Chereads / The Adventure of Detective Karl / Chapter 30 - File Case 11: Run! (Part Two) - Pria dari Masa Lalu

Chapter 30 - File Case 11: Run! (Part Two) - Pria dari Masa Lalu

"Ini akan menghambat tikus seperti kau! Tunggu Karl aku habisi, baru aku berurusan dengan mu." Kata Alfonso

Kini Alfonso menyeret kapaknya dan berjalan ke arah Karl. Sekali lagi. Dia mengangkat kapaknya tinggi-tinggi, mengukurnya agar tepat menancap di perut Karl, dan akhirnya…

'JLEB!'

Aku spontan berteriak

"TIDAK!! KARL!!!"

Kapak itu menancap di perut Karl. Benar-benar menancap. Setelah itu aku hanya bisa diam. Apakah Karl sudah mati?

"Akhirnya! AKHIRNYA!! HAHAHAHAHA" Tawa Alfonso.

"Selanjutnya… Levi… Dasar pengkhianat! Aku sudah tau! Seharusnya dari dulu aku membunuhmu!" Tambahnya.

"Tapi anda tidak pernah memanfaatkannya. Kenapa? Karena Erina?" Jawab Levi.

"Diam! Erina juga. Dia juga seharusnya milikku!"

"Tapi dia jatuh cinta padaku, Alfonso."

"Diam! Akan ku hancurkan dirimu!"

Alfonso berjalan ke arah Levi. Sambil mengayun-ayunkan kapaknya di udara, dia tersenyum gembira. Alfonso menangkat kapaknya, dan berkata

"Selamat tinggal, Levi!"

DOR!

Suara tembakan terdengar jelas dari arah belakang Alfonso. Aku melihat ada bayangan seorang wanita memegang senjata dan mengarahkannya ke udara.

"Siapa itu!" teriak Alfonso.

"Lama! Terlalu lama!" teriak wanita itu.

Alfonso berbalik badan. Tiba-tiba dia melepas kapaknya dan berlutut layaknya seseorang sedang menghadap raja.

"Maafkan aku, tuan puteri."

"Tidak bisa menyelesaikan tugas yang di berikan?"

"Tidak… Bukan begitu.. Aku ingin melihat wajah ketakutan mereka dulu, puteri. Lagi pula, lihat! Aku sudah membunuh…"

"Karl? Lihat! Dia bahkan belum mati bodoh! Dia masih menahan lukanya agar darah tidak mengalir terlalu banyak! Bisa kerja gak?" Bentak perempuan itu.

"Ten… Tentu saja bisa, puteri!"

"Ah! Sudahlah. Bawa mereka masuk ke dalam mobil." Perintah perempuan itu.

Alfonso berjalan ke arah ku dan memukul tengkuk leher ku sehingga aku pingsan. Begitu tersadar, aku sudah berada di atas tempat tidur. Aku mencoba meihat sekelilingku. Kamar ini sangat mewah. Aku lihat kaki kiriku yang berbalut perban. Tak lama kemudian, seorang pelayan wanita masuk ke dalam kamar.

"Tuan, mohon jangan bergerak dahulu. Saya akan membersihkan tubuh anda dan merapikan kamar. Setelah itu, anda akan sarapan bersama tuan besar di ruang makan. Anda akan di antar menggunakan kursi roda." Katanya.

"Tunggu! Tapi bisa beritahu saya ini ada dimana?"

"Maaf. Anda harus tetap berbaring dan tidak boleh banyak berbicara."

Pelayan itu lalu membersihkan tubuhku, memakaikan kemeja, rompi, jas, serta dasi kupu-kupu. Dia lalu mengambil kursi roda dan menaikan aku di atasnya. Kami lalu pergi dari kamar itu menuju ruang makan. Aku tidak bisa melihat begitu jelas. Aku masih belum bisa fokus sepenuhnya.

Setibanya kami di ruang makan, pelayan itu pergi. Tidak lama kemudian datang seseorang menggunakan topeng merah. Itu Mr.S! tapi bukan itu yang membuat aku terkejut. Ada seorang wanita di sebelahnya. Wanita yang tadi malam. Dia terlihat seperti Cloudy? Tidak. Wanita jahanam itu sudah mati. Tunggu! Itu….

"Hai Herman. Selamat pagi. Oh, yah. Bagaimana dengan kabar kakimu? Parah? Ah. Dasar Alfonso bodoh! Sudah kukatakan tugas dia adalah mengawasi kalian. Tapi nafsu membunuhnya jauh lebih besar dari yang aku duga. Hahaha. Oh yah, sudah kenal siapa dia?"

"Aku sangat mengenalnya." Jawabku.

"Ya ya ya. Dia adalah anak perempuan tersayangku. Satu-satunya anak kandung ku. Cloudy sudah dianggap kakak oleh dia."

Anak? Anak katanya?! Jadi….

"Jadi selama ini dia adalah….."

"Iya Herman. Dia anak kandung ku. Cleo adalah anak kandungku."

A….. apa apaan ini?! Cleo?! Cleo pacar ku adalah anak kandung dari seorang penjahat?! A…. Aku…. Aku tidak percaya….

"BOHONG!" bentakku. "Cleo! Katakan padaku, kamu bukan anaknya…"

"I'm sorry sweetheart. Ya. Aku anaknya." Kata Cleo sambil berjalan menghampiri diriku. Dia lalu memelukku dari belakang.

"Sudah kukatakan untuk tidak mencari Karl. Aku tau kamu akan dalam bahaya."Katanya.

"Jadi… Jadi selama ini… Semua ini kedok? Hanya omong kosong?" Tanyaku.

"Tidak tidak. Perasaanku padamu itu nyata. Hanya saja, aku punya misi lain. Yaitu mengawasi kalian lebih dekat."

"Cleo… Kamu…"

"Cukup sudah. Cleo kemari. Kita akan makan bersama dengan Herman. Oh yah, dan selamat datang, Levi." Kata Mr.S.

Levi datang menggunakan kursi roda. Dia lalu bergabung bersama kami di meja makan untuk sarapan.

"Tunggu! Di mana Karl?!" Tanyaku.

"Karl? Hmm.. Iya ya. Aku tidak melihatnya. Oh. Tunggu. Dia ada diatas. Di ruang perawatan. Langsung saja ya. Aku tidak ingin berbasa basi. Aku ingin kalian untuk bergabung bersama kami, bagaimana?" Tanya Mr.S.

Gila! Dia gila apa?! Bergabung dengan SCARLET? Organisasi kriminal? Gak akan!

"Scarlet sangat membutuhkan orang-orang seperti kalian untuk mengisi posisi Renald dan Cloudy. Kami sangat membutuhkan kalian. Kami sadar, tanpa kalian, akan sangat susah menguasai dunia. Bagaimana?"

Aku masih terdiam dan menunduk. Entah mau jawab apa.

"Apa…. Oh.. Saya mengerti. Soal bayaran? Itu mudah. Saya bisa memberikan berapa saja yang kalian minta."

Aku masih tetap diam.

"Oh! Saya tau! Hahaha. Bodohnya saya! Begini. Ini penawaran menarik dari saya yang hanya sekali seumur hidup. Bagaimana jika… Jika tidak akan ada lagi pertumpahan darah. Tidak akan ada lagi yang mati konyol karena baku tembak, Cleo menjadi milikmu seutuhnya. Dan yang paling penting, keluarga kalian akan selamat. Saya memiliki semua data keluarga kalian. Ya, kalian mengerti lah apa yang terjadi jika…. Jika saya menyentuh sedikit saja pintu rumah keluarga kalian. Hahahahahaha"

Aku terdiam. Aku harus menyelamatkan keluargaku. Tapi.. tapi dengan bergabung bersama SCARLET? Tapi jika tidak bergabung…. Papa, mama dan adek-adek akan…..

"Bagaimana? Sudah memutuskan, Herman?" Tanya Mr.S.

"Herman! Pikirkan! Jangan terbawa emosi!" Kata Levi.

"Diam kau egois!" Bentaku pada Levi. "Begini, Mr.S. Saya…. Saya akan meneri,,," Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, tiba-tiba seseorang berteriak.

"JANGAN BODOH, HERMAN!"

Aku menoleh kebelakang dan melihat Karl berdiri dengan badan yang penuh perban dan luka, menggenggam sebuah pistol.

"Aduh Karl. Tolong. Jangan buat keributan di rumah saya. Saya tidak suka keributan seperti ini. Mari, bergabunglah di meja makan bersama kami." Pinta Mr.S.

Karl menurut. Dia bergabung bersama kami di meja makan sekarang.

"Bagaimana Karl, Herman? Bersedia bergabung bersama kami?"

"Tidak." Jawab Karl

"Eh, tapi Karl…"

"Lo diam aja Man."Perintah Karl.

"Yakin tidak ingin bergabung?" Tanya Mr.S.

"Tidak."

"Aku memiliki semua data keluarga kalian."

"Ya. Terus?"

"Aku dapat menyentuh mereka kapan saja, Karl. Kapan saja..." Kata Mr.S dengan tatapan yang tajam.

"Tapi aku punya yang lebih berharga." Kata Karl.

"Oh yah? Apa itu?"

"Anakmu." Karl lalu cepat-cepat berlari ke arah Cleo dan menodongkan pistol di kepala Cleo.

"Aduh. Ternyata seorang Karl Miller bisa frustasi juga ya? Hahahaha." Tawa Mr.S. "Saya peringatkan. Jangan bertindak gegabah."

"Akan ku ledakan kepalanya."

"Kau takan bisa."

"Aku bisa"

"Kalau begitu, Lakukan!"

DOR! Karl menembak ke langit-langit rumah.

"Aku bisa. 4 Tahun lalu, anda juga yang sudah membunuh orang yang saya sayangi di depan mata saya sendiri, Mr.S. oh,atau harus ku panggil. Gary Smith Philips?"

To Be Continued