6 January 2014. Pkl 07:00
Beberapa hari setelah merayakan tahun baru dan menikmati kembang api tanpa Karl, aku yang masih berada di tempat tidur dibangunkan dengan ketukan yang berulang-ulang dari pintu utama. Aku berusaha menyadarkan diriku, mulai bangun dan berjalan ke pintu utama. Ketika aku membuka pintu, Danny sudah berada di depan pintu.
"Herman. Ganti bajumu sekarang, dan ikut aku ke tempat kejadian perkara di daerah BSD. Ada kasus pembunuhan yang mungkin cukup menarik perhatian kamu nantinya."
"Hah? Kasus? Tapi saya sudah tidak menangani kasus lagi semenjak Karl meninggal."
"Tidak-tidak. ini sangat menarik dan mungkin akan membawa kita kepada Karl." Katanya dengan antusias.
"Hah? Mak.. Maksudnya?"
"Dia anggota Scarlet yang masuk dalam 7 daftar nama yang Karl selipkan di pakaian Cloudy."
"Sa… Saya tidak mengerti.."
"Sudah, ganti bajumu dan kita berangkat sekarang."
Setelah berganti baju dan makan roti sebagai sarapan, aku dan Danny segera berangkat ke tempat kejadian perkara di perumahan elite di Sentul. Rumah yang cukup besar untuk ukuran seorang pengusaha yang mendanai SCARLET. Aku tiba di kamar tidur tempat dimana korban tewas. Setelah membuka pintu, aku dikejutkan dengan mayat yang terikat tali, menggantung di kamar tersebut.
"Akh… Sial.. Ini apa? Maksudnya apa?"
"Ya ini korbannya, Man. Namanya Renald Koszvack. Keturunan Jerman – Rusia. Dia sudah cukup lama tinggal di Indonesia. Dan kewarganegaraannya sekarang adalah resmi warga Negara Indonesia. Jadi orang luar dan Interpol gak akan begitu mengganggu kita untuk menyelidiki kasus ini."
"Ouh. Okay. Jadi, dia ditemukan tewas jam berapa?"
"Dia ditemukan tewas tadi pagi, jam 2. Diduga dia stress karena mendengar kabar bahwa dia akan ditangkap polisi. Jadi, dia memutuskan untuk gantung diri. Begitu."
"Dan ini menjadi kasus bunuh diri." Sahut inspektur Susilo.
"Hey hallo inspektur. Apa kabar?"
"Aku sehat Herman. Ya, kami cukup kehilangan Karl untuk dapat memecahkan kasus-kasus yang anomali. Tentunya, kami juga kehilangan kamu, Herman. Oh jadi, bagaimana analisis kalian?"
"Aku kira ini murni kasus bunuh diri. Eh tunggu. Inspektur, orang-orang ini, bukannya yang biasanya membantu Karl dan Herman memcahkan kasus di TKP ya?"
"Ah iya. Aku baru menyadarinya. Soalnya ada seorang anak buahku yang meminta orang-orang ini untuk membantu memecahkan kasus ini. Katanya sih, permintaan seseorang. Tapi, menurutku juga, ini merupakan kasus bunuh diri." Kata inspektur.
"Tidak.. tidak. Dulu Karl pernah mengajariku bagaimana dia memecahkan kasus pembunuhan. Yang pertama Observasi. Kita liat kondisi mayat dan ruangannya. Ruangannya tampak rapih. Pendukung yang bagus. Orang menjadi tidak curiga. Tapi coba lihat ke arah mayat itu. Ada bekas darah yang mengalir dari hidungnya, mulutnya dan disini. Di lantai. Tapi sudah terhapus. Nah, orang yang mati karena gantung diri, tidak pernah mengeluarkan darah. Lagian si Renald ini bisa saya pastikan dia orang yang sehat. Tidak ada penyakit. Jadi gak masuk diakal kalau dia bunuh diri. Lebih tepatnya dia sudah dibunuh. Sudah mendapatkan saksi?"
"Sudah kuduga kalau kamu akan memperhatikan hal itu Man. Darah itu. Dari tadi itu juga sudah mengganggu diriku. Oh Iya. Kami punya 3 orang. Semuanya wanita. Istri Renald, Milla. Lalu, seorang seketaris pribadi, Natasha Jovovich, dan seorang pembantu yang anda tidak akan percaya jika mendengar namanya. Madomesille."
"Ouh, mereka.. Eh, tunggu. Madomesille? Madomesille yang pernah kami tangkap karena membunuh sir Alfred Issac di kasus pertama kami? Itukah dia, Danny?"
"Sudah kuduga, Kamu akan terkejut. Aku saja terkejut. Dia ternyata sudah keluar dari penjara dan mencoba hidup normal. Tapi ternyata gak bisa jauh-jauh dari kasus pembunuhan. Hahaha. Mau bertemu dengan mereka?"
"Panggil mereka semua. Aku mau mendengar cerita mereka."
Setelah 1 jam, akhirnya interogasiku selesai. Danny menghampiriku yang sudah duduk di sofa selama 2 jam dengan sejumlah catatan yang aku baca terus-menerus.
"Apa yang kamu dapatkan?"
"Cerita mereka hampir-hampir sama. Alur bagaimana mereka datang sama dengan kasus kematian tuan Ayakashi. Ayahnya Rin. Jadi, kalau diurutkan adalah seperti ini. Jam 9 malam mereka masih mengobrol di tempat makan kecuali Madomesille. Jam 10 mereka masuk ke kamar masing-masing. Renald punya tiket pesawat jam 5 pagi untuk berangkat ke Jerman bersama Natasha. Jadi, Milla memutuskan untuk membangunkan Renald. Tapi ketika dia terbangun, yang dia dapati adalah Renald sudah menggantung di kamar dengan tali. Dia berteriak histeris, lalu Natasha datang dan masuk ke kamar. Melihat mayat Renald sudah menggantung, dia berlari kebawah dan memanggil Madomiesille untuk menjaga Milla yang menangis terus di kamar. Akhirnya Madomesille masuk kamar, menenangkan Milla dan Natasha menelefon kalian. Para Polisi. Tapi, gak ada yang janggal sama cerita mereka. Serius deh. Kok saya jadi bingung sendiri. Arhhh.. Seandainya ada Karl disini.. Seandainya…"
"Hey herman. Tenang."
Selagi Danny menenangkan aku, Madomesille datang menghampiri kami. Anehnya, aku merasakan hal yang tidak asing. Aura ini, perasaan ini seperti… Seperti dia ada disini.. Seperti Karl sedang membantu dan mengawasi kami.
"Herman. Pertama-tama aku turut berduka soal Karl Miller yang sudah tewas. Aku hanya ingin menyampaikan hal ini. Aku tau kamu adalah seorang anak psikologi. Jadi, jangan hanya andalkan logika mu. Gunakan cara berpikir sebagai seorang psikolog. Gunakan hatimu juga. Kamu bukanlah Karl Miller. Dia jauh diatas kamu. Tapi kamu memiliki hal yang istimewa yang Karl tidak miliki." Katanya dengan Lembut.
"Hah? Maksudnya? Hati? Hati ya… hmmm.. Aura! Iya! Aku bisa membaca aura seseorang. Aku tau anda tidak membunuhnya, Madomesille. Tapi, bagaimana anda bisa berbicara seperti ini?"
"Oh. Iya, seseorang mengatakan hal-hal tadi padaku. Katanya hal itu penting untuk membantumu. Oh satu lagi. Katanya coba observasi ruangan kamar itu sekali lagi."
"Kamar? Jangan-jangan talinya! Herman! Ayo kita lihat."
Setelah kami sampai di atas, kami meneliti tali itu. Dan akhirnya…
"Kita tau jawabannya! Danny! Panggil mereka."
"Simple rupanya ya Man. Oke, akan segera aku panggil mereka."
><><><><
Semua para terduga sudah duduk di sofa di ruang tamu. Mereka duduk bersebrangan dengan aku, Danny dan inspektur Susilo. Lalu, aku mulai berbicara.
"Selamat siang semua. Aku tau ini hari yang cukup berat. Namun, sebelum kita makan siang, aku dan Danny sudah menemukan siapa pelakunya. Jadi, kita akan mulai dari menganalisis. Pertama cerita kalian. Jika digabungkan maka akan menjadi seperti ini: Jam 9 malam kalian masih mengobrol di tempat makan kecuali Madomesille. Jam 10 kalian masuk ke kamar masing-masing. Renald punya tiket pesawat jam 5 pagi untuk berangkat ke Jerman bersama Natasha. Jadi, Milla memutuskan untuk membangunkan Renald. Tapi ketika dia terbangun, yang dia dapati adalah Renald sudah menggantung di kamar dengan tali. Dia berteriak histeris, lalu Natasha datang dan masuk ke kamar. Melihat mayat Renald sudah menggantung, dia berlari kebawah dan memanggil Madomesille untuk menjaga Milla yang menangis terus di kamar. Akhirnya Madomesille masuk kamar, menenangkan Milla dan Natasha menelefon polisi. 20 menit kemudian, polisi pun datang. Danny, silahkan lanjutkan."
"Sepintas Memang tidak ada yang mecurigakan. Tapi tunggu, kenapa ada bekas darah di mulut dan hidung Renald? Orang yang mati gantung diri tidak akan mengeluarkan darah dari mulut maupun hidungnya. Jadi, tidak masuk di akal jika dia bunuh diri. Lebih tepatnya dia telah dibunuh. Lalu, penyelidikan kami sampai kepada sebuah kesimpulan. Milla. Andalah pembunuhnya!" Kata Danny sambil menunjuk ke arah Milla.
"Eh! Tunggu dulu! Bagaimana bisa kalian menduh saya? Saya istirnya Renald. Saya sangat mencintai dia! Jadi sangat tidak masuk akal kalau sa…"
"Omong kosong!! Mau saya buktikan?"
Kataku menyela perkataan Milla. Semua terdiam, dan aku melajutkan perkataanku.
"Begini, ketika anda dan Renald tidur, anda tau Renald punya kebiasaan untuk tidur tengkurap. Dan itu adalah momen yang pas untuk memukul dia tepat di antara leher dan tengkorak kepalanya. Dan ketika momen itu datang, anda memukulnya dengan keras berulang-ulang. Sehingga sudah pasti Renald tewas. Danny, maukah anda menyampaikan hasil akhir penyelidikan kita?"
"Dengan senang hati Herman. Anda mengambil tali yang telah anda siapkan dan melilitkan tali itu ke leher Renald sehingga bekas pukulan anda nantinya tidak akan terlihat karena sudah tertindih dengan bekas tali. Lalu anda menarik tali itu keatas seperti sedang menimba air, anda ikat talli itu dan anda potong talinya. Keliahatan kok dari bekas tali yang anda potong. Setelah itu, anda berpura-pura teriak dan sisanya kita semua sudah tau."
"Tap mana mungkin aku melakukan hal keji seperti itukan? Aku sangat mencintai…"
"Milla! Omong kosong! Aku adalah orang yang bisa merasakan kebohongan seseorang ketika dia berbicara. Dan dugaanku benar. Anda berbohong! Anda tidak pernah mencintai Renald! Bisa saya tebak, anda salah satu anak buah Cloudy pasti. Karena hanya orang-orang SCARLET yang mampu membuat hal seperti ini. Mentupi kebohongan dengan mulus hampir tanpa celah. Dan anda hampir saja membohongi saya."
Untuk beberapa saat suasana menjadi hening. Namun, Milla memecah kehenigan.
"Herman… Anda hebat. Tidak salah Karl memilih anda sebagai asistennya. Ke-pekaan anda terhadap sebuah kebohongan melebihi ekspetasiku. Sial. Aku memang anak buah Cloudy. Aku dan Renald anggota SCARLET. Tapi Renald tidak pernah tahu bahwa aku anggota SCARLET. Aku ditugaskan untuk menjaga Renald, dan membunuhnya jika dia bertindak yang tidak-tidak. Setelah kematian Cloudy, Renald diincar polisi. Dan dia sudah merencanakan untuk mengatakan semuanya kepada polisi tentang SCARLET. Sudah tugasku memang untuk membunuhnya jika dia bertindak di luar batas, walau dia salah satu sponsor SCARLET. Silahkan bawa saya ke kantor polisi. Saya menyerah. Tapi satu hal yang perlu anda ketahui. Aku memiliki segudang informasi mengenai SCARLET dan aku tau Karl ada dimana."
"Baiklah. Opsir, tahan dia. Bawa dia kedalam Mobil. Kita bawa dia ke kantor untuk pemeriksaan lebih lanjut."
Aku merasakan hal yang aneh. Seperti ada yang berbisik kepadaku…
"Jangan biarkan dia memegang pistol"
Aku yang menjadi curiga segera mengajak Danny berlari keluar dan terdengar letusan senjata. Milla mengambil pistol dari saku seorang opsir dan bunuh diri tepat di depan mataku dan Danny. Kami kehilangan seorang informan yang sangat berharga untuk menghancurkan SCARLET dan mencari keberadaan Karl. Setelah itu aku berbalik untuk melihat siapa yang tadi berbisik kepadaku, yang aku lihat adalah seseorang setinggi 180 cm, berkacamata dan berambut panjang tersenyum kepadaku lalu pergi begitu saja. Tapi setelah aku perhatikan, dia mirip… Karl! Itu Karl! Aku mencoba mengejarnya tapi dia sudah menghilang.
"Merasakan apa yang aku rasakan Herman?" Kata Danny.
"Iya.. tadi itu.. dia itu.."
"Karl Miller. Aku yakin dia yang membantu kita sepanjang penyelidikan hari ini. Dia yang berbisik kepada Madomiesille, dia yang mengatur semua apa yang kita perlukan. Dari orang-orang disini dan perlengkapannya. Terbukti bahwa orang-orang ini adalah yang biasanya Karl minta kepada inspektur untuk penyelidikan. Inspektur saja tidak menyadari hal ini. Jadi bagaimana? Masih ingin mengatakan Karl sudah mati?"
"Hmm. Iya. Sekarang aku percaya. Percaya bahwa dia masih hidup. Dan aku pasti. Pasti akan menemukanmu, Karl."
To Be Continued
Next Issues: Herman masih mencari informasi tentang keberadaan Karl. Di sisi lain, SCARLET sedang pembersihan besar-besaran di dalam organisasinya!