18 February 2010 – London, England.
Hari itu hari Kamis, dan pagi yang sangat cerah. Karl pada saat itu berumur 16 tahun dan dia duduk di bangku SMA kelas 1. Ya, Karl memang telat 1 tahun untuk bersekolah karena pada saat berumur 5 tahun, semua orang di London menganggap dia merupakan anak yang aneh. Dia terus-menerus berpikiran di luar batas imajinasi anak pada normalnya. Bayangkan! Pada umur 7 tahun, dia sudah membaca Encyclopaedia Britannica dan menyelesaikan novel The Adventure of Sherlock Holmes. Umur yang seharusnya di gunakan anak-anak normal untuk bermain sepuas-puasnya dan berteman sebanyak-banyaknya.
"Hoy Karl!" Teriak Felix
"Aduh, apaan sih Felix! Ganggu aja ah." Jawab Karl yang lagi bengong ngeliat ke luar jendela kelas.
"Ngapain aja lo dari tadi? Kok bengong ngeliatin jendela? Ngeliatin seseorang yaa? Ecieee… Si anak freak jatuh cinta. Hahaha."
"Berisik." Balasnya.
"Siapa? Siapa yang jatuh cinta? Karl?" Tanya Rave, kembarannya Felix.
"Rave. Lo berisik sumpah." Balas Karl.
"Hell mate! Are you fall in love? Tapi sama siapa? Felix. Lo tau?" Tanya Rave.
"Of course, Rave! Jangan panggil gue Felix kalau gue gak tau siapa yang Karl sukain. That's her!" Seru Felix sambil menunjuk seorang wanita yang baru datang dan berada di depan sekolah.
"Aaa... Seriously? Beverly? Shit! Tinggi banget selera lo Karl. Ckckckc. Udah seleranya tinggi, temen makan temen lagi. Duh." Kata Rave sambil menggelengkan kepalanya barengan Felix.
Beverly merupakan salah satu teman masa kecil Karl selain Herman, dan si kembar Felix dan Rave. Kalau Herman kan di Indonesia. Sisanya yang ada di London. Beverly sendiri merupakan wanita yang cantik dengan kulit yang putih (tapi gak seperti mayat ya). Rambutnya pirang dan panjang. Matanya berwarna coklat muda. Tingginya 175 dan badannya sangat indah. Soal wajah? Yah, menjadi queen of the year selama dia di smp sudah cukup membuktikan bahwa dia sangat cantik. Dari umur 6 tahun dia udah barengan sama Karl, Felix dan Rave di London. Mereka-mereka ini yang menjadi teman Karl disaat semua orang menganggap dia freak. Terlebih Beverly yang selalu membela Karl.
"Tau. Dulu katanya 'we're just friend' Sekarang? Boo! Dasar Munafik. Eh eh.. Si Beverly udah masuk kelas tuh Karl" Ejek Felix
"Berisik kalian ah. Guru sejarah di belakang dia tuh.." Kata Karl.
Beverly duduk di bangku tengah, sebelah kiri Karl.
"Morning Karl" Sapa Beverly dengan hangat dan senyuman manis
"Iya. Pagi" Jawab Karl dingin.
"Kok…. Yaudah deh." Kata Baverly kecewa sambil memalingkan wajahnya dari Karl.
Karena Felix dan Rave duduk pas banget di belakang Beverly sama Karl, mereka denger apa yang di omongin sama Karl. Si anak kembar nyadar kalau Baverly sedih. Ya iya. Secara, siapa yang suka di gituin? Di sapa baik-baik malah di jawab dingin. Kesel, si Felix ngeliat Rave. Rave ngeliat Felix. Tiba-tiba mereka ngangguk.
"Target locked, sir" Bisik Felix.
"On three!" Jawab Rave.
"One… Two… Three!"
PLAK! Sebuah gamparan double hit dari si kembar sukses mendarat dengan keras di kepala Karl.
"SHIT! Siapa yang buat!" Teriak Karl.
Satu kelas langsung mengarahkan pandangan kepada Karl. Termasuk guru sejarah yang terkenal galak nan jahanam. Pandangannya tajam ke arah Karl.
"Mr Miller. Something wrong?" Tanya si guru sejarah.
"No. nothing mam. I'm sorry." jawab Karl.
"Oops!" Si Felix cengengesan di belakang Karl.
"Enemy down! Hehehe" Tambah Rave.
Beverly yang tau itu perbuatan si kembar, langsung ngadep ke belakang. Dia menatap si kembar dengan tatapan dingin. Si kembar panik.
"Sorry Beverly. Kita bercanda kok." Jawab mereka kompak.
Setelah itu, Beverly menghadap ke depan dan pelajaran pun di mulai.
Sepanjang pelajaran, kerjaan Karl hanya tidur. Dia memang malas kalau mengikuti pelajaran sejarah. Tetapi Beverly selalu sigap membangunkan Karl dengan cara apapun. Dari mencubit Karl, menusuk-nusuk ballpoint di badannya Karl, sampai memegang tangannya Karl. Yaps. Beverly memberi perhatian penuh kepada Karl.
Ketika jam istirahat berbunyi, Karl keluar duluan untuk mengamankan tempat biasa dia tidur. Bangku taman sekolah yang terletak persis di bawah pohon. Hembusan angin yang lembut serta tempatnya yang nyaman dan teduh, membuat Karl tidur terlalu nyenyak sehingga dia tidak menyadari seseorang datang, mengangkat kepala Karl dengan lembut lalu di letakan di atas paha orang itu sendiri. Ketika Karl terbangun…
"Hoam… Bev… Beverly! Lo ngapain?!" Tanya Karl panik.
"Eh. Udah bangun. Ya gue nemenin lo Karl. Kebiasaan lama memang gak bisa dirubah yah." Kata Beverly dengan tersenyum manis.
"Berisik ah." Kata Karl sambil berusaha untuk duduk. "Makasih yah Beverly."
"Iya sama-sama. Karl… Ehm… masih suka bantuin polisi gak buat nangkep penjahat?"
"Masih Kok. Kenapa? Mau ikutan?"
Seketika mood Beverly berubah.
"Gak!" Bentak Beverly.
"Seru loh!" Goda Karl.
"Seru? Lo pikir itu seru?! Hal yang membuat nyawa lo di ujung tanduk itu seru? Shame on you! Gue gak suka! Gue gak mau lo kenap…" Tiba-tiba Beverly berhenti.
"Ya, tapi itu seru Beverly. Seriusan. Lo bisa nangkep penjahat, bisa ketemu langsung dengan pelaku pembunuhan, memecahkan kasus. Seru deh!" Kata Karl semangat.
"Ya tapi kan nyawa lo terancam! Inget kasus minggu lalu? Ketika lo memecahkan kasus pembunuhan, malah lo yang di tembak sama penjahatnya!"
"Tapikan tembakannya meleset. Orang itu bodoh." Jawab Karl.
"Tapi nyawa lo terancam!" Bentak Beverly.
"Tapi itu seru! Gue bantuin polisi, nyelamatin orang. Meski nyawa gue terancam asal kasus itu selesai dan penjahat tertangkap, that's okay." Kata Karl dengan polosnya.
Tiba-tiba muka Beverly berubah drastis. Moodnya juga berubah makin parah. Wajahnya menunjukan kalau dia tidak suka mendengar hal itu. Dia diam untuk beberapa saat.
"Beverly? Hello? Bever…"
"Kenapa sih Karl!" Bentar Beverly.
Karl kaget. "Kenapa tiba-tiba si Beverly berubah?" Pikirnya.
"What?" Tanya Karl polos.
"Masih nanya lagi." Jawab Beverly dengan sinis.
"Yah lagian. Kenapa apanya sih?"
"Masih nanya?!" Nada suara Beverly makin tinggi. Kali ini dia benar-benar kesal.
"Ya… iya…." Jawab Karl dengan kepolosannya.
"Stupid Karl!" Beverly lalu berdiri dan meninggalkan Karl di bangku taman sekolah sendirian.
"Dia kenapa ya?" Gumam Karl masih kebingungan.
To Be Continued
Next Issues: Beverly kesal dengan Karl. Pada saat Karl ingin meminta maaf, malah dia mendapat orderan kasus dari ayahnya. Masalahnya, kasus ini berhubungan dengan... Beverly.