"Aku akan menyelesaikan kalian sebelum kalian menyentuh Mr.S." Katanya.
"Percuma saja. Kami tidak akan lari. Keadaan kami tidak menguntungkan. Herman tidak dapat berlari. Luka yang aku punya cukup parah, jadi gak bisa berbuat banyak. Dan Levi…" Seketika wajah Erina berubah ketika Karl mengucapkan nama Levi. "Levi sedang di bantai Alfonso. Dia akan segera mati. Kami tidak dapat berbuat apa-apa. Silahkan bunuh kami."
Erina diam terpaku. Wajahnya memucat. Dia hanya menatap kami dengan tatapan kosong.
"Tunggu! Levi? Levi katamu? Dia ada disini?!" Tanya Erina
"Tentu saja."
"Tapi, kata Mr.S. Dia sudah…"
"Mati? Belum. Lihat ke belakang. Siapa yang sedang di bantai oleh Alfonso?"
Erina menuruti perkataan Karl. Dia menoleh ke belakang dan ya. Dia melihat Alfonso sedang menghajar Levi habis-habisan.
"Itu… Levi?"
"Iya. Itu kekasih mu." Tambah Karl.
Tanpa basa-basi. Erina mengeluarkan pisau lainnya dari balik mantel panjang yang dia gunakan. Dia berjalan dan lalu melemparkan pisau itu ke arah Alfonso. Tiga pisau menancap langsung di paha Alfonso. Alfonso terjatuh. Dia berhenti menghajar Levi dan menoleh kebelakang.
"Erina! Apa yang kamu laku…."
"DIAM! Kalian bilang, Levi sudah meninggal! Tapi dia ada disini!"
"Ingat perintah Mr.S! Bunuh mereka!"
"Tidak!"
"Dasar perempuan labil." Alfonso berdiri dan menangkat kapaknya.
Kapak itu dia ayunkan ke arah Erina. Erina terkena sayatan di lengan kirinya. Lagi, Alfonso melancarkan serangannya, kini kaki kiri Erina yang jadi korban.
"AAA!" teriak Erina.
"Sudah kukatakan padamu untuk tidak ikut campur urusan ku dan membunuh mereka. Sekarang, tamatlah sudah riwayatmu Erina." Alfonso menangkat kapaknya tinggi-tinggi. Tapi Levi memegang kaki Alfonso.
"Tikus! Mau ngapain sih?!" Kata Alfonso sambil menendang-nendang kepala Levi agar melepaskan pegangannya.
"Hoy! Lepaskan bodoh!"
Tanpa sadar, Erina sudah berdiri dan menodongkan pistol ke kepala Alfonso. Alfonso kaget. Dia melihat ke arah Erina.
"Kenapa bisa…."
"Jangan lupa, aku anggota SCARLET." Kata Erina dingin.
DOR!
Satu tembakan sudah cukup membuat Alfonso benar-benar tewas kali ini. Setelah itu, Erina berbalik ke arah kami.
"Cepat pergi. Selamatkan Rin." Katanya.
Karl cuman mengangguk lalu masuk ke dalam mobil. Aku menatap Erina sambil tersenyum untuk memberi isyarat bahwa aku sangat berterima kasih. Tapi pada akhirnya, ketangguhan Erina harus rubuh juga. Dia terjatuh lemas di samping Levi yang sudah sekarat.
Kami meminta supir untuk segera ke London Eye secepat mungkin. Perasaan ku tidak enak tentang semua ini. Tentang hal ini. Ada hal buruk sedang menanti kami di ujung sana.
"Karl, tidak apa-apa kita membiarkan mereka disana?"
"Levi dan Erina? Tidak apa-apa. Lagi pula sebentar lagi polisi akan datang. Mereka akan segera tertolong. Herman, gue minta dengan sangat. Jangan lakukan apapun sebelum gue minta lo untuk bertindak. Nanti disana gue mau lo yang meluk Rin. Rin pasti lari. Dan tolong lo langsung peluk dia. Gak usah nanya kenapa. Lakukan aja apa yang gue minta."
Aku tidak dapat bertanya lagi. Aku mengerti. Jika sudah begini, rencana Karl sudah yang terbaik.
Kami lalu tiba di London Eye. Ketika kami turun dan menghampiri kincir raksasa itu, kincir itu berputar perlahan-lahan mengikuti arah jarum jam. Sebuah kapsul kini berada di hadapan kami. Pintu kapsul itu terbuka dan kami masuk kedalamnya. Setelah itu aku menutup pintu kapsul dan kincir kembali bergerak. Kami sudah berada di titik puncak sekarang. Dihadapan kami sudah ada Gary dan Rin. Gary memegang sebuah pistol, sementara di sebelahnya berdiri Rin yang sedang menangis.
"Karl… Maafkan aku… aku jadi penghambat…"
"Tidak Rin. Tidak. Aku janji ini akan segera berakhir."
"HAHAHAHA! Sama! Ini sama seperti empat tahun lalu! Sama persis!! HAHAHAHAHAHA!!! Aku suka ini!!!" Teriak Gary. "Anda tepat waktu Karl, seperti biasanya. Ingat tempat ini? Ingat kapsul ini?"
"Tentu saja."
"Kau tau, aku tidak mati. Saat aku terjun ke laut, aku di selamatkan oleh inspektur David Wayne. Dia yang membantu ku mengumpulkan semua apa yang aku butuhkan. Kau bahkan tidak tau bahwa aku sudah menyewa inspektur David kan? Hahahaha. Permainan yang sangat menarik. Agar makin menarik, aku akan memberikan sebuah pistol. Kebetulan aku membawa dua." Gary lalu melempar pistol ke arah Karl dan Karl menangkapnya.
"Ini seperti empat tahun lalu bukan? Bedanya, disini adanya Rin. Bukan Beverly yang…. Bodoh! Ahaha" Tawa Gary.
Karl terbawa emosi. Tangan kirinya di kepal erat-erat. Tanpa pikir panjang, dia mengangkat pistol dan mengarahkannya kepada Gary.
"TEMBAK! AYO TEMBAK!" Teriak Gary.
DOR! Tembakan Karl tepat mengenai dada Gary. Gary terjatuh sementara Rin langsung berlari ke arah Karl.
"SEKARANG, MAN!" Perintah Karl.
Aku langsung berlari memeluk Rind an Karl berlari menghampiri Gary. Gary bangkit dan mengarahkan pistolnya ke kepala Karl. Begitu juga sebaliknya, Karl mengarahkan pistolnya ke kepala Gary. Jarak pistol dan kepala mereka hanya 3 cm. Sangat dekat.
"Ini bukan seperti empat tahun yang lalu, Gary." Kata Karl.
"Hah. Keren. Anda membuat variasi sedikit dalam cerita ini. Tapi bisa aku tambahkan alur lain?" Gary lalu merubah arah pistolnya, dari kepala Karl ke arah Rin. "Good bye!"
Sebelum Gary sempat menembak, Karl menyenggol tangan kanan Gary sehingga arah pelurunya berubah. Peluru tersebut terbang dan mengenai kaca di belakang Rin dan aku. Setelah itu Karl menembak ke kaca di belakang Gary beberapa kali, membuat kaca itu pecah. Lalu Karl mendorong Gary hingga Gary berada di ujung kapsul saat ini. Pistol Gary terjatuh dari atas kapsul dan masuk ke dalam laut di bawah kami. Jika saja Karl mendorongnya sedikit lagi, maka Gary pasti akan jatuh.
"Menyeralah Gary!" Kata Karl.
"Apa?! SCARLET tidak kenal kata menyerah! Lebih baik mati dari pada harus menyerah! HAHAHA!" Kata Gary. "Ingat! Keluarga mu sedang sekarat! Masyarakat dunia tau kalau kau adalah seorang pembunuh jenius! Bukan seorang detektif! Tidak ada polisi yang akan datang ke mari! Hahaha!" Lanjutnya.
"Dasar bodoh! Kau pikir aku tidak bisa melawan mu! Lihat polisi-polisi itu mereka datang untuk menahan mu! Kau kalah Gary! Game Over!" Seru Karl
Polisi banyak berdatangan dan mengarahkan senjata mereka ke arah kapsul kami. Eh tunggu dulu! Mereka mengarahkannya pada, Karl dan Gary!
"Gary! Menyerahlah! Kami sudah mengetahui kebenarannya! Turun sekarang juga!" Kata seorang polisi sambil menggunakan pengeras suara.
Muka Gary berubah pucat. Dia kaget bukan main. Dia tidak menyangka akan seperti ini.
"Bagaimana kau.."
"Mudah saja Gary. Aku upload video pengakuanku tentang siapa dirimu di you tube! Dan sekarang, senjata makan tuan. Mereka lebih percaya padaku ketimbang dirimu." Kata Karl sambil tersenyum.
"Kau…. Memang hebat. Aku menyerah." Kata Gary.
Baling-baling besar ini akhirnya bergerak kembali. Kapsul kami kini sudah sampai di bawah. Ketika kami hendak keluar kapsul, tiba-tiba Gary berbalik badan dan mengangkat tangan Karl dengan pistol yang masih di pegang oleh Karl, dan berkata "Kau tak akan pernah mendapatkan ku" lalu Gary menarik pelatuknya dan DOR! Peluru menembus kepala Gary. Karl segera membuang pistol itu dan dia mundur selangkah. Rin langsung berlari dan memeluk Karl sementara paramedis memasuki ruangan untuk mencoba menyelamatkan Gary. Namun hasilnya nihil. Dia sudah mati.
"Sudah berakhir" Kata Karl,
"Ini bukan salahmu." Kata Rin.
"Memang bukan."
"Loh kok?" Rin bingung.
"Gary masih terbawa suasana empat tahun yang lalu. Dulu dia berhasil membuatku kalah dengan membunuh Beverly. Tapi sekarang, dia frustasi. Dia tidak dapat mengalahkan ku dan bahkan tidak dapat membunuh kamu, Rin."
Rin memeluk erat Karl.
"Yang penting kamu selamat, sayang. Aku bangga padamu. Kamu berhasil melawan trauma yang selama ini menjadi bebang bagimu."
Aku yang melihat hal itu menjadi terharu. Tapi…. Yasudahlah… Gak ada Cleo disini… aku masih tak menyangka dia merupakan anak dari Gary.
"Hey sweetheart!"
Suara itu! Aku mengenalnya! Cleo?
"Aku disini!" Katanya.
Itu! Cleo! Tapi masih bisakah aku percaya padanya? Aku lalu mencoba menghampirinya.
"Hai." Katanya. "Maafkan aku Selama ini. Aku tidak pernah berniat jahat padamu. Sudah kukatakan, rasa sayangku padamu sungguh….."
Aku memeluk Cleo. Aku tau dia sayang padaku. Aku tau dia tidak pernah bermaksud jahat.
"Sudah diam. Aku tau kok. Makasih yah"
Ya,,, hari itu adalah hari yang sangat melelahkan. Kami berhasil membubarkan SCARLET, dan membongkar semua rahasia-rahasia mereka dan operasi gelap mereka. Interpol bertindak cepat. Dibawah pimpinan ayahnya Karl, mereka langsung menahan orang-orang yang menjadi kaki tangan lainnya dari Gary di seluruh dunia. Termasuk inspektur David, Kapolri, dan beberapa presiden lainnya. SCARLET kini tinggal sejarah.
Dalam perjalanan pulang ke Indonesia, aku penasaran. Apa isi dari video yang Karl upload.
"Karl…" Kataku.
"Mau nanya soal video ya?"
"Iya."
"Isinya? Padahal gue cuman bilang kalau Gary itu seorang psikopat dan pemimpin SCARLET yang sudah memeras banyak negara. Habis itu, di deskripsi, gue masukin link file dan data terakhir mengenai SCARLET dan apa saja yang mereka lakukan termasuk soal media social yang mereka punya. Eh, gak nyangka semua bakalan peracaya sama gue. HAHAHA."
"Hanya seperti itu?" aku mulai heran.
"Yaps."
"Dasar, anak ajaib."
><><><><><
Satu tahun sudah berlalu semenjak peristiwa di London. Aku tau, kalian pasti penasaran apa yang terjadi pada Karl dan yang lainnya kan?
SCARLET kini tinggal sejarah. Interpol masih terus berusaha membongkar semua hal-hal yang berkaitan dengan SCARLET dan telah menangkap banyak sekali anggota mereka.
Levi dan Erina sudah menikah. Mereka hidup dengan normal dan tidak berurusan dengan kriminal lagi. Rumornya sih, mereka membuka restaurant di seluruh dunia.
Heathcliff, sepupu Karl, kini menjadi seorang pengacara di London. Dia pengacara terhebat yang pernah ada.
Cleo dan Aku tetap seperti dulu. Cleo berkuliah mengambil jurusan manajemen, sementara aku. Tentu saja, psikologi. Tenang, kami tetap berpacaran.
Danny? Hah. Seperti yang Karl duga. Setelah kami menghabisi SCARLET, dia kembali menjadi Blackbird. Gak akan bisa berubah. Walaupun pada siang hari, dia menjadi suami yang baik bagi Madeline. Sedikit munafik ya? Hahahaha.
Rin pada akhirnya berkuliah di Indonesia. Dia mengambil kedokteran di universitas swasta terbaik.
Sementara Karl? Dia jangan di tanya. Kuliah sih kuliah. Jurusan hukum dan kriminologi lagi. Tapi waktunya tetep aja banyak terpakai untuk menyelesaikan kasus-kasus anomali bersama aku dan inspektur Susilo.
><><><><><
28 October 2016. Apartemen Sudirman, Jakarta.
Pkl. 05:30.
"HERMAN!!!!"
"Apa sih?! Masih pagi!!!"
"Ada kasus lain kiriman Danny dan Levi!"
"Ah, palingan sama aja kayak kasus yang lain."
"Gak! Ini Danny dan Levi mengirimkannya sama persis. Mereka berdua kan lagi tinggal di negara berbeda. Tapi bisa mengirim kasus yang sama persis seperti ini."
"Tentang apaan sih? Ahelahh. Ganggu aja."
"Pencurian, pembunuhan, dan masih banyak hal lainnya. Ini dilakukan oleh dua orang yang katanya tidak dapat di sentuh."
"HAH! Serius?!"
"Iya. Mereka adalah Leon dan Leona. Tertarik?"
"Menurut lo gimana Karl?"
Karl melirik ke arahku dan tersenyum.
"Mereka gak akan lolos."
THE END