Chereads / The Adventure of Detective Karl / Chapter 12 - File Case 06: Prepare for the War

Chapter 12 - File Case 06: Prepare for the War

Yaps. banyak waktu telah berlalu semenjak kelulusan kami sebagai anak kelas 3 SMA. Dan juga, Rin –yang sekarang telah menjadi pacarnya Karl- sudah kembali ke Jepang. Karl mengungkapkan keinginannya untuk melanjutkan kuliah di Harvard University. Sedangkan aku? Aku lebih memilih untuk mengambil jurusan Psikologi di Universitas Indonesia.

Namun Karl bimbang. Setelah mendengar kabar bahwa Rin akan berkuliah di Indonesia, dia segera menelepon ayahnya untuk meminta berkuliah di Indonesia juga. Malam itu, dia bergumul dan bercerita kepadaku. Dan malam itu juga, yang mengawali peperangan terakhir melawan... Cloudy

Ya. Malam itu...

12 August 2013. Pkl 07:00 pm.

"Man. Lo tau?"

"Enggak." Kataku sambil tersenyum.

"Gue belum selesai ngomong!" Karl lalu memukul perutku.

"Aduh.. iya iya. Memangnya ada apaan Karl?"

"Hmm.. Gue bimbang nih man."

"Bimbang atau galau??"

"Hack! Apalah itu namanya. Rin udah mau kuliah di Indonesia. Tapi gue maunya lanjut ke Harvard. Kalau gue kuliah di indo, gue ambil jurusan apaan? Mana ada yang cocok sih." Katanya dengan nada pesimis.

"Yaelah Karl. Gini aja masalah lo? Oh, C'mon Mr. Sherlock Junior. Ini simple kali. Lagian kan di indo ada jurusan kriminologi, ada jurusan-jurusan lain yang gue rasa pasti cocok deh sama lo. It's a piece of cake Karl."

"Piece of cake matamu. Enggak semudah itu juga kali man. Buat nentuin jurusan itu sama seperti buat nentuin masa depan. Dan yah. Gue bimbang. Masa iya gue LDR sama Rin? Kan enggak lucu aja gitu. Kalau Ldr beda kota sih enggak masalah. Nah, kalau beda negara? United States – Indonesia? Oh damn No!"

"Ya terus, mau gimana lagi? Ditawarin di Indonesia, maunya ke Harvard. Tapi enggak mau jauh-jauh dari Rin. Baru pertama kali gue liat tuan Holmes junior ini se-galau ini."

"Yah. Gitu deh Man. Kadang gue juga punya kelemahan. Sherlock aja punya kelemahan man."

Tidak berapa lama kemudian, telfon kami berdering. Aku segera berlari untuk mengangkat telfon tersebut. Karena biasanya si Karl ogah mau ngangkat telfon.

"Halo?" Kataku

"Iya halo. Bisa berbicara dengan Karl Miller? Saya sungguh sangat membutuhkannya saat ini. Ini urusan penting." Sahut orang yang menelefon degan suara seperti orang yang kelelahan.

Aku langsung menengok ke arah Karl dengan mata yang sedikit disipitkan. Dan ya. Karl menangkap maksudku. Dia langsung berdiri dari sofa, mengambil telfon dari genggamanku, dan mulai berbicara.

"Iya ini Karl. Karl Miller. Ada apa? Saya sedang berbicara dengan siapa?"

"Saya seorang kolektor berlian. Besok, saya akan mendapatkan sebuah berlian yang sangat jarang ditemui. Black Diamond dari Afrika. Namun, ketika pagi ini saya membuka kotak pos saya untuk mengambil koran, saya terkejut. Sangat terkejut. Saya mendapat sebuah amplop dengan isi surat yang cukup membuat saya jantungan. Isinya adalah..."

"Tahan tuan tanpa nama! Tahan omongan anda. Besok datang ke apartemen saya di jalan Sudirman. Apartemen Sudirman lantai 21 no. 177. Saya tunggu kedatangan anda pukul 8 pagi tepat."

"Baik-baik kalau begitu. Terima kasih tuan.."

"Tolong. Jangan tuan. Panggil saja Karl."

"Baik, Karl. Besok pagi saya akan kesana."

Karl lalu menutup telfonya, menulis janjinya di buku kecilnya, dan mulai duduk santai. Aku bingung. Biasanya kalau ada hal yang penting begini, dia pasti sibuk nyari data-data. Tapi kali ini, dia hanya duduk santai sambil makan keripik kentang dan menonton.

"Karl. Tumben lo santai begini. Biasanya langsung lo nyari data-data." Ucapku.

"Ah, ngapain. Gue udah tau kok ini berkaitan sama siapa aja. Yang nelfon tadi namnya tuan Stanley. Dan yang pasti mau mencuri Black Diamond, yah siapa lagi kalau bukan musuh kesayangan kita, BlackBird."

"Bah, kok lo bisa..."

"Tau? Simple. Dia bilang bahwa dia kolektor berlian dan dia besok baru mendapatkan sebuah berlian istimewa dari Afrika. Kemaren di acara lelang online, gue ngeliat ada black diamond yang dilelang. Dan itu cuman satu dan hanya ada satu orang yang keluar sebagai pemenang dalam lelang tersebut. Namanya Stanley Harford. Berkebangsaan Swedia. Orang kaya. Sangat kaya. Dari hasil percakapan tadi gue bisa menganalisis bahwa dia sedang terburu-buru karena tidak ingin orang lain tau bahwa dia meminta bantuan gue. Dan ya, dia tau blackbird lagi mengawasinya."

"Ok… Okay.. Lalu blackbird?

"Mudah aja. Gue dapet informasi bahwa blackbird muncul di dekat tambang dimana black diamond ditemukan. Polisi setempat berusaha menangkapnya. Namun kita tau bahwa dia pasti bakalan lolos. Dan laporan itu enggak sengaja gue ambil dari file datanya kepolisan afrika plus, interpol."

"Lo, nyusup gitu? Nyuri?"

"Bukan. Itu namanya mencari data & fakta. Lagian gue cuman copy file-nya doang. Enggak gue ambil seutuhnya juga."

"eh.. apa bedanya?"

"Sudahlah itu enggak penting Herman. Dan sekarang gue mau ke kamar."

"Ngapain? Nyari data?

"No. Mau iseng nyari tau kapan barang itu dianterin, dan mencoba mencari tahu buat apa blackbird ngincer berliannya.

Setelah itu. Karl masuk kedalam kamarnya. Aku sudah tidak mendengar suaranya lagi. Aku akhirnya hanya menonton televisi sendrian hingga ketiduran. Dan besok paginya, Karl sudah membangunkan aku yang tertidur pulas di sofa ditemani dengan sebungkus potato chips.

"Man.. Man... HERMAN!!!!" Teriak Karl sambil menggoyangkan tubuhku.

Sontak, aku langsung terbangun. Duduk dan mulai berusaha menyadarkan diri.

"Aduh.. apaan sih Karl? Gue masih ngantuk."

"Bangun, siapkan sarapan, karena sebentar lagi kita akan kedatangan tamu spesial hari ini. Ayo cepat-cepat!!"

"Aghh.. Kenapa gk minta sama Mam Susan aja sih.."

"Hmm.. Tidak. Makanan Mam Susan tidak seenak yang lo buat."

"Ah elahh.. yaudah-yaudah. Udah belanja? Udah beresin apartemen?

"Ha?! Nagapain. Kan ada Mam Susan." Katanya dengan muka datar.

Aku yang menjadi kesal dengan Karl, segera berdiri dan masuk ke dapur untuk mulai memasak. Sekedar memberitahu, kami sudah memakai jasa seorang pembantu. Walaupun dia pulang-pergi, tapi Mrs. Susan sangat membantu kami untuk membereskan apartemen. Hanya saja Karl tidak mau Mrs. Susan menyentuh kamar-nya Karl. Kata Karl, agar dokumennya tidak ada yang hilang dan tetap ditempatnya.

Setelah selesai memasak dan menelefon agar Mrs. Susan datang, aku menghampiri Karl di meja makan.

"Karl. Kapan kira-kira tuan Stanley dateng?" Kataku sambil mengunyah roti panggang.

Dia mulai mengambil secangkir milo yang ada di atas meja, meniupi milonya sedikit, lalu meneguknya.

"Hmm.. Pagi ini. Jam 8. Sekarang pukul 07:45. Sekitar 5 menit lagi dia akan datang. Dan dimana Mam Susan? Seharusnya dia sudah datang untuk membereskan apartemen."

"Mam Susan lagi di jalan Karl. Dia kan biasa dateng jam 8. Eh. Tunggu. Kenapa tuan Stanley dateng 10 menit lebih cepet dari yang dijadwalkan?" Tanyaku penasaran.

"Dari analisis gue, dia adalah seseorang yang sibuk, namun selalu tepat waktu. Hanya saja posisinya saat ini sedang tidak menguntungkan. Dia sedang diintai BlackBird. Dan dia akan mempercepat segala sesuatu urusannya demi Black Diamond miliknya agar tidak diambil oleh BlackBird. Yah itu keliatan sih karena ambisinya dengan berlian-berlian. Terbukti dari percakapan tadi malam di telfon."

Aku diam sejenak. Seakan masih tak percaya bahwa Karl bahkan mampu menganalisis sampai sejauh ini. Dulu dia tidak begini. Tapi seiring berjalannya waktu, aku rasa dia juga sudah banyak berkembang dan mengembangkan metode-metode baru sehingga dia dapat dengan mudah menebak apa saja yang orang itu lakukan, rasakan dan yang diinginkan.

"Man.. Herman.."

"Eh, iya-iya Karl."

"Kenapa bengong?"

"Enggak. Tadi gue cuman.. kagum.. iya. Kemampuan lo bertambah Karl. Hebat."

"Apanya yang hebat? Menganalisis? Itu sudah biasa. Lagi pula baru akhir-akhir ini gue sadarin bahwa gue punya kemampuan begitu."

Dia mengucapkan itu seakan dia benar-benar tidak menyadari bahwa dia mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam dirinya. Jika saja orang tua Karl tau bahwa anaknya mempunyai kemampuan seperi ini, aku rasa dia bakalan jadi orang interpol dan menghambisi seluruh penjahat dari muka bumi ini.

5 kali ketukan di pintu apartemen kami. Ketukannya keras. Karl memintaku untuk membuka pintu dan dia mengatakan bahwa tuan Stanley telah datang. Aku berjalan menghamipri pintu, dan membuka pintu. Benar saja. Tuan Stanley sudah ada berada di depan pintu kami. Aku mempersilahkannya masuk dan duduk di sofa. Wajahnya tampak pucat seperti seseorang yang sedang diburu. Karl lalu datang dan bergabung bersama kami.

"Selamat pagi tuan Stanley." Sapa Karl.

"Sa.. Saya Stanley. Stanley Harford."

Kata Stanley sambil mengangkat tangannya dan bersalaman dengan Karl.

"Saya Karl Miller, dan ini asisten sekaligus sahabat terbaik saya, Herman. Hm. Ada urusan apa sehingga anda rela datang sepagi ini dengan wajah yang begitu pucat? Oh yah. Soal Black Diamond dan BlackBird kan? Coba ceritakan kepada saya."

"Hari itu, Saya sedang berada di tempat pelelangan berlian karena saya tahu bahwa black diamond ada disana. Jadi saya mencoba untuk membelinya. Sebagai salah seorang kolektor berlian, sangat disayangkan jika saya tidak bisa mendapatkan berlian yang satu ini. Berlian yang sangat jarang dan sangat langka. Setelah acara lelang selesai, akhirnya saya mendapatkan berlian tersebut dengan harga yang cukup mahal. Jika di rupiahkan, sekitar 125 juta. Esok paginya, ketika saya hendak mengambil surat di kotak pos saya, saya melihat sepucuk surat disana. Awalnya saya tidak curiga. Saya ambil, kemudian saya baca. Isinya? Biar anda saja yang melihatnya."

Lalu, dia mulai mengambil surat dari kantongnya dan diberikan kepada Karl. Karl membuka dan membaca surat itu tapi dia tidak mau memberikannya kepadaku.

"Bagaimana Karl? Saya rela memberikan 50 juta kepada anda asal berlian ini tidak berpindah tangan."

"Baik. Saya sudah lihat semuanya. Begini, besok malam jam 7 saya akan kerumah anda. Kita akan menangkap blackbird bersama-sama. Tapi ingat. Anda harus tetap berhati-hati atau anda tidak akan melihat langit."

Karl lalu menatap tajam ke arah tuan Stanley Harford. Seakan-akan mengisyaratkan agar tuan Stanley sedang dalam bahaya besar. Setelah itu tuan Stanley pergi dan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Karl.

"Herman! Masih ingat dengan kasus yang terjadi seminggu lalu? Kasus pembunuhan yang kita menolak untuk mengambilnya?"

"Iya. Gue ingat Karl. Kenapa?"

"Bawa kesini file-file tersebut. Semua ini ada hubungannya dengan 2 nama besar."

"Bukannya cuman Blackbird?" tanyaku kebingungan.

Karl diam sesaat. Matanya yang masih menatap tajam, kedua telapak tangannya disatukan layaknya seseorang yang sedang berdoa dan ditempelkan di atas hidungnya, di bawah kacamatanya. Dia mencoba untuk fokus.

"Tidak, tidak. 2 nama besar. Blackbird, dan musuh kesayangan kita. Tuan Stanley benar-benar dalam bahaya besar. Kita mungkin juga dalam bahaya Man. Sekarang cepat ambil filenya atau kita akan kehilangan seseorang."

Aku lalu segera pergi ke kamar Karl, mengambil semua arsip kasus pembunuhan yang dia minta, dan memberikannya kepada Karl. Karl membuka arsip tersebut, membacanya dengan sangat teliti. Kalau dalam keadaan fokus begini, dia paling tidak bisa diganggu gugat. Jadi aku ikut membantu dia dengan membaca arsip tersebut, berharap siapa tau dapat sebuah petunjuk. Tiba-tiba..

"Ini dia! Gue menemukannya!" seru Karl.

"Menemukan apa, Karl?"

"Kasus ini berakhir dengan Blackbird sebagai yang dituduh melakukan pembunuhan. Padahal saat kasus ini terjadi, dia sedang bersama para pencari black diamond. Polisi bisa menuduh Blackbird sebagai pembunuhnya karena berlian yang dipakai korban hilang serta ditemukannya surat yang mengatas namakan Blackbird. Padahal kita tau, setiap kali Blackbird mengirim surat, dia pasti selalu menyertakan 2 tanda disebelah namanya seperti ini. '^^'"

"Lihat Man? Disurat yang ditemukan oleh polisi, lambang itu enggak ada. Tapi setelah gue liat lebih jeli fotonya, di surat itu, terdapat huruf S berwarna merah yang berarti.."

"Scarlet! Scarlet yang melakukannya. Iya kan Karl?

"Tepat! Para bajingan ini ingin merusak nama baik Blackbird. Padahal seperti yang kita tahu, Blackbird tidak pernah membunuh orang. Huruf S inilah yang gue temuin juga di surat yang diterima oleh tuan Stanley. Dia benar-benar dalam bahaya besar."

"lalu, buat apa Scarlet sampe segitunya mau biar blackbird yang masuk penjara?"

"Pertanyaan bagus. Karena Blackbird punya apa yang diinginkan Scarlet. Informasi mengenai keluarga gue, serta gue. Scarlet sangat ingin menghancurkan gue karena mereka gagal saat ingin mengambil cincin yang dimiliki Elsa dan Debbie. Mereka sangat dendam. Dan yah Herman. Kita sedang berurusan dengan sekelompok serigala mematikan. Kita akan berperang"

Aku tertegun. Benar-benar bingung dan kaget. Sampai sebeginikah Scarlet? Inikah kelompok penjahat elit yang sangat ditakuti oleh interpol? Mereka benar-benar mau menghancurkan Karl dan keluarganya dengan cara apapun.

"Jadi Herman. Sore ini kita berangkat ke rumah tuan Stanley sebelum Blackbird benar-benar jatuh."

To Be Continued

Next Issues: Karl bertemu dengan Blackbird! Di lain pihak, Cloudy beserta SCARLET suda menyiapkan semuanya. Semua yang di butuhkan untuk membunuh detektif muda kita, Karl Miller. Akankah Karl benar-benar tewas kali ini?