Karl lalu mencium kening Rin, dan memeluknya.
"Aku gak mau kehilangan kamu, Rin." bisik Karl.
Semua orang yang melihat mereka berdua terharu. Tidak terkecuali Danny. Mam Susan bahkan sampai menangis. Dan disaat itulah, aku melihat Karl meneteskan air matanya untuk yang pertama kali.
Setelah itu, Aku, Danny dan Karl berjalan menuju rumah tuan Stanley. Rin dan mam Susan tinggal bersama inspektur Susilo dan hanya dapat melihat kami dari layar televisi yang sudah terhubung dengan kamera pengawas.
Tepat pukul 7 malam, kami sudah berada di rumah tuan Stanley.
"Ah, Karl. Katanya Blackbird mau datang, dimana dia? Apakah dia takut karena ada anda disini? Hahaha" Tawa tuan Stanley.
"Tidak. Dia tidak takut. Dia pasti datang. Siapa bilang Blackbird takut pada..."
Sebelum Danny menyelesaikan kalimatnya, aku menutup mulut Danny.
"Inget. Jangan bongkar identitas anda. Kita mau membersihkan nama baik anda." bisikku.
Muka Karl jadi pucat. Dan secara spontan, aku tau bahwa Cloudy sedang mendekat.
"Keluarkan senjata kalian. Sekarang! Dia datang. Cloudy beserta Scarlet!" kata Karl.
Tidak berapa lama kemudian, kami mendengar suara langkah kaki menuju ruang tamu tempat kami sedang berada saat ini dan tempat dimana tuan Stanley memegang black diamond nya. Semakin lama suara kaki itu semakin mendekat. Ada sekitar 5. Tidak. 6 orang yang datang kearah kami. Ketika mereka sampai di ruang utama,kami mengarahkan pistol kami ke arah mereka. Tapi mereka mengarahkan senjata ak47 kepada kami. Cloudy lalu muncul.
"Oh Halo semuanya. Halo Karl, Herman, Stanley dan Danny si Blackbird. Apa kabar?"
"Kami baik-baik saja Cloudy. Bagaimana dengan anda? Sudah berapa banyak orang yang anda bunuh. Eh, maksudku, anda siksa?"
"Yah sejauh ini sih, sekitar 20 polisi di depan sudah kehilangan kepalanya. Tapi tenang kok. Jasadnya masih disana." katanya dengan dingin.
Kami semua terdiam kaget kecuali Karl. Seakan tidak percaya kalau dia berani menyerang polisi terang-terangan seperti ini. Lalu radio kami berbunyi. Terdengar suara inspektur Susilo.
''Karl! Denny! Herman! Kalian baik-baik saja? Kami diluar sini sedang baku tembak dengan orang-orang Scarlet. Mereka berjumlah lebih dari 60 orang. Dan 20 polisi sudah tewas. Kepala mereka terpenggal. Kalian hati-hati di dalam sana"
''Seperti yang aku katakan. Semua ada dibawah kendaliku." Kata Cloudy sambil tersenyum.
"Hah.. ara ara. Sudah kuduga akan menjadi seperti ini. Aku tau kalau anda akan menyerang terang-terangan. Karena, keuntungan ada di pihak Scarlet saat ini. Kalian menguasai tempat ini sudah dari 1 minggu lalu. Tidak heran kalau kalian berani menyerang terang-terangan. Oh yah, biar ku tebak. Anda sudah tau tempat persembunyian kami." kata Karl dengan tenang.
"Iya. Rumahnya Danny kalian jadikan headquarters kan? Yah rumah itu memang sangat strategis. Aku saja kaget begitu mengetahui kalau rumah itu salah satu properti milik Danny, musisi piano terbaik di sini. Sayangnya, tempat itu sangat sulit ditembus jika..."
"Diserang secara terbuka. Aku yakin kalian memang tak akan menyentuhnya. Kecuali.. Kecuali kalian memiliki orang dalam dan membunuh inspektur secara diam-diam. Tapi sayangnya kalian tidak akan melakukan hal itu. Ketika kalian lakukan hal itu, sama saja kalian memancing negara ini untuk berperang. Susilo adalah salah satu orang yang berpengaruh di Indonesia. Yah, walaupun dia hanya seorang inspektur sih." Sela Karl
"Kami memang tidak akan mengambil inspektur. Itu sama saja bunuh diri. Tapi kami tau apa yang lebih berharga disana. Hmm.. Seorang wanita cantik bernama umm. Mungkin kamu kenal. Rin."
Karl kaget bukan main. Sontak dia berteriak mengancam.
"Jangan pernah anda menyentuh dia! Anda sentuh dia, anda akan tau apa yang terjadi!"
"Oh yakin?? Ah. Kamu mungkin lupa siapa aku Karl. Aku Cloudy! Pemimpin Scarlet yang rela melakukan apapun! Hahahaha. Aku pikir kita mungkin bisa lebih lama sedikit bermain. Ternyata tidak. Kamu payah Karl. Orang yang aku anggap saingan terberatku ternyata hanya seorang bocah biasa. Hah. Capek ya. Aku sudah tidak butuh lagi informasimu. Aku akan mengakhiri hidup mu disini. Eh, tidak-tidak. Pertama-tama aku mau kamu melihat wanita cantik ini tewas. Bawa dia kemari!"
Seorang pria datang dengan menyeret Rin di lantai. Dibawanya Rin kehadapan Cloudy. Cloudy lalu memegang rambutnya Rin seakan-akan dia sedang memegang seekor binatang yang hendak dibunuh. Lalu Cloudy memegang pistolnya. Diarahkan pistol itu kehadapan Rin.
"Ada kata-kata terakhir buat Karl, Rin?"
"Hahh..hahh.. Aku, menyayangimu, Karl" kata Rin sambil meneteskan air matanya.
"Ouhhh.. So sweet! Huhuhuh. Nah sekarang.. sayonara... Rin-chan"
Ketika Cloudy hendak menarik pelatuknya, tiba-tiba Karl melompat kearah Cloudy. Membuat Cloudy dan Karl terpental jauh dari kami dan Rin. Secara Spontan, Danny dan Stanley menembak ke anggota Scarlet dan aku berlari ke arah Rin dan mengangkatnya, kembali ke tempat Denny dan Stanley.
"Kalian! Cepat keluar dari sini! Cepat!" Teriak Karl sambil menindih badan Cloudy.
"Tapi lo gimana Karl? Lo har.."
"Herman! Cepat Keluar! Tidak ada waktu atau kalian akan mati juga! Lari
sekarang!"
Tanpa pikir panjang, Aku dan yang lainnya segera berlari. Danny lari duluan sambil menggendong Rin. Lalu tuan Stanley dan aku. Namun sebelum keluar rumah, aku melihat sendiri Karl menggenggam sebuah granat. Cloudy mencoba menembak ke arah Karl.
Setelah keluar dari rumah, aku mendengar sebuah ledakan keras dari arah rumah yang tepat di belakangku. Akupun terpental jauh dan hampir tidak sadarkan diri. Namun dapat mendengar suara Rin berteriak.
"Karl! Karl! Tidak Karl! Tidak!!"
Aku mencoba berbalik badan dan melihat apa yang terjadi. Rumah itu hancur. Dan yang ada dipikiranku adalah Karl pasti tidak akan selamat. Begitu juga dengan Cloudy. Danny kemudian menarik badanku, menyeret ku ke tempat yang lebih aman sambil mengatakan
"Karl sudah tidak ada man! Dia sudah tidak ada!"
Setelah itu, aku tidak sadarkan diri. Semuanya menjadi gelap seketika.
Waktu terbangun, aku sudah berada di rumah sakit. Perawat mengatakan bahwa lukaku tidak terlalu parah. Aku hanya terkena shock karena ledakan. Tidak lama kemudian, inspektur Susilo, Danny dan Rin masuk. Lalu Rin memeluk aku yang terbaring lemah. Dia menangis.
"Dimana Karl, inspektur?" Tanyaku.
"Hmm. Kau tau semalam ledakan itu begitu hebat. Kami menemukan tubuh Cloudy dan sebuah surat yang isinya nama-nama orang penting di SCARLET dan dimana mereka tinggal. Mereka-mereka ini lah para pendiri SCARLET. Dan Cloudy bukan pemimpin utama mereka. Masih ada satu orang lagi di atas dia. Aku rasa Karl menyisipkannya sesaat sebelum dia melakukan bom bunuh diri. Namun, tubuhnya Karl tidak ditemukan. Kemungkinan dia sudah tewas. Maafkan aku Herman. Hanya itu yang bisa aku berikan saat ini."
Aku bingung, marah, dan sedih. Sahabatku yang sudah lama bersama-sama, kini tinggal kenangan. Semua yang kami telah lalui seakan-akan tidak pernah terjadi. Aku menangis saat itu. Ya. Hanya bisa menangis.
4 Bulan sesudah pemakaman, Aku yang mencoba untuk melupakan Karl kini sudah tenang. Tidak terlalu sedih jika memikirkan sahabatku ini. Aku mencoba untuk menerima kenyataan kalau Karl tidak akan pernah kembali lagi. Dia sudah tidak ada. Jadi, aku hidup sebagai seorang mahasiswa normal sekarang.
28 December, 2013.
Aku sedang makan bersama Rin di sebuah restaurant, ketika Danny datang menghampiri meja kami. Oh. Sekedar pemberitahuan, Danny sudah tidak menjadi Blackbird, melainkan dia yang menggantikan posisi Karl sebagai seorang detective dan bekerja sama dengan inspektur Susilo.
"Herman! Rin! Ada kabar mengejutkan! Kalian pasti tidak akan pernah percaya!" katanya dengan antusias.
"Ada apa, detective Danny?" tanyaku.
"Ini serius. 3 hari yang lalu, aku menerima e-mail sebuah kasus pembunuhan. Namun tadi malam aku mendapat e-mail dari si pelapor. Katanya kasusnya telah terpecahkan. Ketika aku tanya siapa yang memecahkannya, dia bilang pria berkacamata. Setelah itu, dia mengrimkan foto ini. Katanya inilah orang yang telah memecahkan kasusnya. Dia mengambil foto ini secara tidak sengaja di sebuah restoran"
Danny lalu meletakan sebuah foto di atas meja.
Aku dan Rin saling menatap, dan tidak lama kemudian kami mengucapkan kalimat yang sama.
"Karl?!"
The End?