"Herman. Kasus ini selesai! Mari kita panggil mereka malam ini juga sebelum sang pelaku melarikan diri."
"Lo. Udah tau siapa pelakunya?" Tanyaku.
"Yaps. Ini kasus yang sangat mudah." Jawabnya.
Setelah aku memberitahukan kepada inspektur bahwa Karl sudah menemukan kebenaran dari kasus ini, Karl pergi ke ruangan office boy yang terletak di lantai dasar, dan kembali dengan sebuah kotak.
"Lagi-lagi Karl. Lo mecahin kasus ribet. Gue yakin. Otak lo itu, gabungan dari otaknya Holmes sama si Morarty. Eh, tadi lo dari mana?"
"Ah, lebay lo! Enggak segitunya juga. Holmes itu, jauh diatas ekspetasi kita Man. Tadi? Gue lagi jalan-jalan mencari pertolongan untuk mengungkapkan kebenaran kasus ini. "
"Ngeh? Ah. Sudahlah. Ribet kalau ngomong sama lo" jawabku.
Malam itu juga, aku dan Karl serta inspektur Susilo memanggil ke-3 saksi tersebut. Beruntung pemerintah Jepang memberikan kami ruangan rapatnya untuk kami pakai dalam pemecahan kasus ini.
Setelah para saksi itu masuk ruangan, Karl sempat meminta 2 polisi berjaga di dalam, 4 polisi berjaga di luar ruangan, serta Nami, Rin dan Rika ikut bergabung ke dalam ruangan itu bersama kami. Oh yah. Dia juga meminta pistol dari inspektur Susilo untuk berjaga-jaga.
"Karl, itu untuk apa?" Tanyaku.
"Man. Lawan kita bukan orang biasa." Jawabnya singkat.
Saat itu, posisi duduk kami berhadap-hadapan. Aku, Karl, Herman, Nami, Rin dann Rika duduk berhadapan dengan ke-3 saksi. Sementara inspektur Susilo, lebih memilih duduk agak menjauh dari kami.
"Baik semua. Selamat malam. Saudara kita, Karl, akan memberitahukan kemajuan kasus kita ini. Silahkan, Karl."
"Terima kasih inspektur." Jawab Karl.
"Setelah mendengar kesaksian kalian, lalu mereka ulang kejadian, dan mulai menganalisis, kasus ini dapat dengan mudah kupecahkan. Pertama. Kesaksian kalian. Sepintas memang tidak ada masalah. Namun seseorang. Tidak 2 orang diantara kalian membuat kesalahan terkonyol yang pernah aku dengar. Benar-benar alibi terburuk. Setelah aku dan Herman mencoba mereka ulang. Alibi kalian berdua ngaco total! Inspektur. Tolong bawakan kami bayonet yang telah merampas nyawa tuan Ayakashi kedalam ruangan ini."
Inspektur Susilo lalu meminta anak buahnya untuk membawa masuk bayonet tersebut yang masih terletak di dalam koper khusus. Setelah diletakan diatas meja, koper itu lalu dibuka. Dan terlihatlah bayonet tersebut.
"Kedua. Kalian pasti tahu, mana yang benar-benar merupakan seorang pembohong ulung, dan seorang yang jujur. Maka dari itu, dari sini akan kujelaskan semuanya."
"Sebelumnya, aku mengingatkan pada kalian. Bahwa peta ruangan kalian adalah seperti ini." Kata Karl sambil membuka sebuah kertas berisi peta kecil dari gambaran ruangan kerja para saksi.
"Kejadian bermula, pada saat jam 12 siang. Saat tuan Naburo ingin mengajak tuan Ayakashi makan siang. Namun, pada saat mendengar teriakan tuan Ayakshi dari ruangannya, tuan Naburo cepat berlari ke ruangan tuan Ayakashi. Saat membuka pintu, tuan Naburo melihat bahwa tuan Ayakashi sudah tergeletak di lantai dengan pisau yang menancap di dadanya. Lalu, anda, tuan Naburo, meminta bantuan dengan berteriak minta tolong. Tidak lama kemudian, bapak Budi memasuki ruang TKP. Melihat bapak Budi ada di ruangan itu, tuan Naburo lalu berlari keluar memanggil polisi dan petugas. Setelah Tuan Naburo turun kebawah hendak memanggil polisi, nona sakura menjadi curiga. Ia lalu menghampiri ruangan tuan Ayakashi yang sudah tentu ada bapak Budi disana. Setelah tuan Naburo kembali dengan polisi, ruangan sudah penuh sesak. Setelah itu, semua orang dibawa untuk diperiksa polisi dan jasad tuan Ayakashi pun dibawa untuk di otopsi."
"Sepintas, tidak ada yang mencurigakan bukan? Tapi. Tunggu dulu! Apakah kalian tidak menyadari kejanggalan dari cerita ini? Cerita yang aku gabungkan dari ke-3 saksi kita ini, mempunyai banyak sekali kejanggalan."
"Pertama. Apakah kalian tidak curiga dengan keberadaan bapak Budi di ruangan tersebut? Di ruangan itu setelah ditinggalkan oleh tuan Naburo, dia sendiri. Apakah tidak ada yang curiga? Dia bisa saja melakukan 'sesuatu' disana. Namun, tahan. Kita tidak bisa menarik kesimpulan semudah itu. Belum ada bukti yang cukup."
"Kedua. Apakah kalian tidak merasakan sesuatu yang aneh ketika kalian berada di ruang kerja kalian yang pintunya tertutup rapat tapi dapat mendengar teriakan seseorang yang jaraknya 5 meter dari ruangan kalian? Terlebih jika kalian mengatakan kalau itu teriakan amarah, padahal kalian tahu, bahwa sang korban tidak pernah marah?"
"Ketiga. Masih ingat dengan lubang yang terbentuk di kepala tuan Ayakashi? Ya. Lubang itu memang terbentuk karena peluru, tuan Naburo sempat melihat barang buktinya. Namun ketika dia kembali, barang bukti tersebut menghilang. Tapi, hilang kemana? Sementara di ruang tersebut ada 2 orang yang mencurigakan yang mampu menghapus barang bukti tersebut."
"Tunggu! Maksudmu, kamu menuduh kami bocah!? Menuduh aku dan Nyonya Sakura!?" bentak bapak Budi.
"Hey! Tahan amarahmu!" teriak inspektur Susilo sambil mencoba menenangkan tuan Budi.
"Hahahaha. Kenapa anda merasa tertuduh, pak Budi? Oh tunggu. Bukan maksud saya menuduh kalian. Tapi kalianlah. Kalianlah yang memang membunuhnya. Benarkan bapak Budi dan nyonya Sakura?"
"Hey! Apa alasanmu menuduh kami?"
"Nyonya Sakura, perlu saya jelaskan kronologisnya?" tanya Karl.
"Coba saja, bocah!" bentak bapak Budi dengan penuh amarah.
"Begini, tuan Ayakashi diperkirakan tewas jam 12:10. Saat itu dia berteriak. Iya. Dia sedang melawan anda bapak Budi! Anda yang dengan pekerjaan sebagai office boy masuk ruangan tuan Ayakshi dengan alasan ingin membersihkan ruangan tersebut. Namun, anda menyimpan bayonet ini sebelumnya di balik pakaian kerja anda. Ketika anda masuk ruangan, awalnya tuan Ayakshi tidak menaruh curiga karena anda membawa peralatan untuk bersih-bersih. Namun ketika anda menutup pintu, anda langsung berlari ke arah tuan Ayakashi dan langsung menusuk dada tuan Ayakashi. Pada saat itu juga, masuk nyonya Sakura. Dia sudah membawa sebuah pistol ditangannya. Ketika tuan Ayakashi tergeletak di tanah, nyonya Sakura tanpa ampun menghabisi nyawa tuan Ayakashi dengan menembak kepalanya. Tapi sial, tuan Ayakshi sempat berteriak. Menyadari tuan Ayakashi sudah tewas, kalian lalu berlari keluar. Nyonya Sakura kembali keruangannya, dan bapak budi menuju ruang alat kebersihan. Setelah itu, masuklah tuan Naburo dan kita bisa tahu kelanjutannya." Jelas Karl.
"Bagaimana dengan CCTV? Diruangan itu terdapat 2 CCTV yang seharusnya, jika kami masuk ruangan maka kami akan terekam di CCTV tersebut. Namun nyatanya, pihak keamanan juga tidak melihat sesuatu yang mencurigakan saat itu." Kata nyonya Sakura.
"Oh. Iya. CCTV. Pak Budi memiliki akses kesana. Saat pagi hari ketika tuan Ayakashi datang, bapak Budi ini sudah merekam saat dia bekerja di ruangan itu. Kembali lagi, pak Budi masuk ruangan pengawas dengan alasan hendak membersihkan ruangan tersebut. Sehingga, dia dengan leluasa sudah mengatur timer agar rekaman ketika tuan Ayakshi bekerja di ulang terus-menerus hingga pukul 12:30, tepat saat polisi datang. Yah tentu pihak keamanan gedung tidak curiga. Karena yg dilihatnya merupakan rekaman dimana keadaan tuan Ayakashi baik-baik saja. Pak Budi ini jenius! Dia sudah memperkirakan semuanya."
"Hahaha. Cukup masuk diakaln bocah! Tapi manamungkin aku membawa bayonet tersebut saat bekerja?"
"Anda bodoh atau apa? Aku mengambil kotak ini dari loker anda. Mari kita buka." Karl lalu membuka kotak tersebut.
"Hohohoh! Apa ini? Sebuah pistol, baju yang bagian belakangnya sedikit sobek? Dan sarung tangan yang.. iuhh.. ada noda darah dari 8 tahun silam. Anda begitu jorok pak Budi. Semua kesakian kalian, itu kebohongan besar! Aku berani bertaruh bahwa di pistol ini, ada sidik jari nyonya Sakura, dan sarung tangan ini pasti milik Budi. Aku bingung. Penjahat macam apa yang menyimpan dosa-dosanya di dalam loker selama 8 tahun tanpa ada rasa bersalah. "
"Tapi, bagaimana dengan peluru yang hilang itu?" kata nyonya Sakura.
"Itu mudah. Ketika tuan Naburo kebawah mencari bantuan, anda, tuan Budi. Menggunakan sarung tangan ini untuk mengambil peluru tersebut dan menyimpannya. Iya. Menyimpannya di dalam gagang bayonet ini." Kata Karl sambil mengambil bayonet tersebut dan memutar gagangnya.
"Ini. Pelurunya."
Karl lalu meletakan peluru tersebut di atas meja.
"Anda menang. Anda benar-benar hebat, bocah. Kami mengaku bersalah. Dan kami pantas di hukum." Kata pak Budi.
"Jawab jujur. Kenapa anda membunuh tuan Ayakashi?" tanyaku.
"Kami. Aku dan Budi, awalnya adalah pasangan kekasih gelap, karena Budi sudah mempunyai istri. 3 tahun sudah kami menjalin cinta terlarang. Namun pada akhirnya, aku Hamil. Tuan Ayakashi mengetahui hal tersebut. Dia tau bahwa Budi yang telah menghimiliku. Jadi dia memanggil aku dan Budi untuk menyelesaikan situasi ini. Budi sempat berbohong yang menyebabkan Tuan Ayakashi mengatakan, bahwa tindakan kami dapat mengakibatkan saya dipulangkan ke Jepang, dan Budi mendapat hukuman. Tuan Ayakashi ingin membantu kami, namun pemerintah pusat tetap pada keputusannya. Jadi dia mengatakan bahwa akan memulangkan saya dan memecat Budi agar Budi terhindar dari hukuman. Kami tentu marah padanya dan menaruh dendam. Sehingga, yah kami berakhir seperti ini." Kata nyonya Sakura.
"Baik. Sudah cukup. Kita akan membawa mereka dari sini. Tuan Naburo, anda boleh pulang. Karl, Herman. Seperti biasa, kalian luar biasa." Puji Inspektur Susilo.
"ini bukan apa-apa kok." Sahut Karl.
Entah mengapa, saat ingin diborgol, bapak Budi mengamuk. Mengambil pistol yang menjadi barang bukti, dan mengarahkannya kepadaku lalu mulai menembak ke arahku. Karl yang melihatnya segera mengambil pistol dan menembak tangan kanan bapak Budi. Membuat pistol yang ditangan pak Budi terjatuh. Polisi langsung mengamankan pak Budi.
"Herman! Lo gak kenapa-napakan?" tanya Karl.
"Enggak. Beruntung pelurunya meleset. Hahahahaha" tawaku.
Kami lalu masuk ke dalam mobil. Nami, Rin dan Rika yang baru pertama kali melihat Karl memecahkan kasus, terus memuji Karl.
"Karl. Kok lo tau sih, bahwa barang buktinya ada didalam lokernya pak budi?"
"Herman. Itu mudah. Kalau gue menjadi pak Budi , gue akan melakukan hal yang sama. Karena ketika seorang Dubes terbunuh, maka seluruh gedung akan diperiksa. Dari tong sampah, tempat pembuangan, semuanya. Semua tempat yang dianggap bisa melenyapkan barang bukti. Namun loker pribadi yang punya laci rahasia? Polisi pasti merasa geli mendengarnya. Penjahat mana yang bisa menyimpan dosanya dalam loker pribadi? Itu merupakan hal konyol bagi mereka. Jadi, itu merupakan tindakan yang tepat. Karena polisi tidak akan curiga."
"Karl. Soal perempuan misterius itu?" tanyaku.
"Oh. Si klien kita itu? Gue udah tau dengan tepat. Benerkan, Rin-san." Kata Karl sambil tersenyum.
"Ano... Apa maksudmu Karl-kun?" tanya Rin dengan pipinya yang memerah.
"O.C.I singkatan dari Oichi. Itu adalah nama panggilanmukan? Karena wajahmu yang mirip dengan wajah putri Oichi, istri dari Nagamasa Azai yang hidup di jaman samurai. Benarkan?"
"Ano.... Tapi, bagaimana kau tahu Karl?"
"Itu mudah. Tulisan di surat itu sama dengan tulisanmu. Aku melihat catatanmu waktu dikelas dan menyamakannya dengan tulisan di surat. Kedua, hanya kamu yang memanggilku dengan panggilan Karl-kun. Dan ketiga, aku tahu nama panggilan Oichi dari Nami. Hahahaha." Kata Karl sambil tertawa puas.
"Oh! Satu lagi. Tuan Ayakashi adalah ayahmu. Dan kamu ingin aku memecahkan misteri kematian ayahmu. Serta Surat itu, menunjukan kalau kamu, ternyata suka padaku. Benarkan? Sebaiknya jangan." Kali ini nada bicara Karl berubah jadi dingin.
Semua yang di mobil hening. Mereka heran dengan perkataan Karl.
"Ano....Aku... Aku suka padamu, Karl-kun. Dan ya. terima kasih banyak telah memecahkan kasus ayahku. Arigato gozaimas, Karl-kun" Kata Rin sambil tersipu malu.
Karl terdiam. Dia merasakan sesuatu yang aneh. Matanya berkaca-kaca. Sebelum Karl menitikan air mata, aku mencoba menceriakan suasana.
"Karl. Gue butuh kesimpulan lo nih untuk kasus kita hari ini." Kataku.
Dia terdiam sejenak. Menutup matanya sebentar, dan mulai berbicara.
"Jujur. 1 kata yang dapat membuat semuanya menjadi indah. Jika saja Budi dan Sakura jujur dari awal, maka mereka tidak perlu dendam bahkan membunuh tuan Ayakashi. Bagaimana?"
"Hmm.. Not bad lah.. hahahahah"
Next Issues: Cloudy beserta SCARLET dendam terhadap Karl. Mereka mencoba membunuh Karl. Parahnya, Blackbird mempunyai informasi yang diinginkan Cloudy, yaitu data lengkap Karl Miller. Kematian Karl sudah di depan mata!