baku tembak juga sudah tidak kedengaran lagi.

Laporan inspektur dari HT-nya mengatakan kalau SCARLET suda pergi menjauh. Aku dan Danny saling bertatapan. Kami masih shock dan bingung atas kejadian tadi.

"Dan. Ini gimana?" tanyaku.

"Man, saya juga bingung. Tapi saya sudah merekam semua pembicaraan mereka. Kita coba samperin Tanaka."

Kami menghampiri mayat Tanaka. Kamarnya sekarang dipenuhi oleh darah yang berceceran dimana-mana. Dikepalanya terdapat sebuah lubang yang terbentuk akibat tembakan tadi. Tangan kanannya seakan menunjuk ke sebuah berangkas kosong yang terletak tidak jauh dari dia. Tapi ini aneh, berangkas itu kosong dan orang yang memakai masker tadi menghilang.

"Man, saya rasa…"

"Isi dari berangkas itu suda diambil. Saya juga rasa begitu. Tapi itu tidak mungkin diambil oleh pria bermasker itu kan? Dia terluka parah soalnya"

"Tidak. Itu mungkin. Karena wanita cantik sialan itu menembak ke arah badan. Kemungkinan dia masih bisa selamat walaupun sekarat dan hanya bisa merangkak dari ruangan ini. Nanti mayatnya juga ketemu kok. Dia tidak akan bertahan lebih dari 9 jam. Ayo kita kembali ke inspektur."

Kami putuskan untuk kembali ke inspektur dan menjelaskan semuanya. Inspektur ingin agar kami membuat laporan untuk kejadian tadi dan diserahkan nant pagi pukul 9. Setelah mengetahui berapa banyak korban dari pihak SCARLET dan polisi, kami putuskan untuk pulang dan aku yang menyetir.

Aku melihat jam dan waktu menunjukan pukul 12:30. Kami lelah, bingung dan kurang tidur karena masalah ini baru selesai subuh ini. Setelah keluar dari rumah Tanaka, sekitar 100 meter dari rumah tersebut aku melihat seseorang dengan bersimbah darah muncul dari sebelah kanan. Aku refleks menginjak rem namun tetap saja kami menabrak orang itu. Aku dan Danny keluar mobil dan segera melihat orang itu.

Selagi Danny coba membangunkannya, aku memperhatian orang tersebut. Orang yang memakai masker, berkacamata dan memakai topi rajutan.

Dia…. Mungkinkah dia… Karl Miller?!

To Be Continued